Lembaran 29

249 25 9
                                    

Aroma jahe semerbak memenuhi seluruh ruangan. Dipadukan dengan bumbu harum nan wangi yang menggugah selera. Menarik Gojo keluar dari relung mimpinya. Kesadaran masuk ke otaknya, namun Six Eyes miliknya masih enggan memamerkan kuasanya pada dunia.

Sebaliknya, tangan berurat malah menepuk-nepuk ruang kosong di samping tubuhnya. Mencari-cari dimana gerangan guling kesayangannya. Ketiadaan guling favorit lah yang memaksa Six Eyes memakai kuasanya. Menelusuri jejak energi terkutuk entah kemana hilangnya.

Six Eyes menangkap energi terkutuk yang hitam pekat namun hangat, berada di tempat yang tidak seharusnya. Geram kesal melanda dirinya, membuat Gojo dengan berat hati beranjak dari ranjang menuju pancaran energi terkutuk hitam yang barusan ditangkapnya. Langkahnya berat, membuat lantai kayu tua berdecik nan berderak. Tangannya menggeliat malas, menggaruk frustasi kepala yang tidak gatal. Masih setengah tertutup, Six Eyes menuntun tubuhnya dengan langkah kantuk. Begitu sampai ia tepat di belakang Sang Pemilik Energi Terkutuk Hitam, Gojo langsung membebankan seluruh berat ke punggungnya.

"Ah! Gojo Sensei! Kau sudah bangun?!" Ujar Megumi terkejut. Celemek motif anjing yang khas ia pakai, centong sayur ia pegang di tangannya. Babi jahe setengah matang mencipratkan minyaknya, memamerkan bau aromatik dari rempah yang kuat. Miso soup andalan Megumi mendidih di panci, meletup-letup seolah kepanasan akan adegan dari sepasang manusia yang bercumbu di pagi hari.

"Hmnhg..." Bukannya menjawab dengan benar. Gojo hanya berdehem nyaris menggeram, kepalanya menggali leher Megumi kian tenggelam.

Gojo merasa rileks di kepala kantuknya, kala pijatan lembut menyapa pelipisnya. Tangannya balas membalas, membelai pinggang ramping nan telanjang di sebalik kaos oversize yang ia tahu adalah miliknya. Puas akan hisapan pada leher, Gojo berganti membenamkan wajahnya ke surai pel bak semak-semak, menghirup aroma lavender yang kuat keluar darinya.

"Kenapa kau memasak?. Harusnya kita masih cuddle ria di ranjang." Rengek Gojo.

Seolah kata-kata tak cukup sampaikan maksudnya, Gojo menolehkan paksa agar Megumi menghadapnya. Gojo condong kedepan, membungkuk, mencoba untuk mendapat ciuman paginya yang hilang. Begitu satu inchi jarak tersisa penolakan tak terduga malah yang ia terima.

Megumi mencubit bibir Gojo, mendorong jauh-jauh pria itu hingga jelas tampang mereka untuk saling bertatap. Ketika satu hembusan nafas keluar untuk protes, Megumi langsung memotong dengan lekukan alis tajam yang tegas.

"Tidak ada ciuman pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak ada ciuman pagi. Itu bau dan menjijikkan. Mandi sana!" Titah Megumi. Seolah kata tak cukup untuk hentikan polah rewel Gojo, Megumi menjitak dahi Gojo hingga sang empu mengerang pelan.

"Aaaaaaw! Megumi-chan, tidak bisakah kau beri satu ciuman pagi untukku? Kecupan juga boleh." Rengek Gojo. Tangannya semakin menggerayangi tubuh Megumi, merasa haus nan lapar akan kebutuhan menyentuh Megumi.

"Tidak artinya tidak." Tegas Megumi. Kepalanya menoleh kesamping, tepat ke arah kamar mandi kosong. Pertanda bahwa Megumi mengusir Gojo dari dapur, meminta pria tua itu untuk mandi dan larangan menginjakkan kaki di dapur sebelum pria tua itu lepas membersihkan diri.

Gofushi's Daily Life -524Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang