3.2 - Assassin Mission : New Home

33 10 2
                                    

Beberapa hari kemudian, kami melakukan rutinitas yang sama. Membunuh di siang hari dan deep talk sebelum tidur. Setiap hari ada order, ada target untuk dibunuh, dan yang terpenting ada uang yang masuk terus menerus.

Hari ini akhirnya kami bebas dari bau pengap gudang dam pindah kerumah baru. Ya, pembangunan akhirnya selesai. Setelah mengeluarkan lebih banyak uang, waktu pembangunan menjadi lebih singkat.

Dari luar rumah kami hanya terlihat seperti rumah sederhana dengan arsitektur yang juga tidak mencolok. Benar-benar membuat kami seperti orang normal.

Namun jika kamu mendapat undangan ke rumahku, jangan heran melihat teknologi yang terpasang di berbagai sisi dan sudut rumah ini. Aku juga mengeluarkan uang pribadi untuk itu.

Kamar kami bertiga ada di lantai dua. Juga ada beberapa ruang pribadi lainnya seperti lab untukku, ruang menonton, ruang fitness, ruang seni dan apa pun yang kami mau.

Aku memberikan kebebasan untuk Ellya dan Luna menggunakan masing-masing 2 ruangan kosong untuk mereka gunakan. Sementara aku sendiri, memegang semua kunci ruangan di rumah ini. Bagaimana pun aku pemilik sah-nya.

Mereka berdua sedang istirahat di kamar masing-masing. Sebelum pindah kami sudah mengisi kamar tidur dengan fasilitas standar seperti kasur dan lemari. Masih belum ada sedikit pun dekorasi yang terpasang.

Selesai meletakkan semua barang-barangku di kamar, aku keluar dan turun ke lantai satu. Menengok sebentar ke lantai dua, tidak ada tanda-tanda mereka keluar dari kamar masing-masing.

Aku pergi ke arah perpustakaan. Ya, aku juga mengisi rumah ini dengan perpustakaan khusus. Mulai dari buku cetak hingga tab khusus berbentuk kaca yang hanya memuat satu tema bacaan. Buku digital jenis baru hingga sekarang percetakan kertas tak lagi diperlukan.

Toh, mencari pohon untuk pembuatan kertas saja sudah langka.

Di pertengahan perpustakaan ini, terdapat satu lemari buku membentuk lingkaran. Terlihat seperti tiang yang dijadikan tempat meletakkan buku.

Aku melirik salah satu buku di rak kedua dari atas, aku mengambil salah satu tab dan meletakkan telapak tanganku di sana. Setelahnya rak serta buku di hadapanku saling bergeser, membukakan pintu yang tersembunyi di baliknya.

Anggap saja ini ruang rahasia, milikku. Dan tab itu hanya kunci masuk dengan fingerprint dan DNA yang hanya dimiliki olehku.

Jika ada yang bertanya isinya, kujawab pasti berisi layar besar yang terpasang di satu sisi. Aku menyentuh benda kecil yang terpasang pada kaca tipis di bawah layar ini. Sesaat kemudian cahaya biru menyebar bagai tumpahan cairan yang mengikuti jalurnya.

Hologram melapisi seluruh bagian kaca, menghidupkan layar serta komputer lain di ruangan ini yang terhubung dengan server utama.

Aku baru menyalakan daya dan ingin mengatur ulang ulang sistem program untuk seluruh bagian rumah.

Kuharap bisa tahan tidak pegal untuk seharian ini.

▪︎▪︎▪︎

Jam di sudut layar menunjukkan pukul 22.00, sementara aku tidak berpindah sedikit pun dari tempatku. Sering kali mataku berair karena terus menatap cahaya biru, punggung yang sudah pasti sakit saat diluruskan.

Sementara cari kamera CCTV, Ellya dan Luna mencari keberadaanku. Sekarang aku jadi merasa jahat karena mengabaikan mereka seharian ini.

Ngomong-ngomong, kami libur menjadi pembunuh bayaran hari ini. Maka dari itu kuputuskan untuk menyerang sistem pemerintahan. Cukup menyusahkan, tapi untunglah aku berhasil membuat 3 identitas baru tanpa ketahuan. Tentu dengan bantuan Zeusonn.

Tanpa dia aku tidak akan sempat membuat 3 identitas spesifik untukku, Ellya, dan Luna sebagai warga negara resmi dan mematuhi aturan.

Keluar dari pintu yang sama di perpustakaan, aku pergi dapur menyiapkan makan malam. Mereka berdua juga juga belum makan. Aku tahu, karena sejak tadi aku memantau seluruh bagian rumah-termasuk dapur-dari kamera pengawas.

Memasak nasi goreng karena keterbatasan bahan, lalu mengetuk kamar Ellya dan Luna untuk makan bersama.

"Kenapa tidak memanggil kami untuk membantu memasak?" Kata Luna. Aku hanya tersenyum tipis membalasnya.

"By the way, Ren, kamu di mana seharian?" Ellya ikut bertanya, tapi aku masih betah menutup mulut.

Entahlah, kebiasaan rasanya mengantup mulut rapat bahkan ketika sedang diajak bicara seseorang.

"Aku ... ada." Balasku singkat. Membawa dua piring ke meja makan, salah satu mereka mengambil piring yang tersisa untuk dirinya sendiri.

"Makasih," kata Luna, aku tersenyum lebih lebar dan mengangguk pelan.

"Thanks, Syberien," kata Ellya juga, aku melakukan hal yang sama seperti yag kulakukan pada Luna lalu menyendok nasi gorengku.

"Kamu ... nge-hack data lagi kah, seharian?" Ellya menebak, lantas aku mengangguk.

"Iya."

"Ga capek, Ren? Istirahat kalo emang capek, jangan maksain diri."

Lagi, aku hanya mengangguk.

Perbincangan terjadi antara Luna dan Ellya, aku hanya menyimak. Tenggelam pada pikiranku sendiri tentang identitas baru kami.

"Besok kita ke pusat perbelanjaan, ada banyak yang harus kita beli." Kataku, binar mata mereka berubah menjadi antusias dan kekhawatiran.

"Kita memakai identitas baru, tenang saja akan aman meskipun tidak pakai masker face-changer," kataku lagi, mereka menjadi sedikit lega.

"Identitas baru? Nama baru?" Tanya Ellya, aku mengangguk.

"Hanya untuk Ellya, namamu kudaftarkan menjadi Relia Elloceanna. Maaf tidak bilang terlebih dahulu." Menjelaskan tentang beberapa perubahan identitas yang kubuat siang tadi pada mereka. Sebab Ellya sudah terdaftar menjadi warga negara yang ditahan karena kasus pembunuhan. Aku tidak mungkin membuatnya terus bersembunyi dari pihak kepolisian.

"Nama yang bagus."

"Cantik namanya~"

Begitu respon mereka. Namaku sendiri kutulis Arina Laverra, mengingat nama Sieren akan membahayakan jika pergi ke tempat ramai dan memerlukan identitas diri.

Sedangkan Luna, namanya tidak berubah. Sama sepertiku, Luna tidak memiliki identitas resmi dalam arsip pemerintah karena kami memang tidak pernah didaftarkan sebagai warga negara. Bahkan kami hidup jauh dari masyarakat sejak kecil.

"Besok mau beli apa?"

"Gatau."

"Maybe, smartpad-buat kita bikin medsos," kataku sedikit bercanda, mereka langsung antusias mendengarnya.

"Emang gada job buat besok? Hari ini aja kita udah libur loh," tanya Ellya penasaran, aku menggeleng menjawabnya.

"Libur dulu gapapa lah~ Udah ngumpulin uang saatnya foya-foya," senyumku semakin mengembang, membayangkan kepusat perbelanjaan dan membeli apa yang kami mau tanpa takut kehabisan uang.

Wah ... indahnya ....

Padahal ada banyak daftar tunggu. Target berbagai gender dan usia menunggu untuk dibunuh. Tapi mengingat kami sudah cukup banyak membunuh orang untuk seminggu lebih, setiap hari kami dipenuhi amis darah dan saatnya berlibur.

Walaupun aku tetap bekerja sebagai hacker, mengurung diri di ruang rahasiaku dan bergelut dengan akses data berjam-jam tanpa istirahat.

"Ren. Sieren!" Panggilan dari Ellya maupun Luna membuyarkan lamunanku. Aku tersenyum pada mereka dan tertawa canggung, tidak tahu harus menanggapi obrolan mereka seperti apa.

Berakhir aku mengatakan beberapa hal tentang buku sains yang cukup viral belakangan ini. Aku kehabisan topik. Berlanjut pada mode fashion yang sebenarnya tidak kumengerti sama sekali.

Bagaimanapun kami tetap kumpulan remaja yang dipertemukan takdir untuk melawan dunia yang keras ini bersama. Seharusnya kami menikmati masa remaja dengan bersenang-senang seperti anak seusia kami juga.



▪︎▪︎▪︎

METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang