Maaf banget up-nya kemaleman, bahkan Uda dini hari gini🥲
Seperti biasa, ramaikan story ini, komen sebanyak² oke😉💜
•••
Sungguh, Jina tidak mengerti dengan sikap Lee Daeho. Biasanya, lelaki itu akan menyapa Jina tatkala bertemu di kampus. Namun siang ini, juniornya itu justru berjalan begitu cepat, bukan hanya itu saja, Daeho juga tak melirik Jina sama sekali.
Aneh. Jina merasa ini tidak seperti biasanya. Bahkan Daeho seolah tidak berani melihatnya.
Ada apa sebenarnya? Jina bertanya dalam hati, bingung pada sikap juniornya yang satu minggu lalu menyatakan perasaannya kepada Jina.
Jika semua itu karena penolakan, Jina rasa bukan. Karena setelah di tolak, Daeho justru bersikap amat baik dan menyikapinya begitu lapang dada, tak ada raut kebencian, meski Jina tahu pasti ada terselip kekecewaan.
Berjalan menuju loker, Jina mengambil beberapa buku. Tanpa ia sadari, seorang lelaki sedari tadi melihatnya dari kejauhan dengan langkah tergesa ingin menghampiri.
Tepat sekali. Baru saja menutup pintu loker, presensi Taehyung berdiri di sebelahnya, mengulurkan sepucuk bunga mawar. Dihiasi senyum yang begitu merekah pada bibir si pemilik senyum kotak itu.
“Kata Jungkook, kau ijin selama seminggu,” ungkit Taehyung, masih mengulurkan bunga.
“Aku hanya ijin dua hari.” Jina menyahut. Tak berniat ingin mengambil bunga pemberian sang mantan pacar.
“Baguslah, aku hampir mati merindukanmu,” ungkapnya.
Jujur, Jina tidak suka mendengarnya. Entah sampai kapan Jina harus berpura-pura baik. Padahal sebenarnya, Jina ingin sekali membuat Taehyung benar-benar lepas darinya.
“Bunga ini untukmu,” kata Taehyung.
Agak memaksa memberikannya pada Jina, sehingga mau tidak mau Jina harus menerimanya.
Tersenyum dipaksakan. Jina menatap bunga mawar segar yang terbungkus kertas cellophane paper itu dengan amat sangat berat hati.
“Seharusnya kau memberikan bunga ini pada wanita yang juga menyukaimu ... maksudku, seperti Hani, bukankah dia begitu menyukaimu,” ujar Jina berbicara secara baik-baik.
“Untuk sekarang aku tidak tertarik dengan wanita manapun. Terkecuali, dirimu,” ungkapnya lagi-lagi berkata jujur.
Jina harus bagaimana lagi sekarang? Mantan pacarnya itu justru jika di jauhi maka akan semakin mendekati.
“Plis, jangan di buang, ya, bunganya. Terima dan bawa pulang.” seperti biasa, Taehyung memintanya di sertai ulasan senyum.
Mau tidak mau Jina perlahan menganggukkan kepala. Bukan berarti Jina setuju atas perkataan Taehyung tadi, dan bukannya Jina takut kepada Taehyung.