IV

155 16 0
                                    

~ ~ ~

Sang surya bersinar terang, angin berhembus meniup pohon dan tanaman rindang membuat suasana yang sejuk. Burung-burung berkicau ria membentuk alunan melodi yang sempurna. Suara menyesap teh dan dentingan peralatan makan mewah terdengar, perbincangan para gadis bangsawan juga ikut meramaikan suasana.

Seorang gadis membuka mulutnya, "Hey nona-nona, apa kalian tau tentang kasus yang sedang terjadi sekarang?" Mereka semua terdiam dan wajah mereka menjadi penuh duka, suasana menjadi hening sampai seseorang membuka suara, "Ya, kasus yang sangat mengejutkan." Arai menyesap tehnya dengan santai.

"Anda sudah tau banyak sekali ya Nona Arai, sepertinya anda cepat beradaptasi ya?" Tanyanya sembari menopang dagu miliknya dengan kedua tangan.

"Hmm, tidak juga. Lingkungan di daerah ini sangat sempurna untukku jadi, aku bisa menyesuaikan diri dengan cepat."

"Syukurlah kalau anda dapat menyesuaikan diri dengan baik."

"Terimakasih." Ia tersenyum.

Keheningan kembali melanda, hanya kicauan burung yang mengisinya. Tak ada satu pun yang berani berbicara. Mereka hanya menatap satu sama lain dengan wajah penuh duka akan berita itu. Pasalnya, Arai dan lawan bicaranya, berbicara dengan santai dan tidak mempunyai perasaan berkabung untuk Irene Adler.

Sadar akan ucapannya, ia meminta maaf, "Ah maaf, apa saya salah? Tolong maafkan kalau saya salah." Nadanya lembut, berusaha menenangkan para gadis. Salah seorang gadis memberanikan diri untuk tertawa kecil dengan canggung dan menggelengkan kepalanya, "Tak apa Nona Arai, anda tidak salah." Netranya berusaha untuk menatap netra Arai.

Netra pemilik surai berwarna wine itu kian melembut. Para gadis bangsawan lainnya sepertinya sudah tidak terlalu memikirkannya lagi. Namun, seseorang membuka topik itu kembali. "Apa kalian tau mengapa Nona Irene Adler sudah mati..?" Tanya seorang gadis bersurai coklat. Para gadis lain menanggapinya dengan menggelengkan kepala mereka.

"Sepertinya Sherlock Holmes sedang menyelidiki penyebabnya?"

"Kalau dilihat sepertinya tak ada pergerakan dari kepolisian maupun Sherlock Holmes."

"Ya, kau benar.. mereka sudah tidak terlalu memperdulikannya..." Ucapnya lalu menghela nafas pasrah. Wajahnya kembali menjadi sedih, gadis itu teringat akan masa kecilnya bersama sang idola.

"Menurutku, Nona Irene adalah orang yang sangat baik dan menginspirasi. Beliau sangat cantik dan sukses. Aku bersyukur dapat bertemu dan meminta tanda tangannya dulu." Jelas salah seorang gadis.

Pesta minum teh itu ditutup dengan cerita dari para gadis bangsawan tentang masa-masa indah mereka dengan Irene Adler. Cerita yang menyentuh hati dan membuatnya hangat. Berbeda dengan nona yang satu ini, Arai, ia sama sekali tidak mempunyai kenangan bersama wanita itu. Dirinya terpikir akan sesuatu, sesuatu yang mungkin mengarah ke penyebab kematian Irene Adler.

~ ~ ~

Jangan lupa klik Vote ★ dan komen yaa~!

Tunggu part selanjutnya!

See you~! (⁠*⁠´⁠ω⁠`⁠*⁠)


The Risk🥀 || Moriarty The PatriotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang