"Bagaimana dengan kondisi cucu saya, dok? " tanya pak kaffy penuh harap, dia berharap kalau kondisi cucunya mulai stabil.
Sang dokter menarik nafas berat. "Ananda gibran saat ini kembali menutup matanya. Belum ada kata stabil untuk saat ini. Pukulan keras pada kepala belakang nya, kemungkinan besar itu akan berakibat koma untuk gibran. Kami akan terus memantau perkembangannya selama masa kritisnya. " papar sangat dokter dengan ikut terpukul dengan kondisi Gibran yg saat ini.
"Untuk saat ini, gibran belum bisa dijenguk, kita pantau gibran dari luar dulu, ya pak. "
"Baik dok. " ujar pak kaffy dengan tegas.
"Kalau begitu saya permisi dulu. "Ujar sang dokter dan langsung berlalu.
Pak kaffy menatap sendu cucunya dari pintu kaca yg tertutup sangat rapat. Sedari kecil, gibran tidak pernah lepas dari ruangan menyeramkan ini. Pria berusia 55 tahun itu sangat mengenal dan sangat dekat dengan cucu kesayangannya itu. Karena sedari kecil pan kaffy lah yg menjaga gibran saat pak kevin dirumah sakit.
Gibran anak yg penurut, dan tidak begitu suka keluar rumah. Bahkan dia tidak pernah mengusik dan mengganggu orang lain, tapi mereka seolah-olah ingin menghancurkan gibran secara perlahan, baik itu dari fisik ataupun mental.
" ayah, kok diluar, gibran sama siapa? " tanya pak kevin dengan senyuman yg masih menghiasi wajahnya.
Pak kaffy terdiam, beliau bingung harus mengatakan apa, terlebih beliau juga tidak ingin merusak mood anak dan menantunya yg sudah sedikit membaik.
"Yah? Gibran baik-baik aja kan? " tanya pak kevin dengan mata yg mulai memanas.
Pak kaffy menarik nafas panjang, berkata bohong pun percuma, anaknya terlalu cerdas untuk dibohongi. "Gibran kembali nggak sadarkan diri, dokter bilang, kondisi nya semakin keritis. Dan besar kemungkinan gibran akan koma karena pukulan keras di bagian kepala belakangnya. "
Deg
Hancur lebur. Padahal Kirana ingin sekali melihat senyuman putranya yg begitu menenangkan, tapi Tuhan malah membuatnya tertidur kembali.
Kevin berjalan mendekati pintu kaca dan melihat sosok anaknya yg sedang tertidur dengan damainya bersama alat-alat medis didalam sana. Padahal baru tadi mereka berbicara sebentar, baru tadi kevin melihat senyuman indah putranya, tapi sekarang anak kesayangannya itu kembali tertidur dalam jangka waktu lama dan belum tau kapan dia akan bangun. Baru sebentar saja dia merindukan suara anaknya, lalu bagai mana 1 jam yg akan mendatang, malam mendatang, hari yg akan datang dan seterusnya.
***
Keadaan markas black eagle sangat sunyi. Padahal ada ratusan anggotanya disana dan ditambah lagi anak Orion. Genta yg datang setengah jam yg lalu hanya diam termenung, jantungnya masih berdetak tidak karuan, setidaknya sekarang dia sedikit lega karena adik tidak jadi meninggalkanya seorang diri. Hampir kehilangan gibran hidupnya saja sesunyi dan sehancur ini, apalagi jika itu benar-benar terjadi, tidak terbayang seburuk apa kehidupannya.
"Lo kenapa gen? Murung banget? " tanya raffi dengan merangkul bahu sahabatnya itu.
Genta mengusap wajahnya dengan kasar.
"Nggak pegel bang diem kayak patung gitu? " tanya vian ikut mendekati genta.
Saat melihat vian yg memulai membaik dan mulai aktif kembali membuat genta sedikit senang. Genta juga sangat dekat dengan vian, termasuk inti Orion tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GINARA
Teen Fiction"kalau seandainya Tuhan ngizinin kita hidup lebih lama. Mau nggak terbang bareng gue? " . . . . . "tapi kenapa lo terbang sendiri tanpa ngajak gue, Gib? kenapa? " . . .