Rafael Erland (2)

110 55 232
                                    

⚠️Warning! Adegan kekerasan!⚠️
Mohon bijak dalam membaca, segala hal yang tertulis dalam cerita ini hanya fiktif belaka untuk hiburan semata.
Bukan untuk ditiru apalagi di coba!
16+
.
.
.
.
.
.
.
.

Kin melihat Rafael dari kaca pintu kamar perawatannya, seakan-akan ia melihat dirinya sendiri beberapa tahun lalu. Ia menghela nafas berat tak sanggup melihat temannya itu hanya terduduk dengan tatapan kosong tanpa bergerak sedikitpun.

"Kin?"

Suara yang memanggil nama kecilnya itu membuat Kin langsung menoleh ke belakang dan melihat perawat yang tengah membawa sebuah nampan berisikan makanan.

"Suster? Masih bekerja di sini?" tanya Kin yang menatapnya tidak percaya.

Perawat yang merawatnya dulu kini merawat Rafael juga, terasa dejavu ketika semua hal akhir-akhir ini sangat menggambarkan kejadian masa lalu.

"Iya, aku senang kau berkunjung. Apa di dalam itu temanmu?"

Kin mengangguk dan berkata, "Melihatnya seperti aku melihat diriku yang dulu, Sus."

Perawat itu tersenyum dan mengusap pelan lengan atas Kin.

"Tapi sekarang kau tumbuh menjadi lelaki hebat."

Senyum Kin memudar ketika mendengar perawat itu berkata demikian.

"Hebat? Setelah banyak orang mati di tanganku, masih pantas aku dibilang hebat?" gumamnya dengan senyum yang dipaksakan.

"Sus, panggil aku Karel. Nama Kin itu tidak berlaku disini sekarang. Tidak ada yang tau tentang Kin."

"Baiklah, Karel."

Mereka berdua akhirnya masuk kedalam kamar Rafael yang disambut dengan senyuman ramah darinya.

"Rafael bisa minum susu dan makan buah, Sus?" tanya Kin yang memperlihatkan tentengan yang dibawanya.

"Boleh, tapi Rafael diperiksa dulu, ya?"

Suster itu mengecek keadaan fisik Rafael dan mencatatnya di sebuah buku kecil juga mencatat di sebuah lembaran kertas yang dekat dengan tempat tidurnya.

"Bagaimana, Sus? Aku tidak sakit, 'kan?" tanya Rafael dengan seutas senyuman terukir.

Namun yang dilihat oleh Kin berbeda, Rafael tidak menatap perawat tersebut. Kosong, tatapan Rafael benar-benar kosong. Kin yakin jika setelah ini Rafael diminta untuk menyebutkan ciri-ciri dari perawat tersebut, ia tidak akan mengingat bagaimana wajah maupun penampilannya.

"Hasil pemeriksaannya akan diberikan terlebih dahulu pada dokter sebelum diagnosa medisnya keluar. Kamu tenang saja, ya. Saya permisi," pamitnya sambil sedikit menunduk dan pergi dari kamar tersebut.

Rafael kini beralih menatap Kin. "Mana Vani?"

"Dia bilang pagi ini ada ujian Fisika, jadi tidak sempat menjengukmu ke sini."

"Kau tahu? Sedari tadi aku memikirkanmu, Karel."

"Eh?"

KINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang