II

215 14 1
                                    

~ ~ ~

Earl Rockwell's mansion, Friday, 7 p.m.

Malam ini, Masquerade ball yang diadakan Earl Rockwell sedang berlangsung. Ruangan pesta yang luas nan mewah ini menampung banyak bangsawan, suasananya ramai namun tak ricuh. Alunan musik klasik mengiringi tiap gerakan dansa mereka. Terlihat para bangsawan mengenakan pakaian terbaiknya dan topeng yang cantik malam ini.

Sampai pada akhirnya...

"Lady Arainette Launche, Memasuki ruangan!" Ucap salah satu penjaga pintu dengan lantangnya. Sontak perhatian para bangsawan teralihkan ke sosok nona cantik dari keluarga Launche yang sedang menuruni tangga dengan anggunnya. Mulai terdengar suara orang-orang yang berbisik-bisik mengenai kedatangannya yang tiba-tiba. Mata mereka tak luput dari sang nona, benar-benar ia membuat orang-orang di sekitarnya takjub akan parasnya.

"Sungguh, Nona Launche itu sangat cantik!" Ucap seorang nona muda sembari terkikik.

"Benar! Kecantikannya seperti dewi cahaya."
Balas salah satu temannya.

"Parasnya yang cantik ternyata benar adanya, ya."

"Oh my godness! Dia sangat sempurna!"

Acuh tak acuh, sang nona tetap melangkah dengan anggun dan elegan sembari menyapa para bangsawan yang menyapanya terlebih dahulu.

Seorang pria menatapnya dari kejauhan, "Putri sulung dari keluarga Grand Duke Launche? Menarik." Ucapnya dengan menyeringai lembut. Pria itu memberikan tatapan penuh hasrat penasaran akannya. Ia terlihat mengawasi gerak-gerik Arai dan seorang bangsawan lainnya.

Suara dentingan gelas dari seseorang menyadarkan semuanya dari aktivitas mereka, seketika semua perhatian terpaku pada pria itu. "Selamat malam tuan dan nona!" Ia berdehem sejenak lalu melanjutkan kata-katanya, "Karena semuanya sudah berkumpul, marilah kita memulai acara puncak pada malam hari ini!"

Para bangsawan saling bertukar pandang sejenak lalu bersorak ria. "Baiklah, untuk acara puncak pada malam hari ini, ialah.. permainan 'Raja Kejahatan'. Saya akan menjelaskan peraturan permainannya. Yang pertama, seseorang akan dipilih untuk menjadi sang Raja, lalu ia akan membunuh salah satu orang dengan memberikannya tanda tertentu. Orang yang terbunuh harus membuka topengnya dan memberitahu nama asli mereka."

"Bukankah ini menyenangkan?"

"Kurasa iya! Sepertinya, permainan ini diambil dari kasus baru-baru ini, bukan?"

"Hey! Jangan kau bahas kasus itu di tengah keramaian seperti ini!"

"Ah, maaf!"

Pria itu kembali berbicara, "Baiklah! Permainannya dimulai dari sekarang!" Para bangsawan seketika kembali melakukan aktivitasnya masing-masing, menunggu sang Raja melakukan aksinya.

Terlihat Arai sedang menikmati perbincangannya dengan seseorang. Mereka menatap satu sama lain, tatapan penuh mengagumi satu sama lain, meskipun terlihat bahwa orang itu membawa pasangan ke pesta, namun seperti hanya mereka berdua saja dalam ruangan itu.

Nona pemilik rambut wine itu terkekeh kecil dengan respond yang diberikan oleh lawan bicara, "Haha, oh sungguh? Aku tak percaya dengan ucapanmu tuan, haha."

Sang lawan bicara tersenyum kecil dan sedikit menaikkan alisnya, "Yang kukatakan ada benarnya, nona. Sepertinya anda harus percaya, hm?" Sadar akan nada lawan bicaranya menjadi serius, ia menegakkan postur tubuhnya sembari berusaha mempercayai perkataannya barusan.

Lawan bicaranya terkekeh, "Tenanglah, nona. Anda tak perlu khawatir bukan? London mempunyai detektif yang cerdas." Ia menganggukkan kepalanya dan menghela nafas, "Anda benar, tuan."

Sekali lagi, suara dentingan gelas terdengar, seseorang melakukan pernyataan, "Perhatian! Sang Raja telah membunuh seseorang." Suasana menjadi ricuh karena para bangsawan yang penasaran. "Orang itu ditandai dengan noda wine di pakaiannya. Silahkan cek pakaian anda sekalian!" Para bangsawan sibuk mencari noda wine  dan menanyakan kepada teman mereka.

Arai menyadari sesuatu, "Maaf tuan, apakah anda bisa berbalik badan sebentar?" Pria itu mengangguk dan segera berbalik badan. "Tuan, ada noda wine di pakaian anda." Sang pria menaikkan kedua alisnya dan menghela nafas pasrah, "Ah, sepertinya saya kalah, haha." Ia mengangkat tangannya ke udara dan melepaskan topengnya, "Saya Albert James Moriarty." Sebuah senyuman terlukis di wajah tampannya.

"Kyaa! Itu Tuan Albert!"

"Aku tidak percaya ternyata Aku bisa bertemu dengannya!"

"Tuan Albert! Anda sangat tampan, kyaa!"

Pernyataan yang ia buat membuat semua orang sedikit terkejut karena ada kehadiran dari Earl Moriarty, terlebih para wanita juga akhirnya mendapat kesempatan untuk berbincang dan melihat ketampanannya.

"Baiklah! Earl Moriarty, silahkan naik ke lant-" Kalimatnya terpotong oleh seseorang. "Hei! Aku juga terkena noda wine! " Dengan terburu-buru orang itu menaikki tangga ke lantai 2, menemui Earl Moriarty. Mereka tampak sedang membicarakan sesuatu, yang sepertinya sangat intens.

"Tuan Albert." Sang empu menoleh, ia melihat orang yang memanggilnya sedang menghapus bedak di bagian bawa matanya, mengungkap sebuah mole di wajahnya.

"Ternyata selama ini anda memakai dua persona ya, Irene Adler." Sebuah senyuman tipis terlukis di wajahnya.

Irene memalingkan wajahnya, "Padahal kalian bisa menangkapku di Jalan Baker, tetapi kalian tidak melakukannya. Berarti, kalian tidak berniat menggunakan kekerasan." Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan kembali, "Ditambah lagi, kau juga menyiapkan panggung yang menguburkan identitas orang-orang untuk membangun kepercayaan sebagai partner negoisasi."

"Penilaian yang bagus. Saya dipercaya oleh pemerintah untuk mengurus ini. Selanjutnya, anggap saja pertanyaan saya adalah kata-kata dari pemerintah." Ia mengambil nafas, sebelum kemudian ia bertanya, "Dokumen yang anda curi, apa anda berniat mengembalikannya?"

Lawan bicaranya terdiam, kemudian menjawab tanpa ragu, "Tentu saja. Tetapi ada syaratnya." Albert mengangguk dan mendengarkan syarat-syarat dari wanita di sebelahnya.

Di sisi lain, Arai sedang berdiam diri menyaksikan pesta dansa dari tepi ruangan. Ia tampak kesepian ditengah keramaian. Kecewa karena tak ada sosok yang ia cari, ia memutuskan untuk kembali ke kediamannya, "Tidak ada tanda-tan-" Langkahnya terhenti, menampilkan seorang Baron yang tergeletak tak berdaya di lantai.

"Aaaaaa! Tuan Baron!"

"Baron! Baron!"

"Hei! Cepat panggilkan dokter!"

Arai melihat dengan mata kepalanya sendiri, ada seorang Baron yang tergeletak di lantai. Tampaknya, Baron itu keracunan dan sudah mati. "Ini.. menyenangkan." Ia menyeringai pemandangan itu.

Tak lama dari itu, semua orang kembali dengan aktivitasnya seperti semula, seakan tidak ada yang terjadi. "Lihat, semua orang sudah tidak peduli dan kembali dengan aktivitas mereka. Begitulah cara kehidupan bekerja." Ucap Albert dengan santai sembari menyesap winenya.

"A-apa kau yang merencanakan kematiannya?" Tanyanya tak percaya.

Sang pria mengangguk. "Mungkin itu akan terjadi padamu juga, Irene Adler."

~ ~ ~

Jangan lupa klik Vote ★ dan komen yaa~!

Tunggu part selanjutnya!

See you~! (⁠*⁠´⁠ω⁠`⁠*⁠)

The Risk🥀 || Moriarty The PatriotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang