Zefanya Halmahera wanita desa dengan segala kesengsaraan di hidupnya, wanita yang terlahir miskin hingga kini.
Tertidur setelah membaca novel 'The empress of country X' dan setelah mensumpah serapahi sang authorlah ia mendapat karma yang membuatnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi ini setelah sarapan mereka melanjutkan perjalanan menuju desa Zien, tempat dimana kehidupan mereka akan dimulai.
Kurang lebih memerlukan waktu hingga 2 bulan diperjalanan, jujur Hera tak tau jika akan memerlukan waktu selama ini, karna sebelumnya Hera tak mengetahui jelas tentang desa tujuanya ini, dia hanya membacanya sekilas dalam novel.
Hera ingat dalam novel tertera bahwa desa Zien merupakan desa terpencil di Kerajaan Enchantasia, dibawahnya terdapat aliran sungai Lin yang menjadi sumber mata air penduduk, kerajaan Enchantasia berada tepat di sebelah utara negri yang berlawanan dengan Kerajaan Eutophia, Kelak kerajaan ini akan terkenal dengan rajanya yang cerdas dan bijaksana, didalam novel dijelaskan juga bahwa kelak Kerajaan inilah yang akan menjadi pemimpin negri.
"Ibu apa masih lama? " Tanya Helena dengan wajah murungnya.
"Emm, maaf sayang ibu juga tidak tau, coba kau tanya paman kusir" Jawab Hera mengusap surai sang putri.
"Paman, apa kita masih jauh? "
"Tidak nona, kita sudah memasuki gerbang desa Zien, tolong bersabarlah" Jawab kusir
"Bernarkah paman? Akhirnya aku bisa tidur nyenyak" Ucap Helen girang
"Paman, bisakah nanti kau menemaniku mencari rumah sewa? Aku belum tau tentang daerah ini" Ucap Hera.
"Kau tak perlu khawatir nona, saya telah menyuruh rekan saya untuk mencarikan kediaman untukmu dan kini rumah itu telah siap untuk dihuni"
"Terimakasih paman, lalu berapa biayanya paman? " Tanya Hera.
"Semua telah dilunasi oleh tuan biru dan istrinya nona"
"Kakek biru yang membelikan kita rumah ibu? " Sahut Helen.
Hera menganggukan kepala pada sang putri dan kembali melihat kedepan "mengapa? " Tanya Hera.
"Entahlah nona, beliau bilang ini sebagai tanda sayangnya pada kalian" Jawab kusir
"Wahhh kakek sangat baik ibu" Beo Helen
"Benar, kita harus berterimakasih padanya lewat surat nanti" Balas Hera.
"Iya ibu"
Tak lama kuda mereka pun berhenti, Hera dan Helena turun dibantu sang kusir.
"Nyonya saya akan menata barang-barang, nyonya bisa melihat-lihat terlebih dahulu" Ucap sang supir
"Iya paman, terimakasih" Balas Hera.
Mereka melihat bangunan tempat mereka tinggal, rumah sederhana dengan taman yang cukup luas, terdapat beberapa pohon besar menambah kesan asri rumah tersebut, Helena memperhatikan sekitarnya, banyak anak seumurannya bermain berlarian dengan tawa mereka, Helen memandang mereka sendu, ia takut di tempatnya yang baru ini ia kembali tak memiliki teman.
"Apa mereka mau berteman denganku?" Gumam Helen.
Hera yang mendengar ucapan sang anak mulai memandang ke sekitarnya, rasa bersalah pun muncul, ia mengusap surai sang putri.