8. Pride and Prejudice

407 51 70
                                    

Sorry forlate and slow update yah guys T_T chapter kali ini adalah chapter yang panjang jadi aku bener-bener mau make sure supaya kalian nggak bosen bacanyaa

Disclaimer : Seluruh karakter yang ditulis dalam cerita ini adalah FIKSI. Kesamaan nama karakter dengan tokoh di dunia nyata hanyalah sebagai visualisasi, dimohon untuk membedakan antara dunia nyata dan dunia fiksi dalam cerita ini.

HAPPY READING <3

***

Netra amber itu akhirnya perlahan terbuka, membiarkan secercah cahaya menyergap retinanya yang masih kewalahan untuk menyadari keberadaannya. Kepalanya terlalu berat untuk mencerna apa yang baru saja terjadi, namun satu hal yang dapat ia simpulkan adalah :

Ia jatuh pingsan.

Wonyoung meringis sedikit kala denyutan di kepalanya kembali terasa. Seumur hidup Wonyoung sering bertanya-tanya bagaimana rasanya pingsan, namun baru sekarang dirinya merasakan pingsan yang sebenarnya. Kepalanya terasa pening dan berdenyut hingga seluruh isi perutnya serasa ingin merangkak keluar sebelum badannya terasa ringan dan tiba-tiba hilang kesadaran.

Haah... jadi ini yang dirasakan orang ketika pingsan?

Pandangannya melirik ke arah jendela yang menunjukkan suasana gelap. Rupanya ia tak sadarkan diri hingga malam hari dan melewatkan perjanjian temunya dengan Ibu Suri yang seharusnya ia lakukan sore tadi.

Ngomong-ngomong soal pertemuan, ia tak menyangka akan pingsan di hari pertama dirinya menginjakkan kaki di Istana Gyeongbok. Baru juga hari pertama tapi gadis itu sudah kesusahan. Kekehan tanpa suara pun lolos dari bibirnya, menertawakan dirinya yang--

"Heh, kok nggak ngerespon malah ketawa sendiri deh? Ini gue panggilin tabib lagi apa ya?"

O-oh, jadi ia tidak sendirian di kamarnya?

Wonyoung reflek terlonjak, menyadari bahwa sejak tadi ia mengabaikan seruan dan lambaian tangan yang bergerak tepat di depan wajahnya. Sejenak ia menyesal karena bergerak spontan yang membuat kepalanya kembali berdenyut dan terasa berputar.

"Hoi! Jangan asal bangun ntar pusing lagi, ini lo udah sadar bener belum sih?" Wonyoung yang masih memfokuskan pandangannya yang kembali kabur lantas mengunci sosok laki-laki yang baru saja menegurnya. "Apa perlu gue panggilin tabib istana lagi?"

Sunghoon menjentikkan jarinya dua kali tepat di depan wajah Wonyoung untuk memastikan eksistensinya disadari olehnya. Wonyoung yang masih berusaha mencerna apa yang terjadi hanya mengerjap bingung, "Pangeran Sunghoon dari tadi disini? Ngapain?"

Sunghoon menghembuskan nafasnya tak percaya, melipat kedua tangannya di dada, "Emang gue nggak boleh ada di kamar. gue. sendiri?" Ia menekan ucapannya sembari menatap sebal wajah bingung Wonyoung yang menurutnya seperti orang dungu.

Sedangkan yang ditatap kini mengamati sekeliling, memastikan tempatnya berada. Kamar mewah dengan nuansa dominan biru dongker dan putih tempatnya berada kini memiliki luas dua kali lebih besar dari kamar milik Wonyoung. Beberapa poster film yang menempel di dinding, meja belajar yang rapi, dinding berisi rak buku yang rapi dan teropong bintang di sudut ruangan yang asing dalam pandangannya. Kasur yang empuk dan selimut yang super nyaman, jelas ini bukan kamarnya melainkan...

"Gue di kamar lo?" Meskipun ia sudah tahu apa jawabannya, namun Wonyoung tetap bertanya.

"Kayaknya lo harus periksa otak deh, emangnya lo sebodoh ini biasanya?" Tanggap Sunghoon dengan ekspresi tidak percayanya yang menyebalkan dan jari telunjuk yang berputar di samping kepalanya, seakan mempertanyakan isi kepala Wonyoung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRINCESS ON TRAINING || JANGKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang