00.09 Time | Plain Ignorance

430 47 6
                                    

Di kala fajar membiaskan cahaya, perasaan yang terluka semakin terarah. Akankah duka akan kian terjaga, saat takdir menuntun segalanya.

──── ThornieKavin Najandra ────

──── ThornieKavin Najandra ────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆☽◯☾⋆

Pagi yang cerah menyelimuti Kekaisaran Althea. Tampak di ruangan makan, semua anggota keluarga, satu persatu mulai mengambil tempat untuk melaksanakan acara makan pagi bersama.

"Ini melelahkan. Mengapa kita harus memaksakan untuk melakukan hal ini bersama?"

"Orion, diamlah. Kau selalu mengeluh setiap saat. Tidakkah kau lelah?"

Orion menyandarkan punggungnya pada kursi. Rasa malas akan suasana hambar yang setiap hari ia rasakan kala berkumpul dengan anggota keluarganya, kembali memenuhi benak Orion. "Tcih. Iriin diimlih. Kii silili mingilih sitiip siit. Hei, Arion, aku lebih tua darimu," protes Orion tak terima.

"Hah? Kelakuan bodohmu itu sangat tidak cocok dengan umurmu, Kakak Tua," ejek Arion dengan tatapan bengis pada kembarannya. "Jangan melakukan hal bodoh dan makan saja dengan tenang."

Sontak, Orion merasa merinding, kala melihat sebuah garpu yang di genggam Arion menjadi bengkok. "Oi, kau ingin membunuhku, ya?" Tanya Orion dengan takut.

"Kak Arion bukan ingin membunuhmu, Kak, melainkan ingin mengulitimu hidup-hidup," sahut Aaron yang duduk di seberang meja Orion. Ia terkikik geli melihat Orion ketakutan pada Arion.

"Kak Aaron, jangan menakuti Kak Orion," ucap Aland yang lelah dengan tingkah laku para saudaranya. "Lagipula, walaupun harus bertarung. Kak Orion akan kalah dengan Kak Arion," sambungnya dengan senyum mengejek.

Wajah Orion memerah menahan kekesalan. "Berhentilah mengejekku," bentak Orion seraya menggebrak meja. Hal itu membuat saudara-saudaranya tertawa menatapnya yang seperti tomat merah.

"KETIGA PANGERAN UTAMA KEKAISARAN ALTHEA, AKAN MEMASUKI RUANGAN."

Mendengar itu, mereka berempat langsung bangkit dari tempat duduknya dan memberi salam pada ketiga Kakak Sulung mereka yang telah tiba.

"Salam pada Tiga Bintang Kekaisaran. Selamat pagi, Kakak," ujar mereka bersamaan.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi."

"Kalian b-bisa kembali duduk."

Keempatnya kemudian kembali mendudukkan diri setelah Kakak Tertua mereka berucap.

Mereka lalu mengambil tempat duduk seusai urutan kelahiran masing-masing dengan Hali sebagai Pangeran Mahkota, duduk di bagian ujung, berhadapan dengan kursi untuk Kaisar.

Suasana kembali hening, tidak ada yang ingin membuka suara hingga salah satunya menyeletuk. "Tidak ada yang berubah sejak terakhir kali kami mengundangmu, Kakak."

The Eldest Brother's Odyssey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang