11

86 3 0
                                    





Pagi keesokan harinya, Tjitji sudah senewen ingin meminta izin ke Papi Mami nya namun dilihatnya mereka berdua sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing bakalan susah dirinya untuk meminta izin. Tapi dia membulatkan tekad dan menghampiri keduanya.




"Mami Papi selamat pagi. Mami pagi ini cuantik banget tau g? Bagai kembang sepatu bermekaran dipagi hari, cuantik nian istri Papi ini"



"Pagi juga anak perawam Mami. Kalau Mami liat lu lagi ada maunya ini, pasti lu mau pergi yah, jangan minta izin ama Mami, lu minta izin ke Papi. Mami oke kalau Papi oke."



"Mami aja yg izinin Tjitji. Mami, Nyonya Lim yang cuantik tolongin anak perempuannya ini."



"Mau kemana emang lu Tji. Bukannya dirumah aja. Anak perawan kaga boleh kemana-mana sayang."




"Mau main ke kios Ahmei Mami. Sebentar aja, sebelum petang Tji dah balik. Mami, tolongin Tjitji."




"Papi, sini dulu duduk samping Mami." Panggil Mami ke Papi. Papi pun dengan ogah-ogahan datang kesamping istrinya.




"Lu orang dua kalau kaga ada kerjaan, masuk aja sono. Mengganggu aja. Apa sih Mami" Papi melengos melihat dua wanita kesayangannya.



"Tjitji katanya mau kekios Ahmei. Sebelum petang dah balik. Boleh g Papi?" Ucap Mami to the point ke Papi. Kebiasaan Mami yang selalu blak-blakan.



"Ngapain lu disana. Kaya kaga ada kopi item dirumah." Papi Lim mengernyitkan alisnya kearah anaknya.



"Sebentar doang Papi, cuma belajar jagain kios Ahmei. Sapa tau Tjitji dikasih modal buka kios juga. Bolehkan Papi?" Ucap Tjitji sambil memeluk lengan Papi nya merayu.




"Alasan aja lu. Emang mau buka kios lu? Tapi bagus juga ide lu. Lu liatin gih caranya Ahmei jagain kios. Papa nya Ahmei lumayan jago bikin kopi item. Coba tanyain resepnya Tji trus lu buat juga, kalau enak gua izinin buka kios" ucap Papi kesenangan mendapatkan ide brillian.




"Jadi boleh nih Tjitji ke kios nya Ahmei?" Rayu Tjitji kepadan Papi nya.




"Boleh. Tapi lu diantar jemput ama sopir, trus ditemani ama mba' Ninik. Sebelum petang harus pulang. Papi tunggu jam 3. Lewat dari itu, lu g usah sebut nama Papi lagi." Ucap Papi sambil menyeruput kopi hitam.


"Siap Laopan. Tjitji secepatnya balik. Jangan rinduin Tjitji yah Papi Mami. Aku ciao dulu. Selamat siang" ucap Tjitji sambil mencium pipi kedua orang tuanya.


Jam sudah menunjukkan di jam 12.15 siang. Dengan tergesa-gesa, Tjitji menyuruh sopirnya untuk mempercepat laju kendaraannya. Dia tidak ingin memberi kesan yang jelek dimata Hilmar. Boleh dikata ini kencan pertama mereka, memikirkan kata kencan saja sudah membuat Tjitji merasakan denyut jantungnya bertalu-talu.




Diliriknya penampilannya. Baju long dress setali berwarna pink dengan aksen bunga-bunga kecil diujung kaki bajunya. Ditangannya terdapat coat berwana senada. Rambutnya dibiarkan tergerai lurus memanjang, ditambahkan bando hitam. Dirinya juga sempat memoles sedikit wajahnya. Dan membubuhkan parfume terbaik yang dia sukai baunya. Parfume oleh-oleh dari Papi.



Dia tadi sudah mengunjungi kios Ahmei. Disana dia menyampaikan keadaannya kepada satu-satunya kerabat dia yang sangat dipercayainya. Ahmei pun dengan berbesar hati meminjamkan namanya agar kawannya karibnya itu bisa leluasa bertemu dengan calon pujaan hati. Meski dia takut, tapi dia juga ingin melihat kebahagiaan diraut wajah Tjitji.




Tjitji pun turun dari mobil Papi nya. Didepan sana Tjitji melihat ada Hilmar berdiri dengan sangat gagahnya, tubuh tinggi menjulang, rambutnya disisir dengan rapih. Sangat elegan bagai patung dewa romawi yang biasa dia lihat dihalaman majalah impor punya Kokoh Budi.



Hilmar juga telah melihat Tjitji. Senyuman terpancar jelas diwajahnya. Melihat seorang wanita muda yang boleh dibilang ditaksirnya. Rambutnya hitam tergerai memanjang, lekuk tubuhnya yang tinggi semampai, tulang pipinya yang mencuat dengan rona merah, mata kucingnya yang melirik tajam kepadanya. Hilmar kali ini jatuh cinta. Kali ini dia bersaksi bahwa wanita muda dihadapannya ini yang akan menjadi pelabuhan pertama dan terakhirnya. Tempatnya memberi segenap jiwa raganya. Cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Tjitji.



Dengan langkah cepat, Hilmar segera menyambut kedatangan Tjitji. Dikecupnya pipi Tjitji, sungguh indah bila sedang dimabuk cinta. Dan Hilmar berharap apa yang dia rasakan sekarang, Tjitji bisa rasakan juga dihatinya.



"Hilmar, maaf kamu lama menunggu yah. Tadi aku harus kerumah kawan aku dulu." ucapa Tjitji tidak enak kepada Hilmar karena keterlambatannya.



"G masalah Tji. Sampai kapanpun aku akan tetap menunggu." Hilmar pun membalasnya dengan usapan lembut di lengan Tjitji.



"Bung Hilmar ini ternyata seorang penggombal ulung." Ucap Tjitji mendelik jahil ke Hilmar.


"Hahaha, aku menggombal hanya ke kamu aja Tji. Ngomong-ngomong, kamu sudah makan siang belum? Kalau belum kita kebelakang kios ini. Ada restoran Belanda kepunyaan Madam Ilse. Kamu mau coba kesana Tji?" Ucap Hilmar.




"Boleh deh." Balas Tjitji penuh semangat.



Dengan berjalan kaki, mereka berdua berdampingan berjalan ke arah belakang kios tempat restoran Madam Ilse. Tidak jauh jaraknya dari jalan besar.



Cuaca siang ini tidak terlalu panas. Awan putih dan langit biru menghiasi siang hari ini. Bagai payung untuk kedua sejoli yang saat ini menyadari akan ada cinta dihati mereka.




After LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang