♪Foto pernikahan♪
Seperti biasa, ramaikan, komen sebanyak²nya oke😘💜.
°°°
Malam kedua sebagai pasangan suami istri baru. Han Jimin dan Ahn Jina di sibukkan dengan sebuah foto besar pernikahan keduanya satu hari lalu. Masih memikirkan ingin memasangnya di mana.
Berdiri, berdua di ruang tamu. Menatap dinding kosong di belakang kursi yang belum terisi apa pun. Kemudian Jina dan Jimin saling tatap.
“Pasang disitu, saja,” unjuk Jina.
Tanpa persetujuan Jimin, lekas Jina mengambil foto besar seukuran setengah badannya. Bahkan lebih lebar bingkai foto itu ketimbang tubuh Jina yang bagi Jimin amat sangat pas dalam pelukannya.
“Eh, mau apa?” Jimin justru menarik bingkai foto itu kembali.
“Memasangnya.”
“Apa maksudmu? Apa kau ingin naik ke tangga itu dan memasangnya sendiri?” Menaikkan satu alisnya.
Mengangguk Jina, dengan enteng ia meminta lagi, “Aku sudah terbiasa memasang bingkai foto di kamarku. Cepat sini, kan!”
Jimin malah menyembunyikannya di balik tubuhnya. Tidak akan mungkin Jimin ijinkan istrinya itu naik-naik tangga. Berbahaya.
“Untuk Nyonya Han, kau bereskan saja belanjaan di dapur, masukkan ke kulkas. Dan untuk foto ini, biar aku yang pasang,” tutur Jimin.
“Tunggu apa lagi? Sana ke dapur,” lanjutnya menyuruh.
“Baiklah, tapi jika butuh sesuatu, panggil saja aku, oke?”
“Uhm...” balas Jimin dengan deheman.
Setelahnya Jina ke dapur, menyusun semua barang dan sayur-mayur yang tadi sore ia dan Jimin beli. Tidak ada mie instan, bahkan hanya sekedar ttbeokbokki saja tidak di perbolehkan oleh suami dokternya itu.
Di mulai dari dua hari ini. Kehidupan Jina yang dulu bebas memakan ini dan itu meski sembunyi-sembunyi dari Jira, tak akan dapat ia nikmati lagi.
Tadi di super market, Jina sudah ingin mengambil beberapa ramen kuah pedas, tetapi melihat Jimin yang nyalang ke arahnya Jina jadi urungkan.
“Tidak ada ramen dan makanan instan lainnya. Mengerti?”
Itulah yang suaminya itu katakan. Meski berbicara amat sangat lembut, tapi juga tersirat ketegasan dan larangan di dalamnya.