04

154 9 10
                                    






Sungchan menatap tak minat makanan di hadapannya, oh bukan karena itu makanan yang tak enak, kebalikannya justru makanan di depannya sungguh terlihat menggugah selera.

Sepotong steak dan beberapa kentang goreng dan sayuran yang di selimuti oleh saus barbeque khas sudah pasti dapat memikat hati orang-orang yang sudah lapar di pagi hari.

Nyatanya bukan itu yang membuat Sungchan bermuka masam di pagi yang cerah ini, entah ia memang sensitif atau memang faktanya Shotaro, gadis Jepang itu terang-terangan sedang menghindarinya sejak dua hari yang lalu. Tentu saja Sungchan cukup peka pada hal seperti ini, ia memiliki insting yang kuat pada beberapa oknum yang terlihat oleh matanya.

Seperti saat ia keluar kamar tadi, biasanya ia akan bertemu Shotaro yang sedang sibuk di dapur, entah untuk menata makanan ataupun mencuci peralatan makan pengunjung yang sudah selesai, ataupun ia juga biasa menjumpai Shotaro yang sedang menyiram tanaman di pagi hari selesai sarapan. Lalu apa yang di lakukan gadis itu sekarang? Shotaro menghilang entah kemana dan tiba-tiba saja ia mempekerjakan seorang wanita berumur untuk bertugas di dapur dan setiap Sungchan menanyai keberadaan perempuan itu justru sebuah alasan klasik yang di sampaikan wanita itu. 'Nona Osaki' sedang pergi keluar' begitu katanya.

"Hei tuan apa kamu ga suka sarapan dengan steak?" Seseorang menanyai Sungchan tepat di sebelahnya.

Sungchan melirik sekilas ke arah orang itu, sosok pria muda asing dengan wajah yang familiar.

"Jujur saja aku juga tidak menyukainya, oh ayolah setidaknya harusnya Taro menyiapkan makanan ringan untuk sarapan, kurasa gadis itu lagi-lagi ceroboh dalam memilih pekerja."

"Omong-omong sepertinya kita bisa berteman bung, karena disini kau yang paling terlihat masih kencang tuan. Namaku Niki kau bisa memanggilku pangeran jika kau tak sanggup memanggil nama indahku itu."

Dia cerewet dan narsis.

Itu yang ada di benak Sungchan, meski tidak di jawab oleh Sungchan berkat pertanyaannya tadi pemuda di samping itu dengan santai terus berbicara hal yang membosankan menurut Sungchan, tapi tunggu, barusan dia membicarakan siapa? Taro? Apa mungkin?

"Kau kenal Shotaro?" Tanya Sungchan.

Pemuda itu mengangkat sebelah alisnya menatap Sungchan dengan heran, lalu mengedikkan bahunya.

"Tentu saja siapa yang tak mengenal dia disini? Ini kan 'penginapan miliknya'." Katanya dengan nada mengejek.

"Bukan maksudku, apa kalian akrab? Sepertinya kau cukup akrab sampai bisa menyebut namanya dengan nama pendeknya."

"Aah kau benar-benar tuan yang penasaran, tentu saja kami akrab. Kami sudah lama hidup bersama kau tau?"

"Jadi kalian-"

Drrtt drrttt

Sungchan ikut melirik ke arah ponsel Niki yang berdering. Ia melihat nama dalam bahasa Jepang disana seperti tertulis 'penyihir Osaki'. Membuat Sungchan semakin penasaran.

"Hei bung aku rasa kali ini aku sibuk, kau bisa memberi tahu namamu nanti, oh ya aku minta kentang ini untuk cemilan terimakasih sampai jumpa tuan."

Mata Sungchan mengekor kemana pemuda itu pergi, dan matanya membola saat ia tahu pemuda itu berjalan ke arah kamar Shotaro.

"Siapa bocah ingusan itu? Apa mungkin..."

.....














"Pedofil? Come on, kenapa kau harus menyebut adikmu sendiri seperti itu Taro? Lagi pula bukannya itu wajar? Aku menyukai maknae dari girlgroup Leserrafim yang sedang naik daun. Ck ck ck kau ini benar-benar minim attitude dengan adikmu ya."

Something between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang