• 17. Memori Tersembunyi •

244 19 0
                                    

Hayeooo~

Up malam lagi😔🙏🏻

Happy reading ya~

Happy reading ya~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Malam semakin larut, tetapi gadis berambut hitam legam itu enggan memejamkan matanya. Ada yang lebih menarik perhatiannya daripada bunga tidur yang menunggunya. Tidak lain dan tidak bukan adalah botol yang berukuran sehasta itu membuat rasa penasaran Anetta memuncak saat ia mengetahui ada sesuatu di dalamnya.

Kini ia sudah mendapatkannya, berupa kartu memori seperti miliknya saat ini. Namun, memori penyimpanan terbilang kecil, hanya memuat 5 Gigabytes. Terbukti dari adanya 1 foto dan 1 video di dalam kartu memori tersebut.

Anetta mengeluh tertahan, menyadari file dalam kartu tersebut dilindungi dengan kode keamanan. Sudah cukup berjam-jam dirinya berusaha membuka botol kaca itu, kini ia harus menghabiskan waktunya untuk memikirkan kode yang tepat untuk membuka file tersebut.

"Tanggal lahirnya?" Anetta bergegas bangkit, mengambil berkas berbungkus map yang tadi sore diberikan oleh sang mama untuk diperiksa. Anetta tidak tau jika ternyata berkas itu cukup berguna malam ini, walaupun tadi ia enggan meliriknya.

"Kartu keluarga mana sih?" Tangan gadis itu membongkar dengan cepat berkas berupa lembaran-lembaran itu. Ia mencari kartu keluarga yang pasti memberitahunya informasi tentang tanggal kelahiran Anetta Fatiniantri.

Anetta melotot, ia mendapatkannya. Segera ia masukkan angka itu pada pengisian kode.

'Kode Anda salah'

Begitu yang tertera pada layar ponselnya. Membuat gadis itu berdecak kesal. Kini ia harus memikirkan hal yang lain yang kemungkinan adalah kode dari kartu memori itu.

'Kode Anda salah'

Lagi?

Anetta mengumpat tanpa suara. Ia sudah memasukkan berbagai urutan kata dan yang kemungkinan menjadi kodenya. Akan tetapi, sampai 5 kali mencoba hasilnya nihil.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, sembari memikirkan kode itu lagi. Alisnya hampir menyatu saat dirinya teringat coretan pada lembaran di loker pemilik tubuh ini. Bukankah nomer-nomer yang tertera adalah urutan huruf dari A sampai Z?

Anetta meraih pulpen di atas map. Ia mengetuk-ngetukan ujung pulpen pada dagunya beberapa kali, sebelum akhirnya menuliskan huruf A sampai Z pada bukunya. Lantas menuliskan angka-angka di bawah huruf itu sesuai urutannya. Baru kemudian ia merangkai sebuah angka yang ia lihat pada belakang pintu loker.

1.14.5.20.20.1

Itu angka yang ia ingat. Gadis itu kemudian meraih oretannya pada huruf dan angka itu, mencocokkannya dengan nomer-nomer yang ia tulis.

"A is for one, N is for fourteen, E is for Five, T is for twenty, and ... Anetta?"

Mata Anetta membulat sempurna. Ia tak pernah membayangkan jika kode keamanan dari memori itu se-klise ini. Rasanya susah-susah ia mencari rumus ke sana ke mari, mengingat hal-hal tak penting lainnya.

Gadis itu terkekeh sumbang, seakan sadar sudah membuang banyak waktu hanya untuk memori itu. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 02.15, yang artinya Ia tak mungkin tidur hanya 2 jam.

"Terobos, aku bahkan pernah memanjat kamar sendiri dengan kain yang disatukan." Anetta mendecih mengingat masa lampaunya. Tangannya kini bergerak meraih ponselnya. Mulai memasukkan kode yang ia dapatkan.

Bibirnya tertarik ke atas, ia puas karena berhasil membuka memori itu. Tak ingin membuang waktu lagi, Anetta segera memainkan video tersebut.

"Hai, gue Anetta Fatiniantri. Yah, sebenarnya gue gak mau perkenalan panjang lebar, cuma ya gue pengen ngeluarin unek-unek gue sedikit sebelum gue pergi dari dunia ini.

"Gue capek. Tapi gak ada yang bisa jadi sandaran gue. Ada sih, cuma gue gak dianggap. Cinta gue percuma banget, orang baru yang menangin hatinya, sementara gue cuma dapet pahitnya."

Anetta mengernyit, ia tak tau apa yang dimaksud oleh sosok di dalam video itu. Hanya saja, melihat sosok itu membuat Anetta merasa sedang menonton dirinya sendiri.

"Gue cinta sama Liovando, walau dia kasar dan sering buat gue nangis, herannya gue gak bisa benci sama dia."

Gadis di dalam video itu terkekeh, ia menggeleng pelan sembari menyeka air matanya.

"Gue ada rahasia, rahasia yang bikin gue sekali terpuruk dengan hidup yang gue jalanin ini. Gue ...." Jeda, gadis itu mengambil napas panjang. Masih berusaha menahan agar air matanya tak keluar.

"Gue bukan anak mama sama papa. Gue gak tau siapa anak mereka, tapi mengetahui hal ini bikin gue down. Karena yang selama ini gue anggap keluarga ternyata cuma sekedar formalitas untuk gue nikmati. Gue bahkan baru sadar beberapa bulan setelah tau itu, kalo mama sama papa gak pernah luangin waktu untuk gue. Mereka fokus sama bisnisnya dan mereka cuma memenuhi kebutuhan materil gue doang, tanpa tau kalo gue butuh keluarga yang bisa sayang sama gue."

Video itu diam kembali, menampilkan gadis itu yang mulai terisak pelan. Membuat Anetta yang menontonnya merasa iba.

"Buat yang nemuin video ini, terima kasih udah mau dengerin keluhan gue. Gue berharap yang nonton video ini gak ngeluh kayak gue."

Plip

Video berhenti. Membuat layar ponsel menghitam.

Anetta terdiam, masih coba mencerna semua kalimat yang ia dengarkan. Rasa-rasanya sangat sulit untuk diterima. Mana mungkin seorang Anetta Fatiniantri adalah anak pungut, terlebih lagi mama dan papanya sangat  peduli padanya.

"Diyara pasti tau sesuatu."

***


Diketik : 782 kata

Silakan voment, eeehe

Transmigrasi : Anetta's Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang