Sunyi. Itu yang kinara rasakan saat ini, keluarganya sedang pergi liburan dan lagi-lagi dia dilupakan. Tapi kinara lebih nyaman seperti ini, setidaknya hatinya bisa beristirahat sejenak.
Kinara meraih ponselnya diatas nakas dan untuk menghubungi kekasihnya. Entahlah kinara sangat ingin mendengarkan suara gibran yg seolah sudah menjadi narkotika untuknya. Sangat candu.
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi, mohon tunggu beberapa saat lagi. "
Kinara mendesah kecewa. Tidak ingin kehabisan cara, kinara menghubungi kenzo siapa tau gibran sedang berada di markas bersama mereka.
Setelah beberapa deti sambungan pun tersambung.
"Halo bang. "
"Iya, Ra kenapa? " tanya kenzo
"Abang sama gibran?, tadi Ara telfon nggak bisa. "
Hening.
"Bang? " panggil kinara saat kenzo tidak kunjung menjawabnya.
"Eh, iya. Sorry, lagi banyak pikiran. "
"Abang nggak sama gibran? " tanya kinara lagi.
"Kami juga lagi nunggu kabar dari gibran. "
Kinara terdiam, ternyata bukan hanya dirinya yg menunggu dan mencari kabar gibran hari ini, tapi mereka juga. Hingga lamunannya buyar kala ketukan pintu mengejutkan ya. Kinara beranjak dan membukanya, ternyata bi asi asisten rumah tangga nya.
"Iya, bi? " tanya kinara pada wanita paruh baya itu.
"Anu, ini non, bibi nemu bunga mawar kering lagi di depan pintu. " ujar bi asi dengan menunjukkan sebuket bunga mawar yg telah mengering.
"Buang aja bi, mungkin anak-anak iseng." ujar kinara tidak mau ambil pusing.
Sebenarnya disini dia juga bingung. Siapa pengiriman bunga kering itu? Mengapa harus bunga kering, apa dia tidak mampu membeli yg masih segar? Akhir-akhir ini dia selalu mendapat teror tentang bunga kering beserta foto-foto gibran dan dirinya dengan berlumuran darah.
***Sedari setengah jam tadi dokter belum. Kunjung keluar dari ruang ICU. Pak kevin terus mondar-mandir didepan ruang ICU dengan gelisah. Sedangkan bi Kirana masih menangis di pelukan ibu mertuanya. Selepas dilarikan keruang oprasi tadi, gibran sempat drop dan detak jantungnya sangat lemah. Hingga berujung dibawa keruang ICU karena kondisinya sangat buruk dan keritis.
Cklek.
Atensi mereka langsung tertuju pada seseorang yg baru saja keluar dari ruang ICU.
"Bagai mana pak? " tanya pak kevin dengan suara bergetar.
Sang dokter menarik nafas panjang. "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi pendarahan yg pasien alami membuatnya tidak bisa tergolong. " papar sangat dokter.
Deg
"Tidak mungkin! " ujar pak kevin langsung menerobos masuk.
Sedangkan bu karina, anita cantik itu ingin ikut masuk tapi tubuhnya terlalu lemas, lututnya terlalu lentur untuk menyangga tubuhnya. Tubuh indah itu luluh dilantai yg dingin.
"Kirana." pak kaffy langsung memeluk menantunya yg terus menangis sesenggukan. Beliau pun merasakan hal yg sama. Terlebih bliau sangat menyayangi gibran lebih dari segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GINARA
Teen Fiction"kalau seandainya Tuhan ngizinin kita hidup lebih lama. Mau nggak terbang bareng gue? " . . . . . "tapi kenapa lo terbang sendiri tanpa ngajak gue, Gib? kenapa? " . . .