Mas Raden : "pacar mas best deh"

194 28 8
                                    





Raden tersenyum lebar melihat Janu yang saat ini tengah menjadi pusat perhatian. pemuda manis itu sendiri sibuk berpose sesuai arahan. entah sudah berapa kali Raden berdecak kagum melihat keindahan yang tengah beraksi diatas tumpukan kain itu. Janu benar-benar manis dan berbakat.

"Pak Raden, ada beberapa hasil foto dari photoshoot model pakaian sebelum ini. bapak bisa lihat disini"

CEO muda tersebut langsung menaruh atensi pada ipad yang berada di tangan designernya. sesekali ia mengangguk dan menyetujui beberapa foto yang akan diunggah dan dicetak ke majalah fashion.

"ah, tolong kirim fotonya ke nomor pribadi saya"

"baik, pak. saya permisi"

Raden hanya berdeham, kemudian mendudukkan diri diatas sofa yang tersedia di studio foto itu. kembali kedua matanya menyoroti sang kekasih yang nampak cantik dan elegan secara bersamaan.

"oke! sudah cukup. terimakasih mas Janu"

Janu hanya tersenyum kecil dan mengangguk. akhirnya seluruh atensi dan sorot lampu itu menjauh darinya. sungguh! jantungnya sedari tadi berdebar seolah ia habis berlari marathon.

menjadi pusat perhatian bukanlah hal yang Janu sukai. tetapi, diperhatikan Raden, menjadi hal yang paling Janu sukai.

"halo cantik"

Janu mendengus geli setelah mendengar catcalling dari kekasih tampannya, "apasih, gaboleh catcalling. aku bukan kucing" ujar Janu sembari bangkit dari duduknya dan mendekat kearah Raden.

yang lebih tua terkekeh geli lalu melingkarkan salah satu tangannya pada pinggang Janu.

"mas cuma manggil nama tengah kamu, cantik 'kan?"

"apasi gombal, ew" ucap Janu dengan ekspresi jijik yang dibalas dengan tawa dari Raden.

"ayo pulang" ajak CEO muda itu yang dihadiahi tatapan kebingungan dari sang kekasih.

"cepet banget? kan baru jam satu si—"

sreeett!

"gasabar pengen cium kamu, Jan. dari tadi mas udah nahan buat ga cium kamu" bisik Raden sembari mengeratkan pelukan dadakannya.

sedangkan Janu masih melongo dan memproses kejadian serta bisikan yang baru saja ia terima. setelahnya rona merah mulai menjalar dan menghiasi wajah Janu hingga ke telinga.

"dasar! masih di kantor juga, ih"

dan rengekan Raden mulai terdengar berani. menarik perhatian kru dan karyawannya yang masih berkeliaran disana.

Janu tersenyum canggung kearah stylistnya yang kembali mundur yang mengusir karyawan lainnya untuk keluar. niatnya ingin membersihkan make up tipis yang menempel diwajah Janu, malah disuguhi pemandangan sang atasan yang sedang di mabuk cinta.

"ayo pulang, sayang~"

"aduh mas, kan ada rapat satu jam lagi. masa pulang?" bujuk Janu sembari mencoba melepas pelukan maut Raden yang semakin erat. demi apapun! Janu sulit bergerak dan bernapas!

"biarin aja nanti diurus Rani, mas mau cuddle dulu sama pacar mas. baru jadian masa langsung meeting"

merasa tidak ada pilihan lain, Janu membulatkan tekadnya untuk memenuhi kemauan kekasihnya ini. kedua mata bulat Janu mengedar, memastikan seluruh orang sudah keluar. kemudian mencoba untuk menjauhkan wajah Raden dari bahunya yang saat ini rasanya lumayan pegal.

"ssstt, udah. sini liat" ujar Janu sambil menangkup wajah tampan Raden. jemari lentiknya mengelus lembut rahang tegas kekasihnya itu, lalu menatap kedua mata tajam milik pria di depannya.

Mas Raden 'renjae' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang