Sudden Act

77 6 0
                                    

~ ~ ~

Langit menjadi jingga, menandakan bahwa senja telah tiba. Mentari tengah membenamkan dirinya untuk bertukar dengan bulan. Kawanan awan menyelimuti sang surya. Angin sepoi-sepoi meniup helaian surai seorang wanita. Untuk menikmati suasana ini, dua insan tengah menyesap teh sembari berbincang santai mengenai misi yang akan Arai lakukan bersama sang penjahat.

"Misi pertamamu sepertinya cukup sulit."

"Kurasa juga begitu. Tapi, itu bukan masalah."

Langkah seseorang menghampiri sang wanita dari belakang kursinya. Kedua tangannya berpegangan pada sandaran kursi itu. Bibirnya terbuka, "Kalian asik sekali berbincang." Seutas senyuman dibuatnya, helaian rambutnya berterbangan, sebab angin yang berhembus. Seketika, sang wanita tersadar akan kehadiran dirinya. "William? Apa yang kau lakukan di sini?"

"Hanya kebetulan semata. Aku sedang berjalan mengitari taman dan melihat kalian di sini." Wanita itu mengiyakan, ia segera berdiri dari duduknya dan menatap lawan jenisnya, "William, kapan kita akan melakukan misinya?"

Uluran tangan milik seorang William membuat Arai refleks membalasnya, ditaruhnya tangan miliknya di atas telapak tangan sang pria blonde "Kalau aku katakan saat ini bagaimana?"

"Segera laksanakan!"

~ ~ ~

Kedua insan yang saling bertautan tangan bak kekasih tengah mengawasi keadaan sekitar. Dimana, orang-orang tengah berdansa dengan pasangan mereka masing-masing diiringi dengan alunan melodi klasik dari alat musik.

Beberapa menit kemudian, sepasang insan yang diduga adalah kekasih menghampiri Arai yang sedang menyesap anggur merah seorang diri. "Hoho, selamat malam Nona cantik." Sapa seorang pria tua bersama dengan wanitanya yang bergelayutan dengannya. "Selamat malam, Tuan." Arai membalas sapaannya dengan senyuman tipis. "Kau sungguh menawan dan menggoda Nona. Datanglah ke kediamanku malam ini, dengan begitu kau akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa." Dirinya tertawa bersama dengan wanita di sampingnya. "Tuan Duke~ bukankah kita sudah mempunyai janji~?" Celetuk wanitanya dengan menatap sang pria tua dengan tatapan menggoda. "Akan lebih menyenangkan jika kau memiliki teman, Lise." Sekali lagi, ia tertawa terbahak.

Arai memasang wajah datar. Mana mungkin ia akan menerima ajakan pria tua sepertinya? Tentu saja William lebih menarik— parasnya lebih unggul. Omong-omong soal William, dirinya kini telah tiba di sampingnya setelah mengambil segelas anggur merah. Lampu imajinari terbentuk di kepala sang wanita, ia berpikir untuk melakukan aksinya.

Kedua lengan ia lingkarkan di leher pria blonde, tubuhnya ia dekatkan kepadanya, jari-jemari jenjangnya menelusuri jawline milik William. "Maaf Tuan, tapi saya sudah memiliki seorang kekasih yang melebihi anda." Dengan terpaksa ia mengecup pipi rekannya. "Lihatlah kulitnya yang putih dan pipinya sangat gemas."

Awalnya ia terkejut, namun setelah melihat situasi kembali, ia sadar akan apa yang dilakukan wanita yang mengecup pipinya ini. Dipindahkan segelas anggur merah ke tangan kanannya, tangan kirinya melingkari pinggang sang wanita. Dikecupnya kepala sang wanita lembut. "Dia milikku, jangan anda coba untuk menyentuhnya." Ia manarik nafas sejenak, "Atau anda akan berakhir naas." Tatapan kematian dan senyuman 'ramah' dilempar kepada pria tua dan wanitanya yang membuat keduanya bergidik ngeri. Pria tua itu pun mendecih kesal, tak mendapatkan budak nafsunya, akhirnya dia memutuskan untuk pergi.

Arai? Dia terkejut tidak main. Kemerahan samar-samar tampak di wajahnya, matanya membelalak kaget. Ia pun mengangkat kepalanya untuk menatap pria yang dipeluknya (?). "T-ternyata kau paham." Pandangan dialihkan guna menghindari tatap mata. "Terimakasih." William mengangguk sebagai balasannya. "Lady, apa kau baik-baik saja? Wajahmu.." Telapak tangan miliknya diletakan di kening sang wanita. Sang empu pun tambah terkejut dan refleks mengambil satu langkah ke belakang.

The Risk🥀 || Moriarty The PatriotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang