Aku membeli lahan tahan di wilayah pinggiran kota Redfill dengan harga tinggi. Sagat terpaksa, mengingat jual beli tanah di zaman modern sekarang sangat susah. Lahan kosong ibarat mencari tembok tanpa pelapis cat.
Tetapi tidak mungkin juga aku diam di rumah Ellya mengingat tetangganya di sana tahu gadis itu sudah ditahan. Tidak masalah, kita akan mendapat uang lebih besar dari ini.
Aku membayar orang untuk menjadi perantara jual beli serta pembangunan rumah dua lantai yang akan siap dalam dua minggu. Aku juga mengeluarkan banyak uang untuk memperpendek masa pekerjaan mereka.
Jadi, selama ini aku tinggal berpindah-pindah tempat bersama Ellya sebelum rumah kami selesai dibangun. Dia hanya mengikut. Kadang juga protes, namun sering kali kuabaikan.
Pagi ini giliranku untuk pergi keluar mencari makanan. Hanya perlu berjalan melewati beberapa gang untuk sampai di tempat makan sederhana langgananku akhir-akhir ini.
Sebenarnya bisa saja menggunakan printer food alih-alih berjalan kaki untuk keluar rumah. Tetapi aku juga perlu refreshing dari pengapnya gudang tempat persembunyian kami.
Aku membeli beberapa roti untukku dan Ellya, lalu membayar cash dan pergi secepatnya. Sangat kuusahakan tidak ada yang mencurigai keberadaanku.
Jika ada yang berpikir hidup menjadi kriminal itu menyenangkan, kenyataannya sama sekali berkebalikan. Aku selalu khawatir seseorang akan mencurigai atau bahkan mengenali dan melapirkanku pada pihak berwajib.
Beruntung sampai sekarang tidak kutemukan seorang pun yang melakukannya.
"S-Sieren?"
Merasa terpanggil, aku lekas menoleh ke samping. Tepat pada gadis berambut sebahu itu. Tubuhnya bergemetar karena takut. Mulutnya sedikit terbuka, dan kantung berisi sayur-mayurnya sudah terjatuh di tanah.
Ketika aku menatapnya, gadis itu berlari menjauh. Berusaha kabur dariku.
Aku menekan gelang di tangan kiriku untuk memanggil flying board. Melompat dan menaikinya dengan mulus hingga dapat mencegah gadis itu memasuki gang yang lebih sempit.
Dia terpojok di antara tembok dan aku yang melayang. Memblokade pergerakannya.
"S-sieren ... k-kamu berhasil kabur?" Tanyanya dengan suara terbata-bata. Aku mengangguk mengiyakan.
"Ba-bagaimana yang lain? Chelsea?"
Alisku naik dengan sendirinya mendengar nama salah satu anak disebut. Haruskah aku jujur menceritakan semuanya?
"Aku lupa. Kamu siapa?" Tanyaku balik. Aku memang lupa siapa dia.
"Luna. Aku Luna yang dijual pada perusahaan kimia." katanya dengan mata sayu. Pasti ada trauma tentang tempat itu.
"Kamu berhasil kabur dari mereka?" Luna mengangguk yakin.
"M-mau ke rumahku? Aku ... penasaran yang terjadi setelah aku pergi," katanya. Aku menyetujui itu lalu turun dari flying board, memilih jalan kaki bersama Luna.
Kami tiba di salah satu rumah susun, Luna berjalan lebih dulu dan menaiki eskalator ke lantai paling bawah.
Tempat ini terlihat memiliki 3 tingkat. Padahal ada 4 laintai dengan satu lantai paling bawah berada di bwah tanah. Luna memasukkan sandi pintunya lalu menpersilahkanku masuk.
Aku mengikutinya hingga dapur dan duduk di kursi bar, sementara penghuni tempat ini nampak sibuk membuat kopi. Setekah ia selesai dan membawa dua cangkir kopi untuk kami, aku sudah sangat penasaran ingin menanyainya.
"Lun, kenapa kamu kabur melihatku?"
Luna hampir tersedak mendengar pertanyaanku. Ia lekas mengambil tisu, menyapu kopi panas yang tumpah di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA
Ciencia FicciónMetanoia. [ᴍᴇʜ-ᴛᴀ-ɴᴏʏ-ᴀʜ] • ɢʀᴇᴇᴋ (ɴ.) ᴛʜᴇ ᴊᴏᴜʀɴᴇʏ ᴏꜰ ᴄʜᴀɴɢɪɴɢ ᴏɴᴇ'ꜱ ᴍɪɴᴅ, ʜᴇᴀʀᴛ, ꜱᴇʟꜰ, ᴏʀ ᴡᴀʏ ᴏꜰ ʟɪꜰᴇ; ꜱᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ ᴄᴏɴᴠᴇʀꜱɪᴏɴ. Saat semua orang mengabaikanku, kupilih untuk pergi dan meninggalkan mereka. Mereka menganggapku bodoh, namun mereka mati k...