Bernegosiasi Dengan Pria Mesum

19.5K 1K 21
                                    

Antika kembali menyusuri jalanan sunyi dengan langkah cepat. Antika berkhayal kalau Bibi akan tersenyum padanya. Dengan kata lain, dia ingin bibi dan pamannya merasa bangga padanya walaupun semua itu ada di angannya saja. Ketika kakinya melangkah memasuki pekarangan rumah⸺rumah yang lumayan besar, tempat di mana ia dibesarkan⸺gadis itu tersenyum. Namun, senyuman itu memudar saat Antika melihat dua mobil mewah terparkir di depan rumah.

Jam segini? Bukannya sudah terlalu larut untuk bertemu, apakah terjadi sesuatu?
Antika menahan rasa ingin tahunya.
“Sudah pukul 23.45. Apa aku menunggu saja?” Antika tampak berpikir sejenak. “Namun, jika besok aku tidak bangun pagi, Bibi pasti akan marah,” gumam gadis cantik itu seraya menghembuskan napas pelan.

“Huh, semoga kedatanganku tidak mengganggu,” katanya seraya melirik ponsel.

Saat memasuki ruang tamu, ia melihat ada beberapa pria tegap berpakaian serba hitam. Naun terlepas dari itu; semua mata terfokus padanya.

Ada apa ini?
“Nah, itu orangnya sudah pulang,” kata pamannya dengan menunjuk ke arah Antika.

“Kenapa kamu pulang malam sekali?” tanya Agung, paman Antika. Ia menatap gadis itu dengan senyum yang licik.

“Kalian bisa membawanya!” seru Agung pada pria berkepala plontos yang duduk di kursi single.

Antika yang terlihat binggung langsung mundur beberapa langkah saat seorang pria tegap berjalan ke arahnya.

“A-ada-apa ini?” ucap Antika tergagap, setengah berteriak. Seketika tubuhnya bergetar hebat karena rasa takut yang mulai menyergap.
“Ikutlah bersama mereka, Antika! Tururti apa pun yang mereka mau dan jangan memberontak!” Terdengar suara Bibi berbicara tanpa menatap Antika. Intonasi yang tanpa belas kasih itu seolah-olah mengatakan nahwa Antika memang bukan manusia yang harus mereka anggap.

“Lepas!” Antika memutar pergelangan tangannya, berharap cengkraman itu bisa lepas. Namun saying, cengkraman pria berkepala plontos itu malah makin erat.

“Pa-paman, tolong aku! A-apa aku melakukan kesalahan?” tanya Antika dengan wajah frustasi. Setetes air mata jatuh dari mata indahnya. “Bibi?”
Antika beralih melihat ke arah bibinya, tetapi ia juga tidak mendapat respons sedikit pun.

“Maafkan aku, Paman!” Antika memohon, biar serendah apa pun ia harus merendahkan dirinya. Ia berharap semua ini adalah candaan. “Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi, Paman!” Antika terus memohon.

“Lepaskan aku, Tuan!” Antika mencoba melepaskan pegangan kedua pria berbaju hitam itu.
“Salah kau selama ini adalah kau merepotkanku, jadi sekarang menurutlah. Balas kebaikanku yang telah mengurusmu sejak kecil, yakni dengan mengikuti orang itu!” ucap Agung datar.

“Tuan, lepaskan aku! Aku mohon!”
Antika meronta semakin kuat. Namun, pria bertubuh tegap dan berkepala plontos itu hanya menatapnya wajah sangar.

“Lepas! Jangan sentuh aku!” teriak Antika saat tubuhnya mulai diseret pria bertubuh tegap itu. Tenaganya yang ia gunakan untuk melepaskan diri dari pria tersebut hanyalah sia-sia. Nihil, hingga kesadarannya memudar. Ia jatuh pingsan dan mempermudah kerja pria bertubuh tegap itu.

🍃🍃🍃

Di sebuah mansion mewah, ada ruangan yang mengusung gaya luxury bahkan di setiap perabotannya. Di dalamnya terlihat seorang pria tampan tampak gelisah. Sepertinya pria tampan itu sedang menunggu kedatangan seseorang. Kemudian masuklah pria bertubuh tegap dan beberapa anak buahnya sambil membopong seorang gadis.
“Tuan, maaf telah menunggu lama. Kami harus menunggunya pulang dulu untuk menghindari keributan daripada kami membawanya langsung dari kafe itu.”

Tidak ada jawaban dari pria tampan itu. Tatapannya telah terkunci pada sosok gadis yang sedang dibopong pria bertubuh tegap dan berkepala botak itu, seolah-olah ia terpana akan kecantikan alami yang dimiliki gadis cantik yang kini terlelap dalam pelukan pria tegap itu.

SUAMIKU BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang