The Deal

176 14 0
                                    

~ ~ ~

"Tuan William James Moriarty."

"Lady Arainette Launche."

Kedua orang itu saling menyeringai kecil. Jawaban sudah ditemukan bagi mereka yang saling mencari tahu. Pandangannya saling menatap tajam, maniknya menyala. Langkahnya yang tegas kian mendekat.

"Atau bolehkah saya memanggil anda sebagai lord of crime?"

Sang pria terkekeh, takjub akan wanita di hadapannya yang mudah mengungkap identitasnya. "Anda memang luar biasa, Lady." Pujinya dengan tenang.

"Saya sudah mengetahui segalanya tentang anda, Tuan."

"Dan juga saya bisa saja melaporkan hal ini kepada pihak berwajib lho."

Pria pemilik manik merah menyala tetap menyeringai kecil dan menanggapinya dengan tenang, "Anda sungguh berbahaya, Lady."

"Tapi jangan salah Lady bahwa saya sama berbahayanya dengan anda." Sambungnya berusaha membalikan keadaan dengan tenang.

Arai terkejut, ia tidak mengerti apa yang dikatakannya, "Apa maksud anda-" Kata-katanya terpotong, dirinya teringat akan kejadian yang ia perbuat di masa lampau. Suatu hal yang tak ingin ia ingat namun, sialnya pria itu mengingatkannya kembali. Tapi, apa pria itu sungguh mengetahui kebenarannya?

"Sudah ingat sekarang Lady?"

Sang Lady masih terdiam dan tak bisa berkata-kata. Sekujur tubuhnya seketika merasa lemas, ia tak kuasa menopang tubuhnya dan terjatuh ke tanah. Setetes air mata terjatuh dari manik kanannya, pandangannya mengarah ke tanah. Sungguh malangnya dia di kala itu.

"M-maaf.. aku tak berniat untuk melakukan itu.. sungguh.." Lirihnya pada diri sendiri.

Sang pria yang melihat itu cukup mengerti akan perasaan wanita di hadapannya. Namun, ia tak berniat menolongnya, dengan ini dia dapat mengambil kesempatan emas.

"Lady, mari kita buat kesepakatan bersama."

Indranya mendengar perkataan itu, refleks kepalanya terdongak. Matanya masih penuh dengan air mata yang tertampung di kelopak mata. Dirinya mencoba untuk berdiri tegak dengan emosi netral, namun apalah dayanya yang sudah tampak menyedihkan di hadapan sang penjahat. Ia menghapus rintikan air matanya.

William mengulurkan tangannya iba. "Berdirilah Lady." Akhirnya Arai dapat berdiri tegak. Netra mereka saling berfokus satu sama lain. "Kesepakatan apa maksudmu?" 

"Kau akan menutup mulut tentangku dan bergabung dalam organisasiku."

"Apa jaminannya?"

"Nyawaku, Lady. Oh, tentu saja aku akan menutup mulut tentang masa lalumu."

Wanita pemilik surai berwarna wine itu termenung sejenak. Pikirannya penuh akan tanda tanya yang diakibatkan oleh pria itu. Apakah ia harus menerima ajakannya? Apa yang sebenarnya pria itu rencanakan? Ia berpikir untuk menolaknya karena takut akan membahayakan dirinya.

Mulut Arai terbuka sedikit, seperti ingin mengeluarkan kata-kata namun, didahulukan oleh pria di depannya. "Anda tidak perlu khawatir, Lady. Aku sudah membuat kontraknya secara resmi."

Benaknya kembali berpikir, "Apa yang akan terjadi apabila aku menolak ajakanmu?"

"Mudah, masa lalu yang anda takutkan akan terbongkar kepada khalayak ramai." Jawabnya lalu menopang dagunya dengan tangan kanan. "Bagaimana?"

Sang empu masih berdiam diri dan bergelut dengan pikirannya sendiri. Hatinya mengatakan bahwa ia harus menerimanya dengan percaya diri namun, otaknya berkata bahwa dia harus memikirkannya secara matang-matang tentang penawaran tersebut. Dengan ragu-ragu, ia memilih mengikuti kehendak hatinya. Berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja dengan menerima penawaran dari sang penjahat.

"Ya."

"Hm?"

"Saya akan menerima penawaranmu, Tuan William."

Refleks William tersenyum simpul, membuat wajahnya yang tampan tampak lebih tampan dan menawan. Ia memberikan 1 lembar kertas yang berisi sebuah kontrak antara mereka berdua. Arai membacanya dengan seksama agar tidak ada yang terlewat.

Di kontrak itu terdapat hal-hal yang tidak boleh terjadi antara mereka berdua. Seperti, tidak boleh memiliki hubungan pasangan dengan satu sama lain, tidak boleh menyatakan perasaan masing-masing. Apabila mereka melanggarnya maka, sebuah resiko menunggu mereka.

Mengapa ada hal seperti itu? Karena William takut kalau hal-hal seperti itu akan menghambat jalannya organisasi. Dan ia sudah memperkirakan apabila ada seorang wanita yang bekerja dengannya wanita itu akan jatuh cinta padanya dan menghambatnya. Karena menurutnya, wanita itu adalah mahkluk dari tuhan yang amat sangat mudah jatuh cinta kepada seseorang.

Arai yang membaca itu pun bingung tetapi, ia tak terlalu mempedulikannya karena dia tidak mungkin dan tidak akan mempunyai perasaan terhadapnya. Usai membaca, ia segera menandatangani kontrak tersebut.

"Dengan begini, kita sudah sepakat, Lady."

Sang pria mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Sang wanita menanggapi jabatan tangannya. Mereka saling menatap lekat.

"Ya, mohon bantuannya, Tuan."

Mulai hari itu, mereka sudah berjanji untuk menyimpan rahasia masing-masing dengan aman serta, terikat dengan satu sama lain untuk selamanya.

~ ~ ~

Our story starts from here.
Where we make a deal with each other.

~ ~ ~

The Risk🥀 || Moriarty The PatriotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang