~ ~ ~
Bulan yang benderang dan kilauan bintang-bintang menampakkan dirinya yang setia menerangi para mahkluk dalam kegelapan malam. Tibanya kegelapan malam seketika membuat penerangan ciptaan mahkluk bumi menyala menerangi seisi kota. Jarum jam big ben berdetak menunjukkan pukul 12 malam, lantunan lonceng dari jam besar itu pun menggema ke seluruh kota. Pertengahan malam pun tiba. Meski begitu seisi kota tidak akan berhenti melakukan kegiatannya.
Melainkan, sebuah lantunan melodi klasik terdengar dari salah satu kediaman seorang bangsawan. Kilauan lampu-lampu mewah menembus keluar kediaman itu, menjadikannya pusat perhatian bagi masyarakat sekitar. Saat melihat ke dalam, terdapat masquarde ball yang sedang dilaksanakan. Sebuah masquarde ball yang diperuntukan hanya untuk para manusia yang memiliki pasangan. Oh, berbagai macam pasangan ada di dalam sana mengenakan pakaian terbaik yang mereka punya. Sebuah meja panjang menjamu para tamu dengan hidangan ringan yang lezat. Kediaman itu tampak mewah tidak, terlalu mewah untuk daerah itu. Tampaknya tak hanya pasangan bangsawan yang ada di sana tetapi, terdapat pasangan dari para kaum tingkat bawah yang juga ikut meramaikannya. Gerak tubuh mereka mengikuti lantunan melodi dari alat musik klasik yang di mainkan secara langsung. Sangat aman dan damai buk--
Klek!
Secara tiba-tiba listrik padam, suasana menjadi gelap gulita di tempat itu. Tidak lama, suara teriakan seorang wanita menggelegar. "AAAAAAKKHH!" Darahnya berlarian keluar tak karuan. Sontak perasaan panik memenuhi diri mereka. Keringat mengucur dari pelipis orang-orang itu. Di tengah kegelapan, mereka hanya bisa berdiam diri seakan-akan waktu berhenti berputar. Suara sayatan pisau yang lambat laun memakan semakin banyak korban membuat mereka tidak bisa berpikir jernih. Betapa malangnya orang-orang itu.
Terdengar suara langkah kaki di dalam kegelapan yang diduga adalah sang pembunuh, ia menyeret tubuh mangsanya ke dalam sebuah ruangan miliknya tanpa diketahui para tamu. 'Orang-orang ini harus membuatku puas.' Batinnya. Sosok itu berjalan menghampiri salah satu wanita yang menjadi mangsanya. Dirinya memastikan bahwa wanita itu masih bernafas dan hidup. 'Cantiknya.. aku bisa gila.' Jari-jemarinya mengelus pipi kanan sang wanita. Matanya memancarkan nafsu terhadap wanita itu. Sayatan demi sayatan ia buat di wajah sang wanita, dia sudah tak bisa menahan diri lagi, "Akan aku habisi dirimu dan tubuhmu yang menawan akan menjadi milikku seutuhnya." Ucapnya sebelum kemudian menusukan pisau tepat ke dalam dada mangsa miliknya dengan sebuah seringaian yang singgah di wajahnya.
Klek!
Cahaya lampu telah kembali menyinari pesta. Lantunan melodi klasik kembali terputar, membuat suasana menjadi sedia kala. Namun, tak ditemukan jejak darah dan mayat dari para korban yang berjatuhan. Tapi, itu bukan masalah besar bagi mereka yang selamat. Perasaan lega menghampiri mereka satu demi satu. Dan seperti para manusia pada umumnya di kota itu, Pesta mewah itu pun kembali dijalankan seperti tidak terjadi apa-apa.
~ ~ ~
“Ya begitulah kira-kira kejadiannya.”
"Menakjubkan."
"Aku setuju."
Pagi yang cerah penanda hari yang baik dan waktu yang tepat untuk minum teh sembari berbincang santai ala bangsawan. Berbeda dengan para anggota organisasi yang sedang membicarakan peristiwa yang terjadi beberapa hari lalu. Rasa heran dan takjub akan aksi dari sang pembunuh menghampiri mereka. Dan tentu saja, rasa ingin menguak misteri ini pun terbangun dari diri seorang Arainette, matanya menyala penuh semangat.
Pintu terbuka, langkah seorang pria memasuki ruangan itu sembari membawa selembar surat kabar. Perbincangan pun seketika terhenti. Semua netra beralih kepada sang pria kecuali, netra sang wanita teralih oleh surat kabar itu, "Apa ini pertanda sebuah misi?" Tanyanya meletakkan wajahnya di hadapan wajah lawan bicaranya. "Kau tidak sabar ya?"
"Kalau iya?" Sebuah kekehan terlepas dari mulut William akibat mendengar pernyataannya. "Baiklah." Dengan penuh percaya diri, ia memberikan surat kabar itu kepada Arai sembari menatapnya. "Misi ini kuberikan khusus untukmu Lady." Mata sang wanita membelalak, mulutnya terbuka. "Benarkah?!" Dirinya tak percaya akan ucapan dari pria di hadapannya. "Aku tidak bercanda, Lady." Sang empu mengepalkan tangannya kuat-kuat, matanya berbinar, seutas senyuman pun terbuat di wajahnya. Dia sudah dipercaya untuk menjalankan misi ini sebagai misi pertamanya, tentu saja ini adalah sebuah kehormatan bagi dirinya.
"Pada misi perdanamu ini, aku akan ikut membantu."
"Eh?"
"Masquarde ball yang diselenggarakan itu hanya bisa dimasuki oleh mereka yang mempunyai pasangan. Dan kita perlu memasukinya untuk mengetahui apa yang terjadi."
"Loh memangnya kalian pasang--" Ucapan Moran terpotong akibat bungkaman dari sebuah tangan milik Bond. Wanita berkedok pria itu memberi isyarat baginya untuk diam. Tindakannya membuat yang lain terheran. "Hehe, maaf maaf. Lanjutkan saja perbincangan kalian." Ia menaik turunkan kedua alisnya dengan sebuah senyuman jahil.
"Lantas? Apa kita akan berpura-pura menjadi sepasang kekasih?"
"Kau sangat pintar Lady."
Wajah pemilik surai wine itu menampakkan ekspresi datar, Bond tak puas dengan ekspresi sang wanita. Dia berpikir bahwa wanita itu akan memunculkan rona pipinya karena menjadi pasangan pura-pura bagi lord of crime. Sangat jarang menjadi partner seorang penjahat besar sepertinya bukan? Yah, meskipun hanya pura-pura.
"Baiklah, kapan misinya akan dimulai, lord of crime?"
"Very soon, Lady."
"I'll do my best."
~ ~ ~
That time, i was very excited
about everything that i could do
as your partner~ ~ ~
Jangan lupa tinggalkan Vote dan komen! (≧▽≦)
![](https://img.wattpad.com/cover/364093097-288-k264819.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Risk🥀 || Moriarty The Patriot
Fanfiction[Moriarty the patriot x oc] Arainette seorang bangsawan muda yang tertarik akan kasus kejahatan yang terjadi di London. Ia rela berpindah ke London demi menguak kejahatan yang sedang marak terjadi di sana. Sampai suatu saat, Arainette berhasil mengu...