Wonder (Choi Beomgyu x OC)

Chapter Bonus : Part 2

Pairing: Beomgyu x Female OC

Word count: 3k

Summary: Kisah dari sisi Choi Beomgyu yang tidak kamu ketahui akan terungkap! Bagaimana seorang Beomgyu yang pada akhirnya mulai memperhatikan Han Gaeun dan mengejarnya.

Choi Beomgyu POV

Hari ini adalah hari di mana kompetisi band dan berbagai kompetisi lainnya dimulai.

Semua peserta yang mengikuti lomba, bersamaan datang menuju universitas yang mengadakan perlombaan itu, bersama-sama menaiki bus besar yang disewa oleh pihak sekolah.

Tujuh orang dari tim band, sepuluh orang dari pemain basket putri, sepuluh orang dari pemain basket putra, lima orang dari lomba debat, lima orang lainnya mengikuti lomba sains dan ada dua tim dance yang masing-masing berjumlah tujuh dan lima orang lainnya. Beberapa guru dan pelatih juga menemani kami untuk melihat dan mengawasi kami.

Benar, aku bertemu lagi dengan dirinya bak takdir yang tidak bisa kupisahkan begitu saja. Aneh sekali, rasanya aku bisa saja mengabaikannya hanya karena dia sering bertemu denganku tetapi mengapa aku selalu melihat ke arahnya? Rasanya selalu ada ketertarikan untuk tahu tentangnya, bahkan ketika aku mencoba tidak ingin tahu.

Sekarang ini dia duduk di seberangku namun satu kursi lebih depan. Kau tahu bukan, kalau di dalam bus, tempat duduk berseberangan itu tidak sejauh itu? Aku masih bisa melihat dia melakukan beberapa macam hal seperti saat ini.

“Minum dulu antimomu.” Seorang yang berada di sebelahnya memberikan sebuah obat anti mabuk itu pada Kak Gaeun. Aku melirik tipis kearahnya ketika ia meminum obat itu. Dia sedikit tidak bersemangat dan lemas di hari itu. Sejak tadi bertemu di sekolah pun, dia hanya duduk diam saja.

“Istirahat saja supaya energimu kembali pulih. Bisa-bisanya kau memaksakan kondisimu.”

Pertanyaanku terjawab sudah ketika mendengarnya bersin dan batuk sesekali. Pantas saja dia memakai masker sedari tadi. Dia memposisikan dirinya begitu nyaman untuk tidur bahkan sebelum bus berangkat. Dia memejamkan matanya dan sepertinya mulai tertidur.

Benar, dia aneh. Dia jelas tahu kondisinya tetapi aku terus mendapati dirinya memaksakan diri. Lagi, apa yang terjadi lagi pada dirinya? Terakhir dia sudah hampir pingsan dan dia ingin menantang dirinya lagi saat ini? Ya, memang sih ini perlombaan dan tidak bisa seenaknya, tapi kenapa juga dia bisa sampai sakit?

“Huh, kau melihat dia lagi?” Heeseung menyadarkanku lagi.

“Aku punya mata, bodoh," balasku sambil mendesis dan membenarkan kembali posisi dudukku. Rasanya sangat berdebar ketika ketahuan melakukan sesuatu yang sebenarnya biasa seperti ini.

Heeseung terlihat mengangkat bahunya kecil dan menanggapiku, “Baiklah. Aku hanya mengatakannya saja. Asal kau tahu, seminggu ini dia tidak masuk.”

Aku meliriknya bingung dan mulai membuka mulut, “Bagaimana kau tahu? Kau menguntitnya?”

Tetapi Heeseung malah tertawa mendengarku. “Bukankah itu masa depanmu?”

Pandangan bingung dan kerutan alis kembali kulayangkan padanya. “Apa yang kau katakan?” desisku sinis.

Heeseung masih terkekeh pelan dan akhirnya menggeleng. “Aku bercanda. Aku sering menonton latihan mereka beberapa hari terakhir dan aku tidak melihat dirinya. Jadi kuasumsikan saja dia tidak masuk. Kau selalu penasaran ya?”

Aku menghela napas kecil dan kembali berkata, “Bukan begitu, hanya saja mengapa kau tahu tentang dia? Lagi, untuk apa setiap hari menonton latihan basket?”