The Eldest Brother's Odyssey [END]

00.13 Time | Hidden

❝ Gundah kian menerpa, kala senja mulai berada. Diriku sudah berusaha melepasnya, namun mengapa benang itu masih menyatu? Apakah dia bisa kembali? Kedalam pelukan mereka lagi?❞

──── 𝐙𝐚𝐜𝐡𝐚𝐫𝐲 𝐁𝐥𝐚𝐳𝐞 𝐀𝐥𝐟𝐚𝐫𝐞𝐳 ────

⋆☽◯☾⋆

Cuaca pagi yang cerah kembali menyelimuti. Saat ini, Ying Damara Izumi, atau yang biasa di panggil Ying, kini mengendarai sepeda gunungnya di jalan setapak taman kota dengan riang. Sebenarnya ia ingin menjenguk teman sekelas yang sudah tidak hadir selama berminggu-minggu. Hal itu membuatnya penasaran, mengingat temannya itu bukanlah type yang suka membolos tanpa keterangan.

Ada pun hal yang membuatnya begitu bersemangat mengunjungi rumah temannya adalah ia dapat bertemu dengan pujaan hati. Ya, gadis kelahiran Tiongkok ini, menyukai salah satu saudara temannya itu, bahkan ia sampai menyiapkan camilan buatan tangan sendiri untuk di berikan padanya.

"Kakak akan suka atau tidak ya? Astaga, membayangkannya saja aku sudah merona. Bagaimana jika ia menolaknya? Tidak, tidak, aku sudah membuat ini dengan tulus, jadi kakak harus menerima, hehe." Ying bermonolog sepanjang perjalanan. Tidak ada yang dapat membuatnya begitu terbuai asmara. Hanya dia yang dapat meluluhkan hati yang semula begitu dingin pada siapapun.

Tiba di depan gerbang rumah dua lantai bergaya minimalis modern, seorang penjaga segera mempersilahkan Ying untuk masuk. Hampir semua pekerja di rumah itu mengenal Ying, karna ia sudah beberapa kali berkunjung dengan alasan belajar bersama.

Ying segera memarkirkan sepedanya di pekarangan. Merapikan sedikit rambutnya yang di kepang sat uke depan, lalu menekan bel di sisi kiri pintu ganda dengan ukiran kayu yang indah.

Tiga kali ia menekan bel, tetapi tak ada jawaban dari pemilik rumah tersebut. Kebingungan menjarahnya. Ia pun meraih ponsel pada rok mocha selututnya dan mengetik beberapa pesan di kontak bertuliskan Sol Arsa.

Tak berselang lama, pintu bergerak terbuka, menampilkan seorang pemuda yang tampak begitu memprihatinkan bagi Ying. "Kau ... baik-baik saja?" tanya gadis itu ragu. Ia tahu apa yang di alami temannya itu, tetapi ia tak pernah menduga, akibatnya akan separah ini.