Derita Gadis Yatim Piatu

51.4K 1.3K 40
                                    

Hidup memang tidak berjalan semudah yang diharapkan banyak orang. Terkadang air mata kekecewaan selalu menghiasi setiap insan yang bernyawa, siapa pun itu tanpa terkecuali.
Hanya saja, terkadang orang selalu bersembunyi di balik senyuman untuk menutupi luka yang tercipta. Atau mungkin mengubur semua rasa lelah dengan mencoba memulai hal yang baru karena meratapi tak akan berguna; yang ada hanya akan memperburuk masa yang akan datang.

Seorang gadis cantik sedang berjalan kaki menelusuri jalan di tepi kota. Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Gadis yang kini berjalan memasuki pekarangan rumahnya itu bekerja di sebuah kafe di Jakarta.

Gadis cantik itu memilih berjalan kaki bukan tanpa sebab. Ia harus menghemat uang untuk kebutuhan hidupnya. Menurutnya, lebih baik uang yang ada dipakai untuk keperluan yang lebih penting daripada digunakan untuk transportasi.

Hitung-hitung olahraga fisik, meskipun nanti kakinya malah terasa sakit setelah sampai di rumah. Mengingat jarak kafe dan rumah lumayan jauh, hal itu bukan sesuatu yang mustahil.

Gadis cantik itu adalah seorang yatim piatu yang diasuh oleh sang bibi, adik kandung dari ibunya. Ibu dan ayahnya telah lama meninggal sejak ia berusia delapan tahun karena kecelakaan beruntun yang menewaskan keduanya.
Namun, jujur saja ia sebenarnya bukan diasuh, melainkan dijadikan pembantu oleh bibi, paman dan sepupunya. Mereka tidak memperlakukan gadis cantik itu layaknya keluarga. Setelah beranjak dewasa, ia bekerja di sebuah restoran dan kafe. Alih-alih bisa bebas menikmati hasil jerih payahnya, sebagian besar gajinya malah diambil oleh bibinya.
Sungguh miris, bukan?
Namun, itu sama sekali tidak dirasakan gadis cantik itu. Bisa dibilang ia senang karena sekarang ia bisa membantu keluarga bibinya, walau sebenarnya sampai saat ini ia selalu mengharapkan kasih sayang yang tak kunjung ada.
Bibi dan pamannya bukan orang tidak berpenghasilan. Pamannya adalah seorang karyawan di perusahaan besar di kota itu. Namun, sepertinya sifat tamak sudah mendarah daging. Entah kenapa mereka masih bersikap kejam kepada Antika.

Janna Antika Riana adalah nama gadis cantik itu. Berjilbab hitam pekat dan mata hitam menjadi salah satu daya tarik kecantikan yang dia miliki. Namun sayang, kesempurnaan fisiknya tidak sesempurna perjalanan hidup yang ia jalani. Gadis berusia dua puluh tahun itu bukan tidak ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan. Sudah lulus sekolah menengah ke atas saja ia sudah sangat bersyukur, mengingat bagaimana kehidupan yang ia jalani.

“Aku harus bergegas supaya bisa istirahat lebih awal atau Bibi akan menghukumku besok!” serunya pada diri sendiri sambil mempercepat langkah.

Antika membuka pintu depan dengan kunci yang ia bawa. Rumah tampak sangat sepi. Sepertinya penghuni rumah sudah terlelap. Antika masuk dan menutup pintu dengan sangat pelan, seolah-olah saat ini ada macan buas yang sedang tidur di ruangan ini.

🍃🍃🍃

Antika membuka matanya. Kepalanya sakit sekali saat alarm yang memekakkan telinga berbunyi. Jam beker di meja menunjukkan pukul lima pagi.

Tanpa pikir panjang Antika bergegas ke dapur, menyiapkan segala bahan untuk memasak sarapan. Gadis itu mulai menyiapkan sarapan lalu beralih ke mesin cuci yang setia menggulung pakaian untuk dibersihkan, mencuci piring, dan menyapu lantai. Tepat jam tujuh pagi semua pekerjaannya selesai.

“Pagi, Bibi,” sapa Antika saat melihat bibinya dan Sara menuju meja makan.
Baik Sara maupun sang bibi diam seribu bahasa. Tidak ada jawaban dari kedua wanita itu, kecuali Sara⸺gadis yang kulitnya agak cokelat⸺ yang hanya tersenyum mengejek dan melahap makanannya.

Sara adalah sepupu Antika. Entah kenapa gadis ini sangat membenci Antika. Bahkan, kehadiran Antika saja sangat tidak ia harapkan. Bagaimana pun ia mencoba membuat Antika menderita, nyatanya Antika akan tetap baik kepadanya. Kebaikan itu membuat Sara semakin hari semakin muak kepadanya.

SUAMIKU BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang