05

67 5 0
                                    





Sudah dua minggu sejak pertemuan yang tidak mengenakkan yang dia alami, Hilmar duduk menyeruput teh pekat manis diteras belakang rumahnya. Dirinya tidak habis berpikir, ada perempuan yang sangat cerewet, blak-blakan seperti perempuan diwarung kopi tempo hari.

Padahal seandainya perempuan itu tidak cerewet, pasti dia sangat manis. Wajahnya manis dan ayu, Hilmar akui itu. Kulitnya sawo matang tidak seperti kebanyakan kulit peranakan cina yang putih seperti susu, bersinar dan eksotis dengan mata berujung lancip serta hidung bangirnya. Tapi sayang semuanya tidak ada artinya ketika perempuan itu mengeluarkan perkataannya. Sangat urakan.

Daripada pusing, dia pun melangkahkan kakinya hendak berpamitan kepada Papa Jahja. Sore ini Hilmar ingin berjalan-jalan ke pasar rakyat. Sudah lama sekali tidak diadakan pasar rakyat. Pasti sangat ramai pengunjung. Hiburan masyarakat kala itu hanyalah seperti itu. Papa Jahja berpesan kepada Hilmar sekalian tengokin kios Sentosa milik mereka, yang berada dekat dengan Pasar Senen dimana pesta rakyat diadakan.

Dilain pihak, sore ini Tjitji telah berdandan yang cantik untuk pesta rakyat di Pasar Senen. Dirinya sudah selesai, terlihat cantik dibalut long dress berwarna kuning muda dan sedikit aksesoris renda putih diujungnya, sepatu pantofel tinggi berwarna hitam, dan rambut berombak yang digerai belah samping, jangan lupa jepitan emas bercorak bunga-bunga mawar kecil. Bibir dipoles merah delima, tulang pipinya diberi sapuan perona pink semakin mencerminkan kecantikannya sore ini.

Diambilnya coat digantungan hanger. Coat senada dengan warna long dressnya, akan dia pakai selama perjalanan ke tempat acara tersebut. Sebelum itu dia akan ke tempat Ibu Letjen Suardi, seorang wanita muda yang sangat ayu yang selalu mengundang Tjitji bernyanyi.

Dengan penampilannya ini, Tjitji berharap ada produsen dapur rekaman yang akan meliriknya. Bukan Tjitji tidak dilirik, sudah beberapa produsen lagu telah menghampiri Tjitji dirumahnya, namun Tjitji tidak mengiyakan karena kesemuanya itu karena desakan sang Papi bukan dirinya dilirik karena bakat bernyanyinya.

Biasanya perayaan dipasar hari ini bisa berlangsung sampai malam. Dan Tjitji kebagian bernyanyi disore hari. Akan banyak masyarakat hadir disana. Dia telah berlatih bernyanyi langgam melayu, mengingat banyak penikmat musik ini. Meski dirinya bukan keturunan langsung melayu, tapi itu tidak mengecilkan semangatnya untuk memberi yang terbaik.

Ditempat Ibu Letjen Suardi, Tjitji melihat ada penyanyi langganan pesta rakyat, seorang juara bernyanyi. Hatinya tidak kecil, meski dirinya bukan Juara Bintang Radio Jenis Hiburan. Ditahun itu ramai peminat perlombaan bernyanyi yang digadang oleh RRI_Radio Republik Indonesia.

Ahmei selalu mendesak dia untuk mengikuti perlombaan itu, namun dirinya masih terbentur izin Papi nya yang sangat sulit membuatnya keluar dari rumah kecuali dia mengizinkan atau ada udang dibalik batu. Papi nya masih takut Tjitji sering keluar. Salahkan lah gerakan komunisme yang membuat pemerintah masih menetapkan jam malam.

Ibu Letjen Suardi dan Tjitji masih berbincang-bincang bersama dengan 2 penyanyi lainnya yang akan menghibur rakyat hari ini. Tjitji kebagian pembukaan acara, dirinya dilanda gugup. Maklum ini adalah tampilan perdana dirinya didepan khalayak ramai. Biasanya Tjitji hanya bernyanyi diacara-acara kecil. Mudah-mudahan dirinya bisa memberi kesan yang indah dimata rakyat sore ini.

Dilapangan Pasar Senen, dibelakang panggung Tjitji menarik nafas. Penyanyi wanita yang merupakan juara lomba bintang radio memberikannya semangat, katanya jangan takut, jangan nervous, anggap semua angin musim gugur, yang bertiup memberi ketenangan. Dirinya pun sedikit terhibur dan mulai bisa menguasai diri.

Penampilan yang apik dan ceria oleh Tjitji. Ramai rakyat bertepuk tangan dengan meriah. Lagu melayu yang dibawakannya sukses menghibur hati rakyat sore itu. 2 lagu dibawakan oleh Tjitji. Lagu pertama langgam melayu Cinta Hampa yang sukses membuat dirinya mendapat sorakan dan tepuk tangan yang meriah dari penonton. Lagu kedua Tjitji membawakan lagu pop ceria dari idolanya Titiek Puspa : Si Hitam. Dan juga mendapat tepuk tangan yang meriah serta pujian yang bagus dari Ibu Letjen Suardi.

Selesai dirinya bernyanyi, Tjitji yang memperbaiki sedikit letak jepitan rambutnya didatangi oleh beberapa pemuda yang kalau dilihat-lihat kebanyakan pribumi dan ada yang berprawakan blasteran belanda. Mereka memuja-muji penampilan Tjitji sore ini. Mereka pun mengajak Tjitji untuk berkeliling dipasar rakyat sore ini.

Tjitji yang belum pernah merasakan kebebasan tanpa ada pengawalan dari pekerja Papi nya, sangat merasa gembira. Baru kali ini dia berinteraksi dengan beberapa pemuda, mengajak dirinya bercanda gurau dan membeli kacang rebus serta minuman limau kegemarannya.

Tidak ada yang mencurigakan dari gerak gerik para pemuda tersebut. Tjitji juga telah kepalang gembira, merasakan euforia bebas dan bercanda gurau. Tapi itu tidak lama, para pemuda itu mulai mengajak Tjitji menjauh dari keramaian pasar rakyat, dirinya pun tidak curiga dengan ajakan mereka. Tjitji yang baru bersosialisasi itu mengira ajakan begini sudah biasa dipertemanan kala itu, jadinya dia iya-iya saja saat diajak.

Namun semuanya berubah disaat tempat yang ramai berubah jadi semak-semak belukar dan hutan bambu sepi yang terdengar hanya bunyi serangga tonggeret dan deru angin menggesek batang dan daun bambu. Dirinya mulai ketakutan tapi masih menampakkan wajah kalemnya. Dia tidak mau terlihat panik, itu akan menambah ego didiri pemuda-pemuda bejat itu.

Sekarang Tjitji tau, apa mau mereka mengajak dirinya ketempat sepi ini. Tapi Tjitji bukan orang yang lemah, sedari kecil Tjitji sudah diberi keterampilan bela diri langsung dari cina, mudah-mudahan dirinya bisa mengatasi ke empat pemuda bejat dihadapannya ini.





🦋🐺

After LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang