III

221 20 1
                                    

~ ~ ~

Berbagai kertas berserakan dimana-mana, suara pena yang menari-nari di atas kertas menjadi pengiringnya. Rambutnya lusuh nan berantakan, bagian bawah matanya samar-samar terlihat warna hitam akibat dari tidak tidur semalaman. Helaan nafas terdengar dari bibir merah sang nona, "Aku hampir memecahkannya, sebentar lagi.. Aku masih butuh beberapa petunjuk lagi, ah sial."

Knock..knock...

"Masuk." Seorang pelayan membuka pintu sembari membawa nampan berisi secangkir teh dan tekonya. "Nona, silahkan dinikmati." Kemudian, ia meletakkannya di meja. "Oh, Melly! Apakah kau tau siapa sosok 'Lord Of Crime' ?" Tanya sang Nona dengan penasaran. "Saya hanya tau istilahnya saja, nona." Pelayannya menggelengkan kepalanya.

"Benarkah? Baiklah.." Ia memajukan bibirnya kesal. "Maaf, Nona." Sang nona mengangguk, mengisyaratkan 'Tak apa' kepada pelayannya. "Nona, apa anda ingin berjalan-jalan ke sekitar?" Mendengar perkataannya, sang nona mengangguk semangat. "Siapkan kereta kuda!"

Angin menghembuskan surainya yang panjang nan bergelombang. Kaki mungilnya melangkah, membuat suara langkah kaki dengan ritme yang sempurna. Manik berwarna ambernya memandangi sekitar. Cuaca hari ini terik, namun indah. Sangat sempurna baginya untuk berjalan-jalan di sekitar kediamannya.

Di tepi jalan ada beberapa orang yang berkerumun. Sang nona melihat itu dan karena penasaran, ia melangkah mendekat, "Permisi, apa saya boleh tau mengapa anda sekalian berkumpul?" Orang-orang yang berkerumun mengalihkan perhatiannya. "Oh! Nona, lihatlah koran ini." Salah seorang memperlihatkan sebuah koran berita kepadanya. 'Sebuah koran?' Pikir sang nona. Lantas, ia membacanya dengan seksama.

Di koran itu tercetak sebuah foto seorang wanita, aktris pemain opera papan atas. Sadar akan sesuatu, matanya membelalak kaget, nafasnya terhenti. "Irene Adler.. mencuri dokumen kerajaan dan.. sudah mati?!" Orang-orang itu mengangguk sedih. Sosok Irene Adler sangat terkenal di Inggris karena kemurahan hatinya kepada kaum rendah dan anak-anak. Ia juga terkenal karena bekerja sebagai aktris papan atas yang sedang naik daun. Namun, hanya sedikit orang yang tau bahwa ia adalah 'Wanita Penghibur'.

Sang nona mengembalikan korannya sebelum kemudian melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu. Matanya membara akan semangat, tangannya ia kepal sangat kuat dan langkahnya tegas. Tekadnya sudah sangat bulat untuk menguak misteri ini lebih dalam. 'Ini pasti ada sangkut pautnya dengan sosok itu.' Gumamnya. Pikirannya penuh dengan tanda tanya dan kepingan-kepingan puzzle yang masih belum terpecahkan, namun satu persatu kepingan itu terbentuk, semakin ia mendapat petunjuk.

Semakin lama langkahnya kian mencepat, pandangannya lurus ke depan, ekspresinya tegas dengan tatapan membunuh. Tanpa sadar, dirinya menabrak seseorang di depannya.

Bruk!

Dengan relfek, orang yang ditabraknya dengan cepat menahan dirinya yang hampir jatuh. Tangan kirinya melingkari pinggang sang nona, tangan kanannya ikut menahan dari punggungnya. Manik berwarna merah miliknya menatap lembut manik berwarna amber. "Apa kau baik-baik saja, nona?" Ia tersenyum hangat sebagai pemberi ketenangan. Sang nona mengangguk kecil, "Saya baik-baik saja, terimakasih. Saya minta maaf telah menabrak anda, tuan." Sang pria menggeleng kecil, "Tak apa nona. Anda terlihat sedang memikirkan sesuatu yang rumit jadi, saya tidak terlalu mempermasalahkannya." Ucapnya sembari melepaskan kedua tangannya dari tubuh sang Nona.

Dirinya menatap pria di hadapannya dengan seksama, dari kepala sampai ujung kaki. Rambut blonde-nya yang mempunyai panjang sedang dan dengan poni samping yang menonjol, maniknya yang merah menyala, bulu matanya yang lentik, proporsi tubuhnya yang sempurna serta pakaian yang ia kenakan membuatnya sangat rapih dan elegan.

"Nona, apa saya boleh tau nama anda?" Tanya sang pria sembari sedikit memiringkan kepalanya ke samping. Seketika ia tersadar dari lamunannya, "Ah, nama saya Arainette Launche, salam kenal." Balasnya sebelum kemudian membungkukkan badan dengan sopan.

"Nama yang sempurna seperti pemiliknya." Sang pria tersenyum lembut kepadanya. "Terimakasih atas pujiannya haha." Ia tertawa kecil. "Oh ya, nama saya William James Moriarty."

~ ~ ~

Jangan lupa klik Vote ★ dan komen yaa~!

Tunggu part selanjutnya!

See you~! (⁠*⁠´⁠ω⁠`⁠*⁠)


The Risk🥀 || Moriarty The PatriotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang