VI

127 17 4
                                    

~ ~ ~

Senja datang membawa hembusan angin sejuk untuk mahkluk hidup di bumi. Langit berwarna jingga dengan awan-awan yang menghiasinya. Sungguh indah pemandangan kala itu.

Seorang pemuda bertengger di sebuah balkon kediamannya, netranya terfokus oleh sang surya yang tengah membenamkan dirinya. Dirinya tampak memikirkan sesuatu. Tak sadar akan kakak angkatnya menghampirinya. "Will." Panggil sang kakak sembari menepuk pundak adik angkatnya itu.

Ia tersadar, fokusnya teralihkan kepada sang kakak, Albert. "Albert nii-san." Kakaknya ikut bertengger bersama dirinya, menikmati keindahan kala senja itu.

Mereka saling bertukar pandang, mencoba mencari tau alasan mereka masing-masing berada di tempat ini. "Kau seperti memikirkan sesuatu yang rumit, ada apa?" Tanya Albert kepada adik tak sedarahnya ini. Ia melepas topi lalu memegangnya dengan jemari-jemarinya sebelum kemudian, perhatiannya kembali kepada sang adik sejenak.

Adiknya menggelengkan kepala, "Tidak juga, nii-san. Aku hanya memikirkan sebuah rencana." Sang kakak merespon dengan anggukkan, ia paham kalau kepala adiknya ini selalu dipenuhi oleh rencana untuk mereka lakukan kedepannya.

"Aku dengar, kau memberi misi kepada mereka untuk mencari identitas seorang lady?"

"Mhm, itu benar."

"Ada apa dengan lady itu? Sepertinya kau tidak pernah bicara tentang rencana ini kepadaku."

Sebuah simpul senyuman tipis terukir di wajahnya, senyuman seorang penjahat namun terlihat seperti senyuman malaikat. "Aku memang belum membicarakan ini kepadamu sebelumnya tetapi, rencana ini pasti akan berhasil dan menguntungkan, nii-san."

Kakaknya terkekeh kecil, "Kau memang tidak bisa ditebak sejak dulu." Ia menatap adiknya sejenak kemudian, "Apa kau tertarik padanya?" Sang empu yang ditanya terdiam sejenak, berusaha memikirkan kata-kata yang tepat untuk jawabannya.

Sebuah senyuman kecil ia buat untuk kakaknya, "Menurutmu?" Ia terkekeh kecil.

"Sepertinya ini akan menyenangkan."

"Kurasa juga begitu." Mereka terkekeh, saling bertukar pandang, pandangan yang lembut antar satu sama lain. Menunjukkan sebuah ikatan antara kakak beradik tak sedarah namun, sangat dalam seperti kakak beradik sedarah pada umumnya. Fokusnya kembali kepada sang senja.

Tak lama seseorang menghampiri mereka, "Tuan William, Tuan Albert, teh untuk kalian sudah siap. Mari kita nikmati bersama." Ujar seorang pak tua berjenggot panjang dengan surainya yang dikuncir kuda. Jack the ripper.

Kedua orang yang dipanggil berpangling dari keindahan senja ke arah sang pemanggil. Kepalanya mengangguk, langkahnya mengikuti pak tua yang bernotabene gurunya sejak dulu.

Terlihat sebuah coffee table diantara dua buah sofa dan tiga cangkir teh dengan sebuah teko di atasnya. Mereka mendudukkan dirinya di sofa empuk itu sembari menikmati teh dengan elegan. Suasana senja dengan sesapan teh para pria saling bercampur aduk membuat suasana menjadi lebih nyaman untuk berbincang.

"Omong-omong, anak buah kalian yang baru cukup membantu. Cara bertarungnya tidak biasa." Puji si pak tua.

Pemilik manik merah menyala itu menatap pak tua di hadapannya, "Syukurlah kalau dia cukup membantumu, shishō."

"Hm, Moran sepertinya juga menerima dia dengan baik sebagai senior." Albert menambahkan. Para pria itu melanjutkan perbincangan mereka tentang anggota baru yang cukup menonjol untuk saat ini.

William terpikir akan sesuatu dan sudah pasti sesuatu ini akan membantunya melancarkan rencananya dengan yang lain. Dirinya menyeringai.

~ ~ ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ ~ ~

Something new is unlocked! 🔓

Nii-san: kakak laki-laki dalam bahasa Jepang (Kakak, abang etc.)

Shishō: Panggilan terhadap guru bela diri di Jepang. (Coach, guru etc.)

Correct me if im wrong! 😉

The Risk🥀 || Moriarty The PatriotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang