Kami punya waktu 15 hari sebelum pergi dari kota Redfill untuk pendaftaran NCA. Seperti yang Ellya katakan, kami punya banyak pekerjaan yang harua dituntaskan sebelum pergi.
Seperti kemarin, Cyberiens rekor membunuh 20 orang dalam sehari akibat daftar tunggu yang menumpuk. Tentu, aku sadar itu karena keteledoranku yang bermalas-malasan. Untungnya, tugas yang tertunda telah selesai sebagian dan tugas baru juga berdatangan.
Jleb
Darah mengucur ke tanah begitu Ellya menarik pisau lipatnya dari leher target. Ini target ke-4 untuk hari ini, kami pergi ke lokasi target selanjutnya, lagi dan lagi, terus berpindah tempat guna membantu tugas malaikat pencabut nyawa.
"Masih banyak, Ren?" Tanya Luna, aku mengangguk mengiyakan. Kami menutuskan untuk berpencar agar mempersingkat waktu. Aku pergi sendirian, sedangkan Luna bersama Ellya.
Pembagian yang tidak adil. Tapi aku bisa melakukannya sendiri. Kami berpisah di penyebrangan jalan setelah perbicaraan cukup panjang, Ellya dan Luna pergi ke gedung di depan sana dan aku pergi ke sisi lain.
Mataku menatap layar smartpad. Hanya 5 orang yang perlu kubunuh, itu akan selesai dengan cepat, karena mereka sudah berkumpul di satu ruangan sebuah perusahan dan memudahkanku menghentikan detak jantung mereka.
Sebelum itu, aku meng-hack kamera keamanan di gedung perusahaan tersebut. Tanganku bergerak cepat di atas komputer, memastikan tidak akan ada jejak yang tertinggal sehabis pekerjaan ini selesai.
Memakai penyamaran dan face-changer, aku memasuki gedung seperti pegawai lain yang ingin kembali bekerja setelah istirahat makan siang. Mataku bergerak meneliti setiap sudut dan orang-orang di dalam kantor.
Memastikan semuanya aman, aku pergi ke lantai 9 untuk menemui target. Tugas kali ini sangat merepotkan. Namun dengan upah yang lebih tinggi dari tugas yang ditawarkan oleh klien lain.
Aku masuk ke dalam ruangan para petinggi itu, berpura-pura sedang mengantarkan berkas perusahaan dan menunggu sambil menyimak obrolan mereka.
"Kautahu lahan di pinggir Redfill utara? Kudengar seseorang membelinya dengan harga tinggi dan membangun sebuah rumah kecil." Kata pria tua yang memakai jas maroon. "Bodoh! Dia bodoh!"
"Haha! Kau benar, Mr. Axel. Jika kita lebih cepat mendapatkan tanah itu, pasti kita bisa menemukan banyak harta karun!" Sahut pria lain yang memegang gelas berisi wine. Aku memperhatikan mereka, beralasan menunggu bos pemilik perusahaan ini memberikan tanda tangannya.
"Kupikir, kita bisa mendapat kembali tanah itu tanpa harus membelinya."
Semua atensi beralih pada laki-laki dewasa, yang tidak terlihat seumuran dengan pria lainnya. Ia memainkan pion catur, lalu memainkannya dengan jari.
"Kudengar tanah itu dibeli oleh seseorang tidak dikenal. Mungkin dia pintar dalam menyembunyikan identitas, tapi aku tahu dia siapa—Syberiens."
Aku terhenyak meski wajah datarku masih berakting dengan sempurna. Sangat sadar bahwa mereka sedang membahas tanah yang kubeli 4 bulan yang lalu. Dan ruamh yang disebutkan adalah bangunan yang kutinggali bersama Ellya dan Luna.
"Syberiens si hacker buronan? Hah! Dia lagi."
"Apa? Kau pernah berurusan dengannya, Mr. Kyle?"
"Tentu! Dia pernah merampok dana perusahaanku sampai jutaan dollar! Aku rugi besar!" Katanya dengan nada kesal.
"Tenanglah, Mr. Kyle. Menurutku, dia tidak sehebat yang beredar," kata laki-laki yang tadi menyebut namaku. Dia meletakkan pion caturnya, lalu tatapnnya beralih padaku. Dia memperhatikanku dengan tatapan mengintimidasi. Hampir membuatku merasa terpojok dan membongkar penyamaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA
Science FictionMetanoia. [ᴍᴇʜ-ᴛᴀ-ɴᴏʏ-ᴀʜ] • ɢʀᴇᴇᴋ (ɴ.) ᴛʜᴇ ᴊᴏᴜʀɴᴇʏ ᴏꜰ ᴄʜᴀɴɢɪɴɢ ᴏɴᴇ'ꜱ ᴍɪɴᴅ, ʜᴇᴀʀᴛ, ꜱᴇʟꜰ, ᴏʀ ᴡᴀʏ ᴏꜰ ʟɪꜰᴇ; ꜱᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ ᴄᴏɴᴠᴇʀꜱɪᴏɴ. Saat semua orang mengabaikanku, kupilih untuk pergi dan meninggalkan mereka. Mereka menganggapku bodoh, namun mereka mati k...