thirten

336 21 28
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°


Satu bulan sudah usia pernikahan Jina dan Jimin. Dan selama itu pula Jina belum kunjung mendapat haid bulanannya.

Pagi ini Jina ber-inisiatif untuk mengecek, apakah saat ini ia sudah hamil atau belum. Karena satu Minggu terakhir ini Jina merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang tak biasa ia rasakan.

Menyandar Jina di wastafel kamar mandi, sedang alat testpack nya tergelatak di sampingnya. Gugup, selama tiga puluh detik menunggu, kedua telapak tangan Jina terus berkeringat dingin.

Jina menghela nafas dalam. Lalu memberanikan diri untuk melihat garis merah pada testpack tersebut.

Lama terdiam memerhatikan, satu garis merah terlihat jelas. Sedangkan satu garis merah lagi yang tadinya samar-samar mulai jelas terlihat.

“Aku hamil,’’ gumam Jina sembari menyentuh perutnya yang rata.

Sedikit agak gemetar Jina melihat hasil tes uji kehamilan tersebut. Lantas Jina mencoba lagi untuk kedua kalinya.

“Hah.” Jina menggigit bibirnya yang terlihat pucat. “Aku hamil,” katanya untuk kedua kali seolah masih tidak percaya.

Berbalik Jina menghadap ke arah cermin. Melihat wajahnya disana yang pucat, dan agak lemas.

Menyungging senyum. Lalu Jina menyentuh perutnya lagi dan mengelusnya sembari memejamkan mata. Seakan-akan mimpi dan bagaikan tak nyata, Jina benar-benar tidak menyangka kini ia telah mengandung.

“Apa aku kabari Jimin sekarang saja, ya? Dia pasti senang,” monolog Jina.

Namun niatnya di urungkan lagi. Tidak spesial rasanya jika memberitahu kabar baik dan bahagia ini lewat panggilan telepon.

♪♪♪♪♪

Siang ini Jimin di sibukkan dengan beberapa pasien yang sedari pagi terus berdatangan. Dan sebelum jam makan siang, ia harus memeriksa satu pasien terakhirnya.

“Aku selalu merasa kelelahan akhir-akhir ini. Pinggangku juga sakit dan kepalaku selalu terasa pusing,” adu si pasien.

“Baik. Apa Tn. juga merasakan nafsu makan yang berkurang?”

“Ya, aku juga merasa jika akhir-akhir tidak ingin makan.”

Menggunakan stetoskop, Jimin menaruhnya terlebih dahulu di area jantung yang berdenyut, kemudian turun lagi ke paru-paru hingga terakhir di bagian perut.

Married to a DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang