04 : This is fun.

290 49 2
                                    

Pelajaran olahraga berdurasi selama tiga jam, dan sungguh kepala Cassie masih pusing karena sesi belajar semalam dan percobaan kedua kali yang gagal. Amber dan Willow langsung menghampirinya dengan wajah khawatir tapi Cassie berhasil meyakinkan mereka kalau ia akan baik-baik saja sendirian di UKS, dan menyuruh mereka bisa ikut pelajaran saja tanpa memikirkan dirinya.

Rencana awalnya memang begitu, tapi sekali ini saja, Cassie ingin menjadi anak nakal— we’ll see about that though.

Karena tidak adanya keberadaan guru di UKS, ini memudahkan Cassie untuk keluar.

Keluar kemana?

Penasaran dengan tempat rekomendasi Noah Han, Cassie benar-benar pergi ke gedung olahraga terbengkalai itu. Tepatnya di bagian atapnya.

Tetapi sebenarnya Cassie sudah menebak-nebak tujuan Noah merekomendasikan tempat ini.

Alih-alih meminta Cassie untuk bunuh diri disini, Cassie pikir ia diajak oleh Noah untuk ke tempat ini. Untuk apa? Entahlah.

“Kalau ingin mengajak berduaan tinggal bilang saja padahal,” ujar Cassie.

“Kau terlalu percaya diri.” balas Noah, tanpa mengalihkan pandangannya. Sesuai prediksi Cassie, Noah benar-benar berada di sini, duduk menyender tembok sambil membaca komik DC.

“Bercanda, ih.” Cassie duduk di sebelahnya lalu mengeluarkan roti lapis isi selai dan madu yang sudah ia simpan di kantong roknya dan memotongnya menjadi dua bagian.

“Ini,”

“Hm?”

“Untuk mengganti roti yang kemarin.” tanpa persetujuan, Cassie sudah menaruh roti itu ke Noah, dan ia yakin lelaki itu tidak mau repot-repot mengembalikannya.

“Sebelum bunuh diri mau makan dulu?” tanya Noah dengan nada dan ekspresi datar.

Cassie terkekeh, “Waktu itu kau menghentikanku karena sudah terlanjur menjadi saksi, lalu menghentikanku lagi karena menurutmu bukan tempat yang cocok dan merekomendasikan tempat ini, tapi sepertinya tempat ini adalah favoritmu, lantas tujuanmu sebenarnya apa sih? Sangat bertolak belakang dengan pernyataan tidak peduli milikmu itu."

“...”

Cassie sepertinya berhasil membuat Noah kebingungan menjawab, walaupun begitu, Cassie juga ragu apa Noah bahkan ingin menjawab.

“Apa kubilang, kau itu memang mencuriga-”

“Kalau memang karena ingin bertemu denganmu, kenapa?” potong Noah akhirnya menjawab, entah itu sarkasme atau tidak, toh Cassie sudah puas dengan jawabannya.

Cassie semakin mendekatkan posisinya ke Noah, “Tempat ini enak juga, kok bisa menemukan sih?” tanyanya, persetan sok akrab, she’s got nothing to lose anyway.

Pasalnya tempat ini memang nyaman, sepi tidak ada orang, pohon-pohon di sekitar yang membuat suasana menjadi sejuk, serta jarak yang sangat tinggi dari atas atap ke bawah tanah. Menurutnya ini tidak horror sama sekali, malah menenangkan. Sepertinya jiwa senior itu memang benar-benar tenang. Ini sempurna.

“Aku mencari tempat ini setelah tahu ada yang bunuh diri di sini,” jawab Noah, “Turns out it’s a nice place to get away.”

Get away from what?

Everything.”

Cassie lagi-lagi menarik tangan kiri Noah, karena tebakannya bisa saja salah, “Memar lagi, padahal kemarin sudah mendingan.”

Look who’s talking, Cassie.”

“Apa?"

Noah mengangkat tangan kanan Cassie, menunjukkan bekas luka dan memar di bagian bawah lengannya.

“Ini bukan hasil dirimu sendiri, kan?”

“Aku sayang pada diriku sendiri, kok.” jawab Cassie santai, “Tapi aku tidak yakin dengan orang tuaku kalau soal hal itu.” kekehnya.

“Kalau sayang kenapa mau mati?” tanya Noah.

Alih-alih menjawab, Cassie malah balik bertanya, “Memangnya kau tidak menyayangi dirimu sendiri?”

“Kurasa tidak,” jawab Noah, “Tapi aku juga tidak mau mati, itu perasaan lama.”

“Kenapa?”

“Entahlah, ada yang menjanggal, tapi mati bukan solusi bagiku- Ah, kau belum menjawab pertanyaanku.”

Cassie tidak pernah berpikir kalau Noah Han akan tampak lucu di pandangannya, but here she is.

“Karena… sepertinya itu yang orang tuaku inginkan, dan aku juga tidak puas dengan hidupku yang sekarang, aku ingin mencoba ulang, seperti di game, kau tahu?”

“Kematian tidak sama seperti mengulang game,” ujar Noah lalu menggigit roti yang diberikan oleh Cassie tadi.

“Bagaimana kau tahu itu?”

Noah tersenyum miring, “Daripada try again, kematian itu lebih seperti game over.

Mungkin ini adalah peringatan untuk Cassie mengenai apa alasan Noah Han dijuluki psiko mengerikan. Tentu saja ia tahu, lelaki itu punya pengalaman khusus dengan kematian!

Tetapi hati Cassie malah menggebu-gebu, walaupun tidak pasti, tapi secara perlahan, Noah Han mulai membuka dirinya kepadanya. Dan menurut Cassie, ini menyenangkan.

***

call it fate ; hanyuseo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang