Tanpa terasa minggu telah berlalu. Kini gibran sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasa, tapi pak kevin melarang gibran untuk mengikuti ekskul apapun, termasuk karate dan basket, yaa, walaupun beliau tau basket adalah hal yg paling gibran sukai.
Seperti malam ini, rencananya Gibran ingin ke markas, namun saat di jalan banyak sekali Motor-motor yg terparkir dengan asalan. Ditambah lagi keadaan jalan sangat ramai akan remaja yg sedang berkelahi. Ini... Tawuran. Gibran mengenali dua geng motor itu, itu adalah geng kakanya dan juga musuh kakaknya yg pernah mencelakainya waktu itu.
Dan... Orion juga ada disana. Tatapan Gibran makin tajam dan dingin. Mereka tidak pernah mendengarkan ucapanya, jika begini yg menjadi sasaran utama dalam tawuran ini adalah dia.
Dengan santainya gibran menonton mereka yg sedang baku hantam, dan tidak ada niat-niaran nolong mereka yg sedang melawan musuh mereka. Gibran duduk santai diatas motor besarnya, matanya tidak lepas dari vino dan kris yg sedang beradu jotos di tengah keramaian itu. Gibran sudah mendengar cerita tentang kris dari kenzo, kalau selama ini kris adalah mata-mata yg berkerja sama dengan geng blackmoon.
Namun fokusnya teralihkan saat mata tajamnya menangkap seorang musuh dengan samurai panjangnya menghampiri genta dari arah belakang. Gibran yg melihat itu langsung berlari sekencang mungkin dan langsung menendang kepala orang itu, hingga samurai yg dibawanya terlempar jauh dan orang itu langsung tidak sadarkan diri karena tendangan dari Gibran. Tinggi badan Gibran yg sangat tinggi itu dapat dengan mudah mengincar kepala mereka dengan satu gerakan.
Semua anggota black moon langsung terdiam mematung kala ketua mereka sudah terkapar dan tidak sadarkan diri. Ya orang tadi adalah doni. Ketua black moon yg pernah membuat Gibran menderita karena sabun pembersih lantai dan juga minuman keras.
Bukan hanya anak black moon, tapi semua orang disana terkejut melihat kehadiran gibran secara tiba-tiba. Gibran melangkah kearah samurai itu berada, lalu memungutnya dan mengusap samurai yg terlihat sangat mengkilat. Genta yg melihat senyuman mengerikan dari adiknya itu merasa sangat merinding. Gibran itu sangat menyukai darah, apalagi darah orang lain. Sekelebat ingatan mengerikan dapat genta rasakan, ingatan dimana gibran pernah membunuh orang.
Gibran memainkan pedang itu dengan begitu mahir, namun mereka yg melihat sangat ketar-ketir.
"kenapa berhenti? Ketua lo udah mati ya? " tanya Gibran dengan tersenyum menakutkan.
Gibran melangkah dengan santai dan menghampiri tubuh doni yg belum ada pergerakan. Gibran menginjak tangan doni yg pernah menyiksa dirinya tanpa ampun, tangan yg pernah membantainya hingga menimbulkan trauma pada ayahnya. Tangan yg hampir menghilangkan nyawanya, beberapa bulan lalu. Suara retakan terdengar nyaring di indra pendengaran mereka yg membuat mereka merasa ngilu.
Ini juga merupakan salah satu alasan kenapa gibran tidak mau turun langsung di tengah-tengah tawuran, karena besar kemungkinan dia bisa membunuh mereka.
Dirasa puas menginjak tangan doni hingga patah gibran beralih duduk diatas perut doni.
Karena merasa kasihan, genta pun menghampiri gibran yg sedang menatap anggotanya dengan tajam. Wajahnya memerah menahan amarah, sedangkan semua anggota Orion hanya bisa nunduk.
"Turun, gib. Kasihan anak orang. Bisa mati nanti. " ucap genta dengan mendekati gibran yg juga menatapnya tajam.
Entahlah malam ini adiknya begitu menyeramkan. Dapat genta lihat kalau anak itu baru saja pulang dari rumah sakit, sebab, punggung tanganya masih terlihat sedikit bengkak.
"Cuman kayak gini mana ada apa-apa nya, mungkin cuman patah tangan sama leher aja, nggak sebanding sama rasa trauma papa. "
Genta yg mendengar itu hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
GINARA
Teen Fiction"kalau seandainya Tuhan ngizinin kita hidup lebih lama. Mau nggak terbang bareng gue? " . . . . . "tapi kenapa lo terbang sendiri tanpa ngajak gue, Gib? kenapa? " . . .