• 25. Siapa Pandu? •

132 8 0
                                    

Selamat malam, bagaimana kabarnya?

Terima kasih untuk 7k viewers-nya🥳

Happy reading~

Happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***



Hari berganti dengan cepat, sama seperti kesepakatan Anetta dengan Pandu yang berjalan lancar. Bahkan Pandu mulai membeberkan bahwa Anetta diincar oleh seseorang untuk dicelakai. Sehingga ia menawarkan diri untuk membantu gadis itu.

Sayangnya, Anetta tidak menggubrisnya. Bagi gadis itu, ia hanya perlu melindungi teman-temannya. Ia tak peduli dengan dirinya sendiri, sebab ia tau cara untuk menaklukkan orang-orang. Namun, ada yang tengah mengganggu pikirannya sekarang.

"Kenapa? Apa ada yang lo pikirin?" tanya Pandu di sela menyetirnya.

Anetta mengangguk, ia menoleh sejenak ke luar jendela. Ia menghitung perkiraan, tak salah jika ia bertanya perihal personal, 'kan? Sebab, sudah lebih seminggu ia diantar pulang oleh laki-laki di sampingnya ini.

"Tanya aja, gue gak bakal marah," ucapnya seolah tau kebimbangan yang Anetta rasakan.

Gadis itu menghela napas pelan, kemudian menatap Pandu yang fokus menyetir. "Gue penasaran, kenapa lo mau terlibat sama gue? Dan kenapa gue ngerasa lo gak asing? Seperti pernah mengenal lo sebelumnya."

Pandu terkekeh pelan, ia berharap Anetta cepat mengingat dirinya. Namun, kemungkinan sekarang bukan waktunya. Jadi, tak ada yang perlu ia jelaskan pada gadis itu.

"Kenapa lo ketawa? Emang lucu ya, lihat gue gak tau apa-apa tentang lo?" Anetta mencebik kesal, ia melengos. Memilih memperhatikan jalanan di luar jendela ketimbang laki-laki yang bahkan enggan menjawab pertanyaannya.

"Gue perlu mastiin sesuatu sebelum ngasih tau lo, Net."

Anetta mengembuskan napas, ia merasa dirinya harus benar-benar bersabar ketika bersama dengan Pandu. Namun, ia tak bisa menyembunyikan hal ini, entah kenapa ada rasa percaya yang timbul untuk mengatakannya pada laki-laki itu.

"Sebenarnya gue gak mau cerita ini, tapi Diyara bilang, gue hilang ingatan dari umur 7 tahun. Dan sampai sekarang gue gak tau apa-apa tentang masa kecil gue."

"Terus?" Laki-laki itu bertanya, tanpa mengalihkan wajahnya dari balik setir.

"Gue anak angkat keluarga Hermanio."

Refleks, Pandu mengerem mendadak. Lantas ia menatap Anetta dengan pandangan tak percaya. Sementara gadis itu mendecak sebal, karena kepalanya terantuk.

"Lo bilang apa tadi?"

Anetta enggan menjawab, ia masih menggosok jidatnya yang terkena dasbor mobil. Terlihat sedikit memerah akibat benturannya.

"Netta? Lo bilang apa tadi?" Pandu bahkan tak menghiraukan di mana ia berhenti sekarang. Sebab pernyataan gadis itu membuatnya merasa yakin akan sesuatu.

"Lo jalanin dulu mobilnya. Gak seharusnya kita berhenti di tempat ramai kayak gini."

Pandu mendecak, tetapi tak ayal tetap menjalankan mobilnya. Membiarkan gadis itu memperbaiki posisi duduknya.

"Kita ke suatu tempat aja, Pan. Gue mau nanya dan jelasin sesuatu." Anetta memberi perintah, yang entah mengapa diiyakan oleh lelaki itu.

***

Jika Anetta bersama dengan Pandu, maka Diyara tengah bersama dengan Nino. Gadis berambut pendek itu mendapat fakta menarik dari Nino. Laki-laki yang menjabat sebagai supir pribadi Anetta.

Ia bahkan tak pernah tau jika Nino mempunyai potongan puzzle yang sedang dicari Anetta. Sehingga Diyara jadi yakin, ia bisa membantu sepupunya itu meski tidak banyak.

"Jadi?"

"Iya, bener. Menurut ayah gue, Anetta punya orang tua berpengaruh. Cuman ayah gue gak tau siapa mereka. Tapi bisa aja kedua majikan gue tau tentang hal itu. Gak mungkin Anetta masuk rumah sakit sendirian sepuluh tahun lalu, pasti ada yang daftarin dia. Dan gue yakin, tuan Hermanio tau sesuatu," ucap Nino membenarkan hipotesis Diyara sebelumnya.

Hipotesis tentang bagaimana Anetta bisa lolos menjadi penerus hanya dengan sekali lihat dan memiliki golongan darah yang sama. Diyara juga sama bingungnya dengan Anetta, entah bagaimana bisa keluarganya tak pernah mengungkit hal itu di kala Anetta berperan sebagai pembuat onar nomer satu yang bisa merusak citra keluarganya.

"Tapi yang sedang gue pikirin saat ini ... kenapa Anetta bisa akrab sama Pandu? Menurut lo, apa mereka terlihat seperti saling kenal? Atau mereka sebenarnya ... orang yang saling dijodohkan?"

Nino hampir terkejut jika Diyara mengatakan kebenaran. Nyatanya gadis itu jauh melenceng dari perkiraannya. Ia menghela napas pelan, menatap gadis itu dengan datar. "Jangan membuat kesimpulan sendiri, Diyara. Ini menyangkut Nona Anetta."

"Kalo gitu, menurut lo gimana? Pandu adalah orang yang mencurigakan. Gue khawatir kalo Pandu ternyata berniat nyakitin Anetta," ucap Diyara agak kesal dengan pernyataannya yang ternyata tak berarti apa pun.

"Dia bukan orang kayak gitu," sanggah Nino, seolah tau orang seperti apa sosok Pandu itu.

Diyara mengernyit, "Lo ... pasti tau sesuatu, 'kan?"

***

Diketik : 677 kata

Vote dan komen jangan lupa ges

Transmigrasi : Anetta's Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang