Antika melepaskan dekapan Aco dan mendudukkan tubuhnya hingga kaki itu menyentuh lantai, membelakangi Aco. Ia menatap jendela seolah-olah menerawang.
“Dulu, aku pernah hampir dilecehkan karena Paman berhutang padanya, saat aku masih sekolah.” Antika tersenyum kecut.
“Katanya, Paman yang menyerahkanku padanya.”
“Agung berengsek!” Aco yang terkejut mengepalkan tangannya.
“Dengarkan aku dulu!” Antika mencoba menenangkan Aco yang sekarang telah terbalut emosi.
“Dia hampir melecehkanku. Beruntung aku bisa menggapai gunting yang ada di atas nakas lalu aku menusuk perutnya dengan gunting itu. Dengan pakaian seadanya, aku berlari keluar dari kamar dan mendapati Paman dan Bibi serta Sara yang baru pulang dengan membawa beberapa polisi.”
“Kondisi pria itu kritis dan aku mengalami trauma. Aku bahkan tak mengerti dengan apa yang terjadi karena semuanya begitu cepat dan entah kenapa, setelah itu aku malah menjadi tersangka pembunuhan. Bukankah seharusnya aku menjadi korban saat itu?” Antika mulai terisak mengingat luka lama yang kembali terusik.
“Mungkin karena uang atau entahlah. Sampai suatu saat, ada seorang pria yang membebaskanku. Pria itu sepupumu. Angga! Ya, dia Angga ... saat itu aku dan Angga bertemu di kantor polisi.” Bibir itu terus merekah saat mengingat pria yang dulu pernah menolongnya.
“Mungkin sekarang dia telah lupa padaku, makanya dia tidak membahas peristiwa yang lalu saat aku bertemu dengannya.” Sontak ucapan itu membuat Aco terkejut.
“Angga?” tanya Aco mencoba untuk memastikan.
"Ya. Entah apa yang dilakukannya di kantor polisi saat itu. Dia langsung meninggalkanku, katanya dia harus segera ke bandara.”
Kejadian demi kejadian yang menyakitkan baginya terus Antika ucapkan. Benar, semua apa yang Aco dengar dari orang suruhannya sama persis dengan apa yang Antika ucapkan saat ini. Yang paling menyakitkan adalah saat gadis malang ini masih dilanda trauma pasca pelecehan itu. Bibinya yang bak manusia duplikat iblis itu malah terus menyiksanya, bahkan tega tak memberinya makan.
“Aku pikir sampai kapan aku harus terpuruk. Tuhan pasti punya hal yang indah karena membiarkanku hidup,” lanjut Antika.
“Aku memulai hidupku, walaupun aku masih merasa takut bila berdekatan dengan pria asing. Namun, beruntungnya aku. Sekolahku khusus wanita dan hari-hariku berangsur-angsur makin baik. Aku mulai bisa berdekatan dengan pria. Sampai aku lulus sekolah dan mulai bekerja di kafe, lalu bertemu dengan teman satu kafeku yang mengajarkanku ilmu bela diri.”
“Apa itu Raka, pacarmu?” Aco tak bisa menahan rasa penasarannya.
“Raka Aquino adalah nama pria itu. Pria itu teman dekat Paman dan ia sering berkunjung. Yang kutahu dia baik padaku, tetapi dia juga yang hampir merusak hidupku.” Antika yang tak tahan lantas menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Hening. Suasana kamar itu menjadi sangat hening saat kedua sejoli itu lebur kedalam pikirannya masing-masing, dengan Aco sesekali menghapus air mata Antika dengan ibu jarinya.
“Kau tahu? Semalam kami dicegat preman. Untungnya, Raga sangat hebat.” Antika memulai topiknya agar kesunyian tak menemani mereka semakin lama.“Apakah kau sedang memuji pria lain didepanku?” tanya Aco dengan tatapan marah yang dibuat-buat.
Antika yang tadi semangat cerita jadi menunduk menatap dada bidang Aco. Ia salah besar, karena mungkin Aco Ardiansah Yudhatama adalah pria paling posesif di muka bumi ini!
“Aku tahu.” Menyadari kegugupan Antika, Aco akhirnya buka suara.
“Apakah Raga yang sudah mengatakannya padamu?” Kali ini Antika malah balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BADBOY
Любовные романы[Jangan Lupa Follow Dahulu Sebelum Membaca] Blurb: "Hidup Antika yang penuh penderitaan dari Paman, Bibi, hingga Sepupunya bahkan Antika sampai dijual oleh Pamannya pada laki-laki dingin killer serta menakutkan. Mampukah Antika bertahan tinggal ber...