Park Sunghoon, The Heir of The Throne

389 45 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Park Sunghoon, remaja lelaki yang akan segera menginjak usia 18 tahun itu mungkin nampak sangat sempurna di mata khalayak umum. Muda, tampan, berbakat, dan akan menjadi pewaris takhta dari kerajaan negeri Ginseng di masa depan. Namun siapa sangka, lelaki yang terlihat sempurna itu nyatanya rapuh dari dalam.

Ada pepatah yang mengatakan, siapa yang ingin mengenakan mahkota harus menanggung beratnya. Dan hal itu nampaknya benar, jika melihat betapa kesepiannya remaja lelaki yang masih duduk di bangku SMA itu, namun harus menghadapi kesepian sepanjang hari seumur hidupnya sejak dirinya dinobatkan sebagai putra mahkota.

Langkah kaki Park Sunghoon menghantarkannya ke pinggir danau di selatan istana Gyeongbokgung sembari menikmati cakrawala senja yang berwarna jingga. Pemandangan pohon ginkgo berwarna keemasan yang dipantulkan danau Hyangwonji, dihiasi langit jingga menjadi pemandangan favorite sang Putra Mahkota setiap tahunnya. 

Sunghoon mendudukkan dirinya di atas kursi taman. Selepas berlatih anggar sore tadi, dirinya meminta izin kepada penasihat pribadinya, untuk menikmati waktunya sendiri. Beruntung beberapa tugas rumahnya sebagai pangeran sudah diselesaikannya, sehingga ia bisa menarik diri sejenak dari penatnya jadwal sebagai putra mahkota.


ddrrrtttt ddrrtttt

Sunghoon meraih ponsel di saku celananya, menunjukkan nama manusia yang meneleponnya sore ini.

Jay is Calling...

"yeoboseyo Jay, kenapa?" menjawab panggilan dari sahabatnya yang menelepon di seberang sana. 

"Nggak apa-apa, gabut aja makanya nelpon lo."  Meskipun Sunghoon jarang dan bahkan hampir tidak pernah bercerita soal masalah pribadinya, Jay seakan paham betapa kesepiannya Sunghoon sebagai putra mahkota. Sehingga tak jarang, ia menelepon Sunghoon tanpa konteks seperti ini.

"Kangen aja kan lo sama gue?" Ledek Sunghoon sembari menatap burung-burung yang bermigrasi di musim gugur pada sore hari itu.

"Yeee malah geer. Cewek lo nih, nyariin. Kok lo nggak bilang ke doi kalo lo hari ini absen club?" 

Sunghoon mengerjapkan netranya, mengingat bahwa dirinya belum mengabari kekasihnya soal dirinya yang absen dari club berkuda sekolahnya karena jadwalnya yang sibuk. "Oh iya, gue lupa hehehe. Besok senin juga ketemu, ntar gue telpon deh." 

"Oke deh. Ngomong-ngomong soal senin, jangan lupa bawa lembar rencana masa depan lo besok ya. Gue liat-liat lo belom ngumpulin sama sekali, padahal udah lewat dua minggu."

Sunghoon terdiam sejenak mendengar omongan Jay soal lembar rencana masa depannya. Diliriknya secarik kertas yang memang sengaja ia bawa ke pinggir danau ini untuk dirinya isi sore ini, meskipun ia masih bimbang akan mengisinya bagaimana.

"Hoon? lo denger gue kan? masa wifi kerajaan lemot sih?"

Sunghoon mengembalikan kesadarannya. "Nggak kok, aman." Sedikit bingung menjawabnya, ia pun melanjutkan, "Cuma ada yang belom gue isi aja, tapi ini udah mau gue isi kok."

PRINCESS ON TRAINING || JANGKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang