2. Bad Luck, Good Luck

318 51 14
                                    


Terkadang keberuntungan dan kesialan hanya dipisahkan oleh garis pembatas tipis diantaranya. Kedua hal itu beriringan layaknya bulan dan bintang yang selalu bersama dalam garis edarnya.

Entah seberuntung apapun nasib seseorang dalam setiap tahunnya pun, akan selalu ada satu hari buruk pula setiap tahun yang tidak tercantum dalam kalender. Dan Wonyoung juga termasuk orang yang meyakini bahwa meskipun ada hari buruk yang menimpanya, maka akan selalu ada hal baik pula yang terjadi untuk menghiburnya di hari itu.

Namun agaknya kini Wonyoung merasa sangsi akan keyakinannya itu. Apakah benar hal baik yang terjadi padanya hari ini setimpal dengan nasib buruk yang baru saja ia alami?

Suasana kantin SMA Royal Ive di jam terakhir memang tidak seramai di waktu istirahat makan siang, namun cukup ramai untuk menyebarkan kejadian siang ini ke seluruh penjuru sekolah. Masih segar dalam ingatan Wonyoung kala dirinya ditatap sinis oleh para siswa kelas 11 dan 12 yang menganggap dirinya 'cari perhatian' pada sang Pangeran, beberapa minggu lalu pasca insidennya jatuh di kantin.

Dan kini, entah rumor seperti apa yang akan beredar tentang dirinya setelah ini. Yang terpenting dalam benak Wonyoung saat ini adalah mencari jalan keluar dari situasi yang sangat menegangkan baginya.

Memulai hari dengan terkena inspeksi Pak Shin, lalu dibebaskan dari hukuman oleh guru BK nya. Mendapat nilai pelajaran seni terbaik di kelas, dan kini harus berhadapan dengan sang Pangeran dengan sepatu yang kini lengket dan kotor terkena es krim dan menatapnya dingin di atas sana. Entah bagaimana Dewi Fortuna sedang mempermainkannya hari ini sehingga membuat peruntungan dan kesialannya berimbang.

"Sampe kapan lo mau duduk disitu?"

Wonyoung pun terlonjak mundur kala iris ambernya beradu pandang dengan obsidian hitam legam milik sang Pangeran, yang entah bagaimana seakan menyedot perhatiannya layaknya black hole. 

Apa gue pura - pura pingsan aja ya?

Sekelebat ide gila muncul dalam benak Wonyoung. Pilihannya adalah melarikan diri dari situasi menegangkan ini dengan cara yang memalukan, atau menghadapinya walaupun akan tetap memalukan juga.

Gadis itu pun mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya yang terhisap netra legam itu. "Yang mulia maafkan saya, saya sungguh tidak bermaksud..." Wonyoung mencicit dalam posisi duduknya itu, menekan rasa gugup dan takutnya kala irisnya dan sang Pangeran beradu pandang.

Hening, Sang Pangeran bahkan tak menjawab permintaan maafnya dan masih menatapnya yang terduduk di bawah dengan alisnya yang terangkat.

Wonyoung merogoh saku jas kirinya untuk mengambil tissue basah yang selalu ia bawa kemana-mana untuk digunakannya membersihkan noda es krim yang menempel di sepatu mahal milik sang Pangeran. 

Di lain sisi, sang Pangeran malah mengernyitkan dahinya bingung akan tindakan Wonyoung yang tiba-tiba mengelap sepatunya yang kotor. "Berhenti." Sunghoon menarik kakinya mundur dari Wonyoung yang sedang menggosok sepatunya dengan tissue basah. Namun Wonyoung tidak mengindahkannya dan tetap bergerak maju mengikuti langkah kaki Sang Pangeran.

"Biar saya bersihkan, Yang Mu—" Wonyoung yang berkeras untuk membersihkan sepatu yang kotor karenanya itu tiba-tiba tersentak saat sepatu yang sedang dibersihkannya itu melayang sepersekian senti dari wajahnya. Dirinya pun terhenyak mundur sembari melongo, membayangkan sepatu bersol tebal itu mencium wajahnya.

"Gue bilang berhenti. Sekarang terserah mau lo apain sepatu gue, bisa lo buang atau lo pungut buat dijual. I dont care." Netra acuh sang Pangeran menatap Wonyoung yang nampaknya masih Shock. 

PRINCESS ON TRAINING || JANGKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang