Suara derap kaki melangkah sangat cepat menyusuri koridor rumah sakit. Tampak seorang pria yg berusia sekitar 25 tahun itu tengah menggendong bocah berusia 3 tahun yg kondisinya sangat memilukan. Bahkan baju kerja pria itu telah berlumuran darah akibat mendekap bocah malang itu. Sepanjang jalan tangisanya tidak ada henti-ntinya. Dari dalam hati dia terus berdoa untuk keselamatan putra bungsunya. Siapapun yg melihat itu pasti akan merasa iba.
Dua orang petugas kesehatan langsung bergegas menghampiri pria itu dengan membawa berankar dorong.
"Gib, jangan tinggalin papa, nak..." Lirih pak kevin dengan terus menggenggam erat tangan putranya.
"Maaf Pak, sebaiknya anda tunggu diluar. " ucap seorang suster dengan menahan pak kevin untuk masuk.
"Tolong selamatkan anak saya. " mohon kevin dengan menahan sesak didadanya.
"Akan kami usahakan, pak. Tapi selebihnya itu kuasa Tuhan. Anda cukup bantu doa. " ucap suster itu lalu meninggal kan kevin dan masuk kedalam ruang UGD.
Dunia pak kevin benar-benar hancur di hari ini. Pikirannya kalut, dan dia benar-benar merasa bodoh menjaga Anak-anaknya. Andai dia tidak memergoki istrinya pergi dengan pria lain mungkin dia tidak akan meninggalkan si bungsu di taman sendiri tadi.
Dia benar-benar mengutuk dirinya sendiri. Jika terjadi sesuatu dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.
"Kevin."
Dia orang berbeda gender dengan menggendong bocah yg memiliki wajah yg sangat mirip dengan bocah tadi melangkah dengan tergesa-gesa menghampiri pak kevin yg terlihat sangat kacau itu. Mereka adalah orang tua pak kevin.
Bu Kiranti yg melihat kondisi anak bungsunya sangat kacau itupun pun langsung memeluk anaknya dengan erat.
"Ibu." Lirik kevin dengan terisak dipelukanya.
"Sttt, udah. Gibran pasti baik-baik aja. Percaya sama ibu. " ucap bu Kiranti dengan menenangkan putra bungsunya. Walaupun pak kevin sudah memiliki keluarga, percayalah dia adalah anak bungsu yg masih membutuhkan perhatian lebih dari ibunya.
"Kevin takut, bu kevin takut Gibran ninggalin kevin sama Genta." Lirik kevin semakin pilu.
"Gibran anak yg kuat vin, anak kamu itu duplikat dari kamu. "
"Belum ada kabar dari Kirana? " tanya pak kaffy saat melihat kesekliling, saat tidak menemukan keberadaan menantunya.
Entahlah mereka juga bingung, padahal uang dan harta mereka melimpah, tinggal dia yg mengatur, tapi malah memilih pergi ke Korea untuk kerja diprisahaan ayahnya. Jelas-jelas ayahnya juga melarang bu Kirana untuk memikirkan hal itu, apalagi beliau juga harus menjaga genta dan Gibran yg masih membutuhkan perhatian penuh dari seorang ibu.Setelah Gibran berusia 7 bulan bu kirana sudah berhenti menyusui Gibran, dan dihari itu juga bu kinara meminta izin dengan pak kevin kalau dia ingin kerja di perusahaan ayahnya, tapi pak kevin menentangnya dengan halus. Apa lagi sekarang ini jadwalnya sangat padat. Jika istrinya pergi siapa yg akan menjaga genta dan Gibran.
Karena keras kepala, bu Kirana tetap pergi dan sampai pak kevin terbiasa dengan keadaan seperti ini.
Pak kevin menggeleng pelan.
Pak kaffy merangkul putra bungsunya. "Nggak papa, masih ada kami yg akan bantu merawat genta dan Gibran. "
***
KAMU SEDANG MEMBACA
GINARA
Teen Fiction"kalau seandainya Tuhan ngizinin kita hidup lebih lama. Mau nggak terbang bareng gue? " . . . . . "tapi kenapa lo terbang sendiri tanpa ngajak gue, Gib? kenapa? " . . .