prolog

4.7K 48 0
                                    

Seperti biasanya, keluarga Bram baru saja selesai dinner sekaligus meeting penting untuk perusahaan mereka yang sudah turun temurun itu. Anak sematawayangnya bernama Ashkana Bramastyo. Umurnya masih 9 tahun. Tapi, bicaranya sudah seperti orang dewasa.

Mama dan papa Ashkana selalu mengajak dirinya untuk ikut meeting karena tidak ada yang menjaganya di rumah. Mungkin itu yang membuat Ashkana kecil menjadi pandai bicara seperti orang dewasa. Karena orang-orang disekitarnya.

Sejujurnya mereka menginginkan seorang anak perempuan. Semua keturunan Bram berjenis kelamin laki-laki dan hampir semua orang di dunia bisnis tau tentang hal ini.

"Pa, mama kurang setuju sama yang diajuin clien kita tadi." ucap mama.

Yang yang tengah fokus menyetir mobil pun akhirnya menoleh, teralihkan oleh arah pembicaraan istrinya. Sedangkan di belakang, Ashkana kecil ikut mendengarkan meskipun dengan wajah kusut karena dia sudah lelah.

"Kenapa mama nggak bilang daritadi?" saut papa.

Mama nampak menghela napas, "mama nggak enak. Mereka juga clien lama kita. mau bilang nggak setuju pun rasanya susah. Papa tau sendirilah."

"Itu yang sering buat clien kita seenaknya sama mama. Karena mama nggak enakan. Lama-lama semua clien jadi seenaknya sama kita." sambar papa.

Mama mendengus. "Itu balik ke attitude mereka aja. Kenapa jadi nyalahin mama yang nggak enakan?"

"Iya lah, soalnya karena mama nggak enakan makanya mereka seenaknya. Anak perusaan kita juga belum tahu gimana nasibnya." balas papa.

"Bukannya ngasih jalan keluar malah ngomelin mama. Papa nih emang doyan banget ngajak ribut ya?" sengit mama.

"Papa cuma bilang ya. Nggak ngajak ribut." tuding papa.

Ashkana kecil nampak menghela napas malas di kursi belakang.

"Bisa nggak ributnya di rumah? Ash capek, mau pulang." ucapnya tiba-tiba.

Sontak kedua orang tuanya langsung menghadap kebelakang dan menjerit, "NGGAK BISA!"

CKKKIIIITTTTT!

Baru juga meleng sedikit nggak ada 1 menit. Mereka hampir menabrak seorang gadis kecil yang sudah bersimpuh di depan mobilnya. Usianya mungkin sekitar 7 tahun melihat dari postur tubuhnya yang mungil.

Ashkana menggeram marah karena wajahnya terpentok kursi.

"Papa bisa nyetir nggak?!" sengitnya.

Papa mengatur napasnya, begitu juga mama.

"Ma, kita nabrak anak kecil?" cicit papa.

Mama menggeleng ragu, "kayaknya belum."

Dengan langkah ragu, mereka berdua turun dari mobil. Meninggalkan Ashkana yang masih berdiam di dalam sana sembari mengumpati papanya.

Gadis kecil berusia 7 tahunan itu meringkuk. Tubuhnya sangat kotor dengan beberapa bekas lebam di sekujur tubuhnya. Ia hanya mengenakan dress putih lusuh selutut, rambut diurai bebas acak-acakan.

"Sayang? Are you okay?" mama berusaha menyentuh tubuh gadis itu. Namun, gadis kecil itu langsung menangkisnya.

"O-ook." lirihnya terdengar samar.

"Kamu mau kemana, nak?" tanya papa."

Jeda sedikit lama sebelum akhirnya gadis itu membuka mulutnya.

"L-larii. H-harus.. l-lari.. h-harus.."

Dia terus mengulang kalimat itu.

Mama papa hanya bisa memandang satu sama lain. Jauh di lubuk hati mama, dia ingin bertanya banyak pada gadis kecil itu. Tapi, mengingat kondisinya yang sepertinya shock pasca trauma. Maka mengurungkan niatnya.

Sejenak wanita itu berpikir, bagaimana kalau membawa anak ini ke rumah untuk sementara waktu. Lagipula, karena mereka gadis kecil itu jadi seperti sekarang?

"Sayang, mau ikut mama pulang?" tanya mama dengan percaya dirinya.

"L-larii. H-harus larii."

"Ikut mama pulang ya? Biar kamu cantik dulu. Nanti mama mandiin. Okay?" mama masih berusaha membujuk gadis kecil itu.

Gadis kecil itu tiba-tiba menangis kencang. "L-larii..." rintihnya.

Papa dan mama nampak shock. "Pa, kita bawa ke dokter dulu aja ya? Mama khawatir dia terus-terusan bilang lari." wanita itu menatap suaminya penuh harap.

Papa ikutan tidak tega, lagi pula mereka harus bertanggung jawab bukan?

Baiklah, dengan sigap papa langsung menarik tubuh kecil itu dan membopongnya ke dalam mobil mereka.

Ashkana kecil nampak menuntut, karena gadis dekil itu diletakkan di sampingnya. Tapi, Ia urungkan niatnya karena melihat wajah ketakutan gadis itu saat pandangan mereka bertemu.

Ashkana tersenyum tipis.

Cantik.





_________

WOI WOI AKHIRNYA AKOH BANGKIT DARI PERISTIRAHATAN SUMPIL KANGEN NULIS DI WETPED

KARENA AK KERJA PULDEY JDI GK SEMPAT AAAAAAAA

DOAKAN CERITA INI SAMPAI TAMAT

LOVE YOU🩷🩷🩷🩷

ASHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang