06: Day of death Kenzie Gevariel Narendra

95 8 1
                                    

HAPPY READING!

**********

Aluna menatap sekitar cafe. Sudah satu jam lebih dia menunggu sahabatnya yang entah pergi ke mana. Bahkan pesanan mereka sudah datang, dan dia sudah makan bagian miliknya. Aluna ingin pergi tetapi tas sekolah dan jaket milik Kenny masih berada di sini, yang ia takutkan bahwa ketika dia pergi Kenny kembali.

Ia sendiri tak bisa menghubungi Kenny. Gadis itu masih memblokir seluruh media sosial miliknya.

Aluna menghela napas kasar, "Kamu di mana, Ken?" gumam Aluna yang berharap bahwa sahabatnya cepat kembali.

"Luna." Gadis itu melirik ke belakang di mana dia melihat Alister yang berdiri tak jauh dari tempat duduknya.

Aluna tersenyum tipis, "Al, kamu kok bisa di sini?" tanya Aluna lembut ketika Alister sudah berada di hadapannya.

Alister duduk di hadapan gadis itu, "Aku mau beli coffe, terus lihat kamu deh. Kamu sama Kenny kan? Di mana dia?" Alister pura-pura bertanya agar tak membuat gadis itu curiga.

"Itu dia, Al. Tadi Kenny itu bilang kalau dia yang mau pesan makanan, tapi sudah satu jam lebih dia pergi dan belum balik. Aku mau pergi tapi semua barang-barang Kenny masih ada di sini. Kamu ada lihat dia nggak?" tanya Aluna kepada Alister.

"Aku aja baru sampai lho, mana mungkin aku lihat dia," bohong Alister dengan tersenyum.

Aluna merutuki kebodohannya. Ia baru ingat kalau Alister belum lama tiba, ia tersenyum canggung dengan menggaruk tekuk lehernya yang tidak gatal.

"Ya sudah, ayo pulang. Ini semakin sore lho, kita sekalian anterin barang-barang Kenny. Siapa tahu dia sudah pulang ke rumahnya," kata Alister dengan mengajak pulang Aluna.

Aluna berpikir sejenak sebelum dia setuju dengan ajakan Alister. Keduanya bangkit dari duduk lalu pergi dari cafe dengan membawa semua barang-barang milik Kenny, seperti tas dan jaket Kenny.

Aluna berharap ketika dia mendatangi rumah sahabatnya Kenny ada di rumah. Entah kenapa hatinya sangat tidak tenang, yang seakan-akan mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu kepada sahabatnya.

Sedangkan Alister hanya acuh, dan bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. 

Selama diperjalanan menuju rumah Kenny keduanya hanya saling diam. Alister fokus menyetir, dan Aluna sibuk dengan pikirannya. Namun, karena tidak betah dengan situasi yang canggung seperti ini akhirnya Alister berdeham pelan untuk memecahkan keheningan.

"Luna, besok lo mau nemenin gue ke toko buku nggak?" celetuk Alister. Entah kenapa sekarang dia mulai berani mengajak Aluna pergi bersamanya.

Aluna melirik ke arah sebelah. "Boleh, tapi agak sorean ya."

"Lo ada acara?" tanya Alister.

"Nggak juga si, tapi besok aku wakilin Bundaku untuk datang ke acara peringatan kematian anak bungsu keluarga Narendra yang ke delapan belas tahun," jawab Aluna yang membuat Alister terkejut.

Alister menginjak rem mobilnya mendadak setelah mendengar jawaban Aluna barusan. Terkejut? Sangat. Ia tak menyangka kalau gadis yang ada di sebelahnya ini mengetahui tentang keluarga Narendra.

Aluna menatap bingung Alister, "Kamu kenapa?"

"Ah, gapapa, tadi ada kucing yang nyebrang sembarangan," elak Alister dengan tatapan yang tak lepas dari Aluna. Alister kembali menjalankan mobilnya dengan banyak pertanyaan yang terus terlontarkan di dalam kepalanya.

"Lo keturunan keluarga Narendra, Lun?" tanya Alister tiba-tiba.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Alister membuat Aluna tertawa, "Bukan, tapi Bundaku adalah dokter pribadi keluarga Narendra. Kebetulan besok peringatan kematian putra bungsu keluarga Narendra, dan bundaku nggak bisa datang. Jadi, aku yang akan wakilin dia," jelas Aluna.

Dangerous ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang