PLAK!
Shanne menampar pipi kakaknya itu sampai merah. Apa kakaknya itu sudah tidak waras? Mencium bibirnya? MENCIUM?!
"Lo gila?!" maki Shanne.
Ashkana hanya tersenyum miring melihat tanggapan dari adiknya itu. Seperti yang dia harapkan. Tanggapan adiknya itu sesuai dengan ekspetasinya.
Cantik.
"Cantik." hanya satu kata yang meluncur dari mulut Ashkana.
Shanne melotot tak percaya, gadis itu terkejut sekaligus takut setengah mati. Seumur hidupnya, baru kali ini Ia merasakan ciuman di bibir.
Sepertinya Ashkana sedang mabuk?
Gadis itu mencoba untuk berpikir positif.
"Mabuk lo?"
Shanne bangkit dan menjauh dari kasurnya. Tapi, cowok dengan senyum menyebalkan itu masih duduk disana dengan wajah gilanya.
"Bahasa?" ucapnya.
"Gue bilang kan? Lo nggak denger? Stop atur gue dan ngomenin semua kebiasaan gue." Shanne marah.
Dia berlari menuju pintu kamarnya. Entah sejak kapan pintu itu tertutup rapat dan terkunci. Gadis itu mengacak rambutnya frustasi. Mama dan papa sedang tidak ada di rumah. Berteriak juga rasanya tidak mungkin.
Rumah mereka tidak memaka ART dan sekarang Ia hanya bersama kakaknya itu di rumah.
Sial.
Shanne sendiri tidak mengerti dengan sikap dan sifat kakaknya yang sering berubah itu. Dia terlalu posessif padanya. Dan terlalu mengatur kesehariannya. Shanne tidak suka diatur. Tapi, dia takut karena kakaknya itu sering kali mengintimidasinya.
Padahal dulu waktu mereka masih kecil, kakaknya itu jarang berinteraksi dengannya. Tapi semenjak hangout dengan mama waktu itu semua berubah. Shanne sedikit menyesal.
"Stop? Gue nggak salah denger?" Ashkana tertawa.
"Lo itu numpang disini, jadi wajar kalau gue ngatur lo." lanjutnya.
Tertohok.
Shanne langsung membuang mukanya.ketika kata menumpang itu tiba-tiba keluar dari mulut pedas kakaknya itu. Memang benar dia menumpang dikeluarga ini, tapi tidak seharusnya Ashkana mengatur dirinya seenak hati kan? Shanne juga punya perasaan.
Sekarang, perasaan menyesal karena tidak pergi ke rumah sakit mulai menjalar di benak gadis itu.
Ashkana turun dari ranjang, berjalan mendekati Shanne yang masih diam mematung di depan pintu kamar yang terkunci.
Perasaan was-was kembali muncul dibenak Shanne.
"Bisu lo?" sarkas Ashkana karena tak kunjung mendengar jawaban dari adiknya itu.
"Buka pintu, kak." Shanne hanya bisa mengucapkan kalimat itu sebagai balasan.
Ia ingin segera keluar dari kamar ini dan lari untuk menemui temannya.
"Buka sendiri." balas Ashkana remeh.
Shanne menggeram.
"Kak. Gue capek, gue lagi pusing. Jangan bikin gue teriak." Gadis itu mulai lelah.
"Lo mau gue cium lagi?"
PLAKK!
Reflek, Shanne kembali menampar pipi kakaknya itu dengan kencang. Bekas kemerahan itu bertambah.
"Udah gila ya lo?!" tuding Shanne.
Ashkana tertawa sebelum akhirnya memojokkan adiknya itu ke tembok, mengurung adiknya itu di tengah kukungannya.
"Udah gue bilang. Jaga bahasa lo sama gue, Ann." tekan Ashkana.
Shanne menelan ludahnya kasar. Sial, dia tidak bisa bergerak dibawah kukungan kakak sialannya itu. Tubuh tinggi Ashkana itu berhasil membuatnya tidak bisa bergerak dan terpepet ditembok.
"Lo inget kan apa yang gue bilang dulu? Gue nggak suka kalau lo pakai informal." lanjutnya.
Ashkana mendekatkan wajahnya. Shanne menahan napas singkong takutnya. Entahlah, rasanya dia seperti akan mati hari ini karena aura kakaknya begitu mencekam.
"Dan gue lebih nggak suka kalau ucapan gue nggak dibales satu pun sama lo."
Cup.
Satu kecupan mendarat di bibir Shanne yang sudah pucat pasi itu. Gadis itu semakin pucat karena takut. Tapi, lain dimata Ashkana. Adiknya itu malah nampak menggemaskan ketika seperti sekarang ini.
"Jujur, dari lama gue mau ngasih lo hukuman ini kalau lo nggak nurut sama gue. Cuma karena lo belum cukup umur, gue pending sampai sekarang." ucap Ashkana dengan entengnya.
Brengsek.
Apakah kakaknya itu tidak bisa mencari pacar agar bisa diajak ciuman dengan bebas? Kenapa malah memakai dirinya? Shanne benar-benar tidak habis pikir. Dia sepertinya akan kehilangan akal sehatnya sebentar lagi.
"Sekarang lo paham kan hukuman yang gue maksud selama ini?" lanjutnya menatap lekat manik Shanne.
Shanne masih diam membisu. Haruskah Ia melaporkan kejadian ini pada mama dan papa? Haruskah Ia mengadukan sifat kakaknya yang sangat buruk ini?
Tapi dia hanya penumpang di rumah ini. Apa tidak kelewatan jika melaporkan hal seperti ini?
Pikiran Shanne berkecamuk.
Gadis itu sampai berpikir kalau tak lama lagi kepalanya akan meledak.
"Jawab, Ann."
"I-iyy-a." Shanne menjawab dengan terbata sangking takutnya.
"Good girl. Bisa jawab juga lo. Kenapa diem daritadi?" Ashkana menepuk pelan kepala adiknya itu dua kali.
Shanne semakin pucat. Kepalanya terus memikirkan hal yang seharusnya tidak Ia pikirkan. Ini semakin menambah beban pikirannya, bukan mengurangi seperti yang kakaknya bilang tadi.
Sialan.
"Ann."
Kepala Shanne mulai berputar, sepertinya kali ini Ia akan meledak sangking pusingnya. Cairan kental berwarna merah tiba-tiba menetes dari hidungnya. Suara kakaknya mulai terdengar samar.
"Ann?"
"Jangan bikin kakak panik."
Itu adalah kalimat terakhir yang Shanne dengar dari mulut kakaknya sebelum akhirnya Ia jatuh tak sadarkan diri.
Ashkana menangkap tubuh adiknya itu. Dia merasa bersalah, dia semakin memperburuk kondisi adiknya.
Dibawalah gadis itu ke ranjang. Ashkana membersihkan darah yang mengalir dari hidung Shanne dengan tissu basah yang kebetulan ada di nakas samping tempat tidur adiknya itu.
Dia benar-benar khawatir saat adiknya itu tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri.
Setelah selesai membersihkan darah itu, Ashkana bergerak ke dapur untuk mencari kompresan agar suhu panas adiknya itu bisa turun. Selesai mengompres, Ashkana ikut masuk ke dalam selimut lalu mendekap tubuh adiknya setelah sekian lama.
Lama semenjak Ashkana terakhir kali memeluk Shanne waktu mereka kecil dulu. Dan ini adalah kedua kalinya Ia memeluk adik kecilnya itu.
"Kerjaan lo kalau nggak bikin gue marah, ya bikin gue khawatir. Kenapa gue harus cinta sama lo, Ann."
_______________
UPDATE LAGEEE
KAYAKNYA INI BAKAL CEPET TAMAT DEH. AKU LANCAR MIKIR PLOT YG INI KETIMBANG YG SEBELAH😭😭
SEE YOU BESOK🩷
KAMU SEDANG MEMBACA
ASH
Teen Fiction🔞🔞🔞 Ashkana Bramastyo. Putra dari keluarga Bram yang hanya memiliki keturunan laki-laki, sampai akhirnya mereka mengadopsi seorang gadis cantik yang tidak sengaja mereka tabrak. Bagaimana jadinya seorang Askhana memiliki adik perempuan yang bahk...