09 : Trust.

265 40 0
                                    

Cassie rasa sepertinya akan cukup sulit untuk mengetahui apa yang ada di kepala Noah Han. Lelaki itu memang selalu penuh tanda tanya- maksudnya, sepertinya hanya Noah Han yang memilih untuk mengobrol di bangku yang terletak di depan suatu bank swasta.

"Kenapa duduk disini?" tanya Cassie.

"Hanya orang-orang kotor yang datang ke tempat ini, teman sekelas kita tidak mungkin terlihat disini." jawab Noah.

Cassie awalnya bingung, tapi setelah melihat sekitar, bisa dilihat orang-orang yang lewat semuanya menggunakan kendaraan dan pakaian mewah. Inilah maksudnya dengan sulit memahami Noah Han, perlu banyak petunjuk konteks.

"Kau sebegitunya tidak ingin terlihat bersama denganku?"

"Statusku adalah pembunuh psiko, ingat?"

"Aku tetap tersinggung, kebenaran status itu saja juga tidak jelas, aku ada disini karena rasa penasaranku, jadi apa kau benar-"

"Cassie." Noah memotong ucapannya.

"Apa?"

"Kalau, kalau saja kau berada diposisiku tadi, apa yang akan kau lakukan?"

"Maksudmu... Diculik?"

"Ya..."

"Daripada menjawab rasa penasaranku kau malah menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang baru."

"Ini berhubungan dengan itu."

"Hah? Apa aku akan... Ah, begitu ya?"

Tidak sulit bagi Cassie untuk menyambung titik-titiknya. Pertanyaan Noah adalah, apa yang akan Cassie lakukan kalau diculik? Terkesan tidak nyambung tapi jika spekulasinya benar maka,

"Orang tuamu bekerja sebagai apa sih?" tanya Cassie tanpa berpikir panjang.

"Pekerjaan paling kotor sedunia, mungkin." jawab Noah secara enteng.

"Politikus?"

"Tidak, daripada tikus, mereka mungkin lebih cocok dengan kecoak."

"Kalau begitu, apa posisimu dalam pekerjaan orang tuamu?"

"Aku... terikat kontrak seumur hidup dimana jika aku tidak menuruti mereka maka hidupku selesai, mirip sepertimu eh?"

Tidak, Cassie tahu mereka tidak sama karena Noah Han ingin hidup. Keluarganya gila kesempurnaan, tapi setidaknya mereka bukan gila membunuh- walaupun itu adalah suruhan, tapi, tetap saja, Noah Han masih ingin hidup. Cassie tidak bisa mengerti hal itu.

"Siapa yang menyuruh orang tuamu?"

"Siapa orang itu tidak penting, keluargamu kaya raya, Cassie, perusahaan telekomunikasi mereka nomor satu di negara untuk sekarang, semua teman-teman ayahmu itu menganggapnya sebagai saingan."

"Lalu kenapa menargetkanku?"

"Seperti kasus tiga tahun yang lalu, pewaris perusahaan merupakan aset paling penting."

Ya, korban anak kelas delapan itu memang putra satu-satunya dari keluarga pemiliki hotel bintang lima dan gedung-gedung besar di kota.

"Tunggu, kau bilang menculik, bukan membunuh."

"Itu... Karena kau hanyalah umpan, target sebenarnya tetap orang tuamu, lebih spesifiknya ayahmu."

Cassie terkekeh, "Aku ragu itu akan berhasil."

"Entahlah, kata orang tuaku, orang tuamu itu selalu membanggakan dirimu di acara-acara perusahaan."

"Pencitraan."

"Tetap saja, kau penting bagi mereka."

"Kurasa aku mengerti, tapi, dalam situasi hipotesis apakah ada kemungkinan mereka gagal menculikku karena aku sudah tahu rencana ini?"

Noah tidak menjawab yang berartikan kalau kemungkinan itu kecil.

"Kapan tepatnya rencana itu akan dilakukan?"

"Desember, aku tidak tahu tanggal berapa."

Jelas itu bohong. Mana mungkin Noah tidak tahu hal itu, tapi Cassie rasa Noah tidak akan mempercayainya kalau dia terus bertanya. Karena Cassie sudah memutuskan untuk percaya dengan Noah, maka Noah juga harus mempercayai dirinya pula.

"So at the end of the day, you're never a bad person, you're just forced to be."

Seketika Noah menoleh menghadap langsung ke wajahnya, "I don't think I'm the good person either."

"Kenapa begitu?"

"Karena aku sudah mati rasa, Cassie, I've killed people and don't feel a thing, not even guilt. I never feel a thing while doing all of this."

Mungkin ini maksud Noah akan selalu kecewa terhadapnya itu, tapi untungnya Cassie sudah memiliki balasan untuk ini.

"You know, I already proved you wrong."

"How so?"

"Karena sampai sekarang, kau masih belum melepaskan genggamanmu." ucap Cassie sambil mengangkat tangan mereka dan tersenyum puas.

"Hey... Bukan begitu!" dengan cepat Noah langsung melepaskan tangannya.

"Hmm terserah saja, dasar edgy!"

Noah hendak menanggapi klaim istilah menyebalkan dari Cassie itu, tapi dadanya tiba-tiba terasa ada yang menjanggal,

kenapa ia malah merasa tidak nyaman begitu melepaskan genggamannya?

Ah sialan saja, apa Cassie memang benar-benar sudah membuktikan dirinya salah?

***

exams week r coming jadi maaf kalau aku may or may not nggak update ;)

but trust me sebentar lagi cerita ini bakal masuk ke klimaks! (i hope)

call it fate ; hanyuseo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang