𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑝𝑒𝑙𝑒𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑎𝑝𝑎𝑝𝑢𝑛 𝑖𝑡𝑢, 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙 𝑠𝑎𝑎𝑡
𝑀𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑝𝑒𝑙𝑒𝑘𝑎𝑛.
~𝑘𝑒𝑛𝑧𝑜~Udara pagi terasa lumayan dingin, ditambah lagi pagi ini turun hujan. Sungguh sangat menyebalkan berangkat kesekolah dengan cuaca hujan seperti ini.
Tapi tidak untuk seseorang pecinta hujan yg kini memasuki gerbang sekolah dengan payung hitam kesayangannya . Hampir 2 minggu mereka tidak melihat sosok cowok itu.Mereka yg melihat cowok itu telah kembali, berjejer anak dikoridor, seolah sedang ada seorang artis yg datang. Sedangkan Gibran, cowok itu hanya cuek seolah dia tidak melihat ribuan orang di sekelilingnya.
Hari ini gibran berangkat sendiri, karena genta sedang demam tinggi dirumah. Sebenarnya gibran juga belum begitu pulih, tapi memang dasarnya si keras kepala dan tukang nekat, ya mau gimana lagi.
Gibran mulai menaiki anak tangga satu persatu untuk menuju lantai 4,tempat kelasnya berada. Namun baru sampai lantai 3 tubuhnya sudah terasa lelah. Biasanya kalau naik tangga, dia selalu di gendong dengan Raffi. Gibran paling mager kalau disuruh naik turun tangga. Bahkan gibran dulu sering kesasar karena nggak pernah mau keluar kelas. Tukang tidur, males makan, sampai terserang asam lambung, dan paling tidak suka berjalan jauh.
Tapi SMA mengubahnya menjadi sekarang. Tapi hari ini penampilan gibran sangat berbeda. Seragamnya rapi, rambut nya dia biarkan memanjang. Bahkan sudah hampir menutupi telinganya. Tapi hal itu tidak mengurangi ketampanannya. Bukan hanya itu, gibran menjadi sangat diam, dan terlihat lebih suram dari sebelumnya.
Setelah menempuh perjalanan yg merepotkan, akhirnya gibran sampai dikelas XI IPA 4. Kelasnya begitu berisik, gibran mulai melangkah masuk, dan hal itu membuat mereka hampir tidak mengenali sosok Gibran hingga....
"GIBRAN!! " teriak kris lantang dan berlari kearah gibran dengan merentangkan tangan.
Gibran yg akan dipeluk itu, langsung menghindar dari kris. Tidak sampai disitu. Anggota inti Orion juga sudah berlari hendak memeluk Gibran.
"STOOPP! " Teriak gibran lantang.
Hal itu membuat mereka menghentikan langkah mereka. Interaksi mereka tidak luput dari perhatian seseorang yg duduk di kursi paling depan dan diujung seorang diri. Gadis cantik itu terus memperhatikan wajah tampan gibran yg begitu sempurna. Kepingan ingatan tentang perjuangan cowok itu untuk masuk ke halaman rumahnya dengan memanjat pagar rumahnya.
"Padahal kita-kita kangen sama lo, tapi lo malah nggak mau dipeluk, jahat banget." celoteh kris dramatis.
Gibran menunduk, dia menatap sepatu hitam yg dia pakai. "Gue lagi pingin sendiri." ucap gibran lirih. Lalu melangkah menuju kursinya yg telah dipindah didekat jendela. Hal itu membuat mereka diam.
Apa gibran marah? Apa dia kecewa karena mereka terlambat menolong nya? Sungguh mereka kesulitan menebak sosok misterius di hadapan mereka. Gibran yg biasanya bar-bar kini berubah menjadi diam, suram, dan kalem. Kelas kacau dan ribut pun cowok itu hanya menatap kearah luar jendela dengan menopang dagu.
Rifqi dan kenzo yg melihat itu mencoba mendekati Gibran. Mereka menarik kursi kosong dan duduk di hadapan Gibran. Bahkan kedatangan mereka hanya diacuhkan gibran. Rasanya mereka kembali manemui gibran 4 tahun lalu. Gibran yg diam, suram, tidak suka bicara, dan kalem.
KAMU SEDANG MEMBACA
GINARA
Teen Fiction"kalau seandainya Tuhan ngizinin kita hidup lebih lama. Mau nggak terbang bareng gue? " . . . . . "tapi kenapa lo terbang sendiri tanpa ngajak gue, Gib? kenapa? " . . .