00.11 Time | Agreement

694 83 18
                                    

Lihat lah dunia itu, hampa dan tak ada kehidupan. Tak layak sebagai sumber kehidupan. Hanya kering dan layu. Layaknya musim gugur yang telah menggugurkannya selamanya. Adakah kehidupan yang mengimbanginya? Tentu tidak, karna dunia itu telah kiamat pada masanya.

──── Heinrich Arzinix Fellipe ────

──── Heinrich Arzinix Fellipe ────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆☽◯☾⋆

SYUT!

JLEB!

"Tepat sasaran."

Derap langkah kuda memenuhi setiap jalur hutan Blood Hill, hutan yang dikenal sebagai hutan perburuan. Jika Hutan Mellodica adalah hutan elegan di mana floranya menyerupai harta yang berkilauan dan tempat sang Pohon Kehidupan berdiri kokoh, maka Blood Hill adalah hutan yang memiliki berbagai macam hewan sihir dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah.

Blood Hill juga di penuhi dengan tumbuhan beracun maupun tumbuhan parasite. Tak ayal mengapa semua orang yang mendatangi hutan ini, harus menguasai sihir pemurnian Tingkat menengah. Jika pengguna sihir pemurnian yang masih tahap pemula memasuki hutan ini, dapat dipastikan mereka akan tewas mengenaskan oleh racun dan tumbuhan penghisap jiwa.

Hutan ini terletak di Timur perbatasan antara 2 Kekaisaran, maka dari itu tak heran jika pemburu dari 2 Kekaisaran bertemu secara tak sengaja.

"Bidikanmu kurang tepat, Arion."

"Bisakah kau diam dulu?"

Arion, sang Pangeran ke-lima Kekaisaran Althea, kini sedang memosisikan mata panahnya pada target yang berjarak ratusan meter dari tempat ia menunggangi kuda.

Netra kanannya menutup, dementara netra kiri menyesuaikan ketepatan target yang di bidik. Ibu jari tangan kiri ia acungkan di atas bayangan target. Menghela napas sejenak, menenagkan diri. Arion melepaskan panahnya. Panah itu bergerak lurus membelah udara tanpa menimbulkan suara, sehingga target yang ia tuju tak menyadari akan ancaman yang mengincar nyawanya.

JLEB!

Panah itu menembus tepat di jantung seekor Amethyst Griffin yang langsung terkulai di tempat.

"Kemampuanmu mengagumkan, Arion."

Arion hanya memutar bola mata, malas menanggapi. "Kakak, bisakah kita kembali saja? Suasana hatiku sedang tidak bagus untuk berburu," ujar Arion mengikuti langkah sang Kakak mendekati hasil perburuannya.

"Aku tahu, maka dari itu aku mengajakmu kemari," sang Kakak menjeda kalimatnya, menunduk menatap Griffin berukuran cukup besar di hadapannya "lagipula, kau bukan sedang dalam suasana buruk. Katakan padaku Arion, kau menyembunyikan sesuatu dariku. Benar?" sambungnya tanpa menatap Arion.

Arion sedikit tersentak, tetapi dengan segera mengendalikan diri. "Itu tidak benar. Kau hanya mengada-ada."

Netra sang kakak sejenak menatap lurus ke depan. "Benarkah begitu?" ucapnya seraya berdiri, tetap memunggungi Arion.

The Eldest Brother's Odyssey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang