00.05 Time | White Lily

1.2K 132 21
                                    

Indah nan gemilang sang purnama. Memanggil nama sebuah cahaya. Tak akan ada rasa yang terlupa jika kau bertemu sebuah asa. Kembalilah, biarkan ku genggam cahaya mu yang terhina.

──── Gempa Galan Ravindra ────

──── Gempa Galan Ravindra ────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆☽◯☾⋆

TAP! TAP!

Gelap tak berujung. Itulah yang kini di tangkap penglihatannya. Hawa dari ruangan itu terasa mencekat, seolah begitu banyak rantai yang menjerat dirinya.

Semakin dalam ia melangkah, semakin ia kesulitan bernafas. Langkahnya semakin gontai, kepalanya terasa begitu berat. 

Ia merasakan perih menjarah kakinya, membuat tubuhnya terhuyung dan jatuh tersungkur. Dengan susah payah, ia berusaha menatap kakinya dan menemukan darah yang mengucur deras dari sana.

Tubuhnya bangkit terduduk. Maniknya menatap lurus lalu terkejut kala terdapat tumpukan serpihan kaca dengan darah yang mengkiasi permukaan. Hatinya kembali di landa gundah, ia bahkan tidak mengetahui ada tumpukan kaca saat berjalan tadi. Kaca itu tiba-tiba muncul dan menusuk kulitnya, begitulah pikirnya.

Perih kembali ia rasa, membuatnya meringis dengan darah yang tak kunjung berhenti dari telapak kakinya.

Pikirannya kalut, ia ingin pulang, tapi kemana? Ia bahkan tak tahu identitasnya sendiri.

TAP! TAP!

Seseorang mendekat padanya, lalu berhenti tepat di depannya yang tengah terduduk lemah. Pandangannya mengabur kala ia mendongak, menatap wajah orang itu.

Tanpa mengucapkan apapun, orang itu meletakkan setangkai lily, lalu berbalik, melangkah menjauh.

Orang itu menoleh sekilas padanya sebelum akhirnya hilang seperti debu yang berterbangan.

"T-tunggu ... " teriaknya, lalu sebuah cahaya begitu menyilaukan menyelimutinya.

⋆☽◯☾⋆

"Hah ... hah ... tadi itu, apa?" lirih seorang pemuda yang terbangun dari istirahat panjangnya. Nafasnya memburu dengan keringat dingin yang membasahi dahinya.

Maniknya mengedar ke ruangan. Tempat itu begitu asing untuknya, "Dimana ....?"

Ia memutuskan turun dari tempat  tidurnya dan mengelilingi ruangan sunyi nan gelap itu. Cahaya bulan yang membias dari jendela, tampak begitu indah, membuat perasaannya menghangat.

BRAK!!

Seseorang menerobos masuk ke dalam ruangan itu, dan kini tampak dihadapannya, 2 orang wanita yang terlihat saling berselisih paham.

The Eldest Brother's Odyssey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang