❝Benang merah itu saling bersinggungan menarik sebuah hati dan jiwa memenuhi asa yang tidak bisa dikatakan sesuai kebenarannya. Benang merah yang meloloskan sebuah duri yang selalu tertancap dalam indahnya rupa sang rembulan merah di malam yang ditelan oleh rintihan raga.❞
─── Royven Znnoxe Fellipe ───
⋆☽◯☾⋆
Drap! Drap!
"Bertahanlah ku mohon, " Teriak Hali panik sambil berlari tak tentu arah. "Bertahanlah, sedikit lagi." Hali mempercepat langkahnya, walau lelah semakin mendera. "Ka-kak ...." lirih pemuda — yang berada di punggung hali —dengan lemah. Suaranya hampir tak dapat di dengar oleh Hali sendiri.
Langkahnya menelusuri jalan-jalan setapak dengan sisi bercahaya. Cemas dan panik melingkupi dirinya. Tatapannya berbinar kala menemuka sebuah batu besar. Segera ia mempercepat langkahnya dan bersembunyi di balik batu itu.
Perlahan ia menurunkan pemuda yang terlihat hampir tak sadarkan diri itu. "Kau tak apa?" tanyanya cemas. Pemuda itu tersenyum lemah menatap Hali. Jubahnya terbakar sebagian, juga kemeja putih yang dikenakan, membuat luka bakar di lengan kirinya terlihat jelas. "Maafkan aku. Aku hanya beban untukmu." Sesal Hali menitikkan air mata.
Tanah kembali bergetar dan api semakin membakar pepohonan yang ada. "Kau tunggulah di sini, biar ku hadapi makhluk itu." ujarnya lalu bangkit. Langkahnya terhenti kala pemuda itu menarik tangan kirinya. "Kak, itu berbahaya ... urgh ...." Hali segera membaringkan pemuda itu pelan di atas tanah. Ia tak habis pikir dengan hal nekat yang dilakukannya beberapa saat yang lalu. "Mengapa kau nekat seperti tadi. Bagaimana jika kau mati, Hah!" bentak Hali marah. Perasaan cemas terus menghantuinya, seolah ia memiliki ikatan kuat dengan pemuda itu. 'Kita bukan saudara, tapi aku begitu mengkhawatirkan keselamatanmu' - batin Hali bingung.
Jika kalian bertanya apa yang terjadi. Burung raksasa yang mengaum marah sebelumnya, tiba-tiba menyemburkan api ke arah Hali. Sontak pemuda itu langsung menjadi tameng untuknya terhindar dari serangan api besar itu. Burung raksasa itu semakin menggeram marah menyadari serangannya tidak mengenai Hali, lalu mengepakkan sayapnya seraya menyemburkan api bercampur petir biru, yang mana membuat Hali segera menggendong pemuda itu di punggungnya dan berlari menghindar.
"Kak, kau adalah kakakku, sudah sewajarnya aku melindungimu," ujarnya dengan lirih. "Tapi kau terluka, bodoh!" kesal Hali. Gelombang api dan petir terus menjalar ke segala arah bahkan hampir mengenai batu tempat mereka bersembunyi. "Sial!"
Rasa amarah telah menguasai Hali sepenuhnya. Tak peduli pemuda itu adiknya atau bukan, tapi jika ada yang melukainya, Hali akan benar-benar murka. Hali keluar dari persembunyiannya dan menatap bengis makhluk menyerupai Elang itu. Hatinya terasa panas. Keinginan membunuh makhluk itu terukir di lubuk hatinya. "Kau menyakitinya. Aku pastikan kau akan menjadi burung bakar yang lezat, "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest Brother's Odyssey [END]
Fanfiction[Fanfiction and AU story] Shifting reality? Multiverse? Dunia paralel?Mitos?! Halilintar Edgar Thunder, seorang kakak sulung dari tujuh bersaudara yang entah di sengaja atau tidak telah tertarik ke universe lain saat mencari bola adiknya di hutan...