5. Stormy Morning

347 49 12
                                    

SORRY KARENA NGARET LAMA BGT HUHU
SEMOGA SUKA (DAN JGN LUPA VOTE HIHI) ENJOY~~~

***

Orang tua yang baik tentu tidak ingin anaknya merasakan hidup dalam kekurangan, sebagaimana Sejong dan Suzy yang selalu mengupayakan yang terbaik agar dua buah hatinya menjalani hidup dengan berkecukupan. Namun upaya pun tidak cukup bila keadaan tidak mendukung, seperti halnya saat ini ketika keuangan keluarga Jang berada pada kondisi buruk.

"Lagi-lagi minus..." Suzy menghembuskan nafasnya berat sembari menatap layar laptopnya yang memperlihatkan perhitungan keuangan keluarga bulan ini. Hatinya terasa teriris saat mengingat anak bungsunya hari ini tidak bisa makan siang enak seperti biasanya, padahal usia remaja seperti Wonyoung pasti membutuhkan gizi cukup untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

"Yeobo, ayo bicara!" Seru Suzy memanggil suaminya yang sedang bebersih di lantai atas. Masalah ini harus segera dicarikan jalan keluar mengingat pengeluaran yang kian hari pasti kian membengkak.

"Iya-iya sebentar!" Sahut sang kepala keluarga dari atas sana.

Tak berselang lama sang kepala keluarga pun nampak menuruni tangga menghampiri sang istri yang kini menatapnya serius. "Kenapa yeobo? Ada masalah?"

Suzy mengerutkan kening mendengar pertanyaan retoris dari suaminya. "Ya jelas ada! Sini duduk dulu, kita perlu bahas soal pengeluaran dan rencana kedepan." Arah matanya mengarah pada kursi makan yang ada di hadapannya. Sejong pun tanpa babibu langsung duduk, takut kena semprot lagi.

"Jadi gimana rencana kita kedepan? Kebutuhan Heeseung makin lama makin banyak, belum dia harus magang dan lulus pun perlu biaya wisuda. Wonyoung juga sebentar lagi masuk kelas 3 pasti perlu kursus, belum biaya sekolah dan biaya makan siangnya. Aku tuh kasihan loh Pa, kalau mikir si Wonyoung di sekolah kelaparan karena kita nggak bisa bayar uang makannya." Uneg-uneg Suzy secara lancar langsung ditumpahkannya pada sang suami yang menjadi pendengarnya.

"Iya jadi-"

"Belum plafon gudang atas jebolnya makin parah, cat dinding juga udah mulai mengelupas, dua bulan lagi juga upacara peringatan kematian ayahmu pasti kita harus menyumbang, cicilan mobil juga belum lunas, loh! Aduh aku pusing banget mikirin semua pengeluaran yang nggak ada habisnya!"

Sejong mengerjapkan matanya bingung menjawab pertanyaan yang mana dulu, sedangkan istrinya kini menatapnya makin sebal. "Jawab dong! Kok diem aja?" Tambah Suzy melihat reaksi suaminya yang belum memberi tanggapan.

Sejong pun menghela nafasnya berat, toh bukan salah istrinya protes begitu karena memang karena dirinya lah perekonomian keluarga mereka menjadi terpuruk. "Kemarin sejujurnya aku sudah berpikir cukup lama, tapi aku masih bingung apakah pilihan tersebut adalah pilihan terbaik bagi kita semua."

Suzy menatap suaminya sembari menyilangkan tangan di dadanya. "Pilihan apa?" tanyanya ketus.

"Gimana kalau kita jual saja rumah ini?" papar Sejong mengutarakan pemikirannya. Pemikiran yang telah ia pikirkan matang-matang bila berkaca dengan kondisi dan peluang yang dimiliki keluarganya bila menjual rumah dengan sejuta kenangan itu.

Suzy terdiam mendengar ucapan suaminya. Netranya mengitari rumah dua tingkat sederhana yang menjadi tempat bernaung keluarganya selama dua puluh tahun terakhir. "Kenapa harus jual rumah? Apa nggak mending jual mobil aja?" Kesedihan berkumpul di pelupuk matanya yang tak menyangka bila keluarganya berada di posisi terpuruk seperti ini.

Seandainya suaminya tidak di PHK, atau seandainya mereka memulai usaha sampingan sebelum roda kehidupan menghantarkan keluarganya pada kondisi sulit. Semua kemungkinan dari kata seandainya telah bergema dalam pikiran pasangan suami istri tersebut, namun nasi telah menjadi bubur dan yang dapat dilakukan mereka hanyalah jalan terus kedepan tanpa melihat kebelakang.

PRINCESS ON TRAINING || JANGKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang