Floryn menyajikan sarapan yang ia buat di meja makan. Semuanya tertata rapi. Mendengar tangisan Jexian dari arah kamar, Floryn langsung bergegas untuk mendiamkannya. Floryn terus mengetuk pintu kamar Jexian karena ia tau Jevan ada di dalam, tidak ada sautan, sepertinya Jevan masih terlelap. Dengan tidak yakin Floryn menggapai knop pintu, dan pintu terbuka.
"Permisi, JEVAN!" tidak ada sautan dari pria yang bergulung di bawah selimut.
"JEVAN!"
Tanpa permisi Floryn masuk karena Jexian yang semakin memberontak di box bayi. Mendengar suara, Jevan terbangun dari tidurnya. Ia duduk dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Floryn terkejut karena Jevan memeluknya, leher Floryn memanas tertempa napas Jevan. Matanya terpejam dengan kepala yang tertumpu di bahu Floryn.
"Harin sayang, ini masih terlalu pagi. Ayo kita tidur lagi!" suara serak khas bangun tidur itu terdengar indah di telinga. Floryn melepas pelukan sang adik ipar dan menatapnya sendu, Jevan pasti sangat terpukul.
"Segeralah turun untuk sarapan," Jevan mengusap kasar rambutnya melihat Floryn berjalan keluar.
Jevan turun dari lantai atas dan duduk di meja makan. Floryn dan Jexian sudah menunggu Jevan sedari tadi. Jexian sudah mandi, rapi dan wangi. Di sela-sela kunyahannya Jevan melirik kecil pada Floryn yang memberikan susu pada Jexian.
Tanpa sadar pandangannya terkunci, tidak bisa dialihkan dari wajah cantik milik Floryn Han."Kenapa menatapku seperti itu?" ujaran kakak iparnya tidak membuat Jevan mengalihkan pandangannya.
"Kakak mirip dengan Harin, aku merindukannya."
"Tidak terlalu mirip, hanya mirip di bagian mata."
Setelah pembicaraan canggung mereka, Jevan dan Floryn tidak lagi bertegur sapa di pagi itu. Floryn tersenyum karena Jexian sudah tertidur. Sudah menjadi rutinitas Floryn selama satu bulan ini untuk mengurus rumah adiknya itu. Jika tidak ada Jexian mungkin Floryn tidak perlu melakukan hal ini. Jevan terlalu sibuk bekerja untuk mengurus Jexian.
Floryn membersihkan kamarnya dan kamar milik Jexian. Selama tinggal di sana, Floryn tidak pernah berniat untuk membersihkan kamar Jevan. Floryn tidak punya keinginan untuk mengurus kebutuhan Jevan, kecuali kebutuhan makan. Floryn sangat menghormati posisi Harin, Floryn ada di sini untuk Jexian bukan untuk Jevan.
Floryn asik menonton televisi, hari malam adalah waktu Floryn untuk bersenang-senang. Pintu utama terbuka, Floryn menatap adik iparnya yang baru pulang dengan wajah yang sangat kusut. Pria itu berjalan dengan tertatih-tatih. Karena merasa tidak kuat, Jevan melempar tubuhnya di sofa.
Berada di samping Jevan membuat Floryn ingin melempar adik iparnya itu. Berani sekali Jevan pulang dalam keadaan mabuk dengan aroma alkohol menguar sangat kuat. Jevan dokter bukan? Dia tau bahaya alkohol.
Dengan sangat terpaksa Floryn menggapai pundak Jevan untuk ia papah menuju kamarnya. Floryn enggan untuk masuk ke dalam kamar adiknya. Tapi melihat Jevan yang terus merancu membuatnya terpaksa.
Brak!
Flroyn merenggangkan otot-ototnya yang terasa begitu sakit setelah memapah tubuh Jevan. Floryn menutup pintu kamar, tapi ia kembali masuk karena tak tega melihat kondisi sang adik ipar. Dengan hembusan napas kasar Floryn membuka jas putih yang digunakan Jevan. Melepas sepatu serta kaus kakinya.
Floryn ingin segera pergi tapi tangannya lebih dulu dicekal oleh Jevan. Floryn memandang lekat wajah sang adik ipar yang memandangnya dengan tatapan lucu, memohon seperti anak anjing kecil.
"Harin, ayo tidur. Aku mengantuk," Floryn menegang karena tubuhnya ditarik begitu saja hingga jatuh di kasur. Jevan langsung memeluknya dengan erat.
"Kau berjanji akan memelukku setiap malam."
"Jevan aku bukan Harin!"
Jevan membuka matanya perlahan-lahan, tubuhnya tersentak melihat Floryn yang tertidur lelap di dalam pelukannya. Jevan yakin bahwa semalam ia berbuat yang memalukan karena terlalu banyak minum. Jevan menatap lekat wajah cantik milik Floryn, ia bisa melihat mata milik Harin yang tertutup indah ada di sana.
Jevan menyingkirkan rambut-rambut kecil yang mengahalangi pandangannya, Cantik. Jevan tetap setia menatap Floryn yang sudah membuka matanya. Floryn terlihat sedikit terkejut menyadari posisi. Mendapat pemberontakan, Jevan melepas pelukannya dan duduk di kasur sambil memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing.
"Maaf kak, aku mabuk semalam."
"Kau dokter dan kau tau itu bahaya!" Jevan tak menjawab dan kembali berbaring setelah Floryn pergi.
Oek oek oek!
Floryn bingung sendiri melihat anaknya yang terus saja menangis. Diberi susu terus sama menolak, terus saja memberontak di strollernya. Jevan yang baru datang untuk sarapan sedikit terganggu mendengar Jexian yang terus saja menangis. Jevan menggendong putranya dan ia timang, memberikan usapan-usapan kecil di tubuh si bayi.
"Ada apa jagoan? Mama terlihat letih, tidak kasian melihat Mama?" Floryn merasa aneh ketika Jevan menyebutnya mama. Jexian tenang di dalam pelukan ayahnya, Floryn tersenyum dan menyodorkan botol susu itu pada Jexian. Floryn dan Jevan saling melempar senyum melihat anak mereka yang menyusu dengan semangat.
Jevan mendorong black card nya di atas meja makan mengarah pada Floryn. Gadis itu bingung dengan sikap Jevan, mengapa ia memberikan black card? Floryn mengentikan sarapannya dan menaikan kedua alisnya bertanya-tanya.
"Peganglah kak, untuk kebutuhan kakak."
"Aku sudah pegang kartumu sejak bulan lalu, itu sudah cukup untuk kebutuhan rumah."
"Ini untuk kebutuhanmu kak."
"Kau sudah tidak bekerja sejak sebulan yang lalu karena diriku. Kau mungkin punya tabungan, tapi terima itu ya."
"Papa masih memberiku uang."
"Pakai milikku saja, kumohon terima."
"Aku bukan Harin, aku bukan istrimu. Aku tidak berhak."
"Ambil kak, kau pasti lelah mengurus semuanya di rumah."
"Kau menggajiku?"
"Tidak begitu."
"Hm aku ke rumah sakit dulu, selamat bertemu nanti kak." Jevan pergi begitu saja meninggalkan black cardnya di atas meja, mau tidak mau Floryn mengambilnya. Lumayan, untuk beli barang-barang baru.
To be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐼'𝑚 𝑁𝑜𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑛
RomanceSetelah beberapa bulan kematiannya, Harin kembali bangkit. Jevan berhasil membangkitkan Harin dengan medisnya. Setelah dua tahun menyembunyikan keberadaan Harin, Jevan kembali memampangkan istrinya itu di depan semua orang. Semuanya tercengang melih...