02 : Popular kid.

329 52 1
                                    

Ini bukan keinginannya juga, tapi tanpa sadar Cassie terus-terusan memperhatikan Noah Han dari bangkunya. Ia masih sama seperti biasa. Diam saja di kelas, hanya berbicara kalau sedang absen, mendengarkan guru dengan serius, tapi tertidur di pelajaran sejarah.

Dia tidak menyapa dirinya sama sekali walaupun Cassie sudah beberapa kali sengaja melewati bangku Noah untuk memastikan, dan sesuai ekspektasinya, Noah tidak menghiraukan sedikitpun, yang berartikan bahwa Noah tidak menganggap kejadian semalam terjadi.

Sekarang jam istirahat, dan Noah Han masih di bangkunya, melahap nasi kepalnya sambil memainkan ponselnya.

Cassie jadi memperhatikan sebuah detail kecil. Itu nasi kepal yang bisa didapatkan dari minimarket, bukan buatan tangan, ia tidak dibuatkan bekal oleh Ibunya.

Duh, Cassie kok jadi seperti stalker begini?

"Cassie!" itu panggil salah satu temannya, Amber.

"Kenapa?"

"Kak James mencari kau."

Semua orang melihat ke arahnya. Lelaki di depannya itu memasang senyuman manis, sambil memberikan sepucuk bunga tulip ke genggamannya.

Ini koridor kelas, tidak seharusnya seramai ini.

"Bunga tulipnya sudah tumbuh." ucap James, kakak kelas Cassie, yang entah sejak kapan sering mengobrol dengannya.

"Oh, cantiknya," ujar Cassie, "Kenapa memberikannya untukku?"

"Cassie, kamu serius tidak mengerti?"

"Aku tidak mau salah mengira." jawab Cassie sebagaimana kenyataannya. James selalu menunjukkan gestur manis untuknya, Cassie tidak sepolos itu.

"Aku menyukaimu, sejak pertama kali aku melihatmu. Mau ya, jadi pacarku?"

"WOAAHH."

Sorakan dari murid-murid di sekitar pun terdengar. Menunggu-nunggu jawaban dari Cassie.

"Jadi bagaimana jawaban kamu?"

"Aku-"

Tepat ketika Cassie ingin membuka mulutnya, Noah Han keluar dari kelas. Matanya pun tidak bisa berhenti untuk tidak menatapnya.

Noah berjalan ke melewati sisinya,

ternyata ada yang berbeda.

Tangan kiri Noah, memar. Kemarin tidak begitu.

"Cassie?"

"Ah... Terima kasih, tapi sepertinya... Aku tidak ingin berpacaran dulu."

"YAAHH..." seruan kekecewaan menggema sepanjang koridor.

James tersenyum, "Tidak harus langsung jadi pacar, pelan-pelan saja, nanti kau bisa memikirkannya,” ucapnya.

Cassie terkekeh canggung, “Maaf…”

“Baiklah,” James mengangguk, “Ini bukan berarti aku akan menyerah, Cass.” lanjutnya lalu kembali lagi ke gerombolan teman-temannya, meninggalkan Cassie yang mendapatkan tatapan “Kenapa ditolak, sih?” oleh murid-murid di koridor.

Dan sungguh, Cassie couldn't care less about it. Sekarang di kepalanya hany berisi satu hal,

Noah Han. The psyco killer, they say.

Sekitar dua setengah tahun yang lalu, mereka masih duduk di bangku SMP. Satu sekolah dihebohkan dengan kepindahan seorang murid di kelas dua. Namanya Noah, Noah Han. Murid-murid perempuan semuanya langsung membuka mata mereka lebar-lebar, pasalnya, Noah Han itu bagaikan hembusan sejuk di antara laki-laki lain yang sedang mengalami pubertas. Badannya sedikit lebih tinggi dari mayoritas siswa SMP pada umumnya, wajahnya tampan secara objektif, mulus dan bersih, bibirnya merah tidak pucat, rambutnya pun tertata dengan rapi.

call it fate ; hanyuseo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang