Perdebatan Kecil Gadis Polos & Ceo

10.7K 530 3
                                    

Sungguh saat mendengar pertanyaan itu meskipun samar-samar dihati Antika sepertinya sedang menaruh rasa penasaran dengan apa yang akan dijawab oleh lelaki dingin yang menikahinya.

“Tidak.” Sontak perkataan Aco membuat Antika terdiam mematung.

Kau harus sadar diri, Tik. Kau hanya seorang jalang baginya. Lalu apa yang kau lakukan di sini? Berharap dia akan mendengarkanmu? Dia memang seperti itu. Tidak akan berubah. Mungkin bersikap kejam adalah salah satu dari kebiasaannya. Bila kau bertindak lebih jauh, bisa jadi setelah ini kau yang menjadi korban berikutnya, batin Antika memperingati diri sendiri.

“Haha apakah nanti kau akan membuangnya? Seperti wanitamu yang lain?” Pertanyaan berikutnya benar-benar membuat Antika merasa seperti ditikam tepat di jantungnya.

“Pernikahan itu hanya sebatas hubungan seks, bukan karena aku menginginkan pernikahan itu.”
Perkataan Aco barusan membuat Antika hancur. Sebutir kristal bening mengalir di pipinya dan tubuhnya bergetar hebat. Dengan sekuat tenaga ia mencoba melangkahkan kakinya untuk berlari menjauhi ruangan Aco.

Antika merogoh tasnya, mengetik nama seseorang pada ponselnya.

“Halo, Raga bisakah kau jemput aku sekarang?” ucap Antika, berusaha untuk terus mencoba menahan tangisnya.

“Halo, Tik. Apa kau baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja. Kumohon, cepatlah datang!” Namun, pertahanan terakhir Antika hancur. Tangisnya pecah.

“Oke! Sepuluh menit; aku akan sampai di sana sepuluh menit lagi, tenang! Tunggu aku di lobi, oke?”

Antika memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Ia terus berjalan, mengabaikan semua tatapan orang-orang yang melihatnya. Ada yang bingung, heran, dan ada juga yang senang melihat Antika menangis.

“Kau baik-baik saja, Tik” tanya seorang pria, salah satu karyawan di kantor.

“A-ku baik-baik saja,” jawab Antika menghapus air matanya.

🍃🍃🍃

Antika yang sejak tadi bersandar di kepala ranjang hanya termenung menatap kaca jendela yang terbuka.

Pernikahan itu hanya sebatas hubungan seks, bukan karena aku menginginkan pernikahan itu.
Perkataan Aco terus terulang di benak Antika Tanpa terasa, lagi, lagi, dan lagi air matanya jatuh.

Ada rasa sesak yang bercampur sakit di dadanya. Dia salah menanggapi perlakuan Aco selama ini. Entah kenapa Aco begitu berbeda. Antika bisa merasa jantungnya berdetak cepat. Ada rasa bahagia dari perlakuan Aco. Namun, semuanya hanya bualan belaka.

Kenapa harus sesakit ini? Jika ini memang bukan takdir yang baik, aku mohon berikan kami perpisahan yang baik, ya Tuhan, batin Antika.
Tanpa Antika sadari, tiba-tiba tangan hangat mengelus pipinya, menghapus sisa air matanya. Satu kecupan hangat mendarat di keningnya.

“Apakah kau merasa sakit, Sayang?” tanya pria itu lembut.

“Ti-tidak.”

“Lalu, kenapa kau menangis?” Perlakuan Aco sangat lembut. Di saat yang bersamaan, tatapannya begitu menggoda. Antika yakin siapa pun akan jatuh dalam pelukannya.

“Aku tidak apa-apa,” jawab Antika dingin seraya masuk ke dalam selimut. Ia membelakangi Aco.

“Jika kau merasa sakit, katakan padaku, Sayang,” kata Aco mendekatkan kepalanya ke kepala Antika, menciumnya lembut dan mengusap rambut halus Antika

“Bisakah malam ini aku tidur sendiri, Co? Aku ingin sendirian,” ucap Antika datar.

Senyum di bibir Aco memudar. Dia tidak bisa berjauhan dengan wanita ini. Namun, demi Antika ia berusaha mengabulkan permintaan gadis itu.

SUAMIKU BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang