O2

3.9K 49 0
                                    

Sejak kecil, Shanne sudah menghadapi berbagai macam sifat kakak angkatnya itu. Benar, Ashkana. Sejak di adopsi oleh keluarga Bram, Ashkana sedikit membeci Shanne karena dia pikir kasih sayang kedua orang tuanya akan terbagi. Meskipun nyatanya tidak.

Tapi, semakin lama dan seiring berjalannya waktu. Ashkana sadar, Shanne bukan adik yang buruk untuknya. Gadis kecil itu nampak menarik dimatanya sekarang ini.

Sifat Ashkana yang arogan membantu dirinya menutupi rapat-rapat perasaannya pada adik angkatnya itu. Semua orang pun tidak akan ada yang percaya tentang semua yang Ashkana simpan sendiri.

Melihat Shanne panik dan takut adalah hal yang begitu menyenangkan bagi Ashkana. Gadis itu nampak lebih menarik menurutnya. Oleh karena itu, Ashkana sering mengintimidasi adiknya itu meskipun hanya terjadi hal sepele seperti kemarin.

Semalam, Shanne benar-benar datang ke kamarnya tanpa Ia duga. Gadis itu meminta maaf berulang kali karena ceroboh dan tidak mau mendengarkan nasihat kakaknya. Akhirnya Ashkana meminta adiknya itu untuk menemaninya membuat laporan yang akan dipresentasikan lusa.

"Morning anak mama." mama menyambut hangat Shanne yang nampak kusut keluar dari kamarnya.

Ashkana sudah duduk kursi makan sedari tadi. Wajahnya tidak berekspresi seperti biasa.

"Morn, maaa." jawab Shanne lesu.

Sejak bangun tadi, Ia pusing dan tidak bersemangat sama sekali. Kepalanya terasa berat. Mungkin karena semalam Ia pulang dengan keadaan basah kuyup akibat hujan-hujanan.

"Sayang kenapa lemes? Sini nak bilang ke mama." mama nampak merentangkan tangannya.

Jujur saja, mama beneran sesayang itu dengan Shanne, menganggap gadis itu seperti anaknya sendiri. Gadis itu kadang jadi tidak enak hati karenanya.

Bergeraklah Shanne untuk memeluk mama tercinta. Merasakan tepukan hangat menyalur dipunggungnya.

"Pusing, ma." jawab Shanne.

Mama memeriksa suhu badan Shanne setelah melepaskan pelukan mereka, lalu beliau pun shock karena suhu tubuhnya sangat tinggi.

"PAPAAAAA!" mama berteriak lantang.

Ngomong-ngomong, sejak tadi papa masih belum turun karena ada satu dokumen penting yang harus Ia kerjakan.

"Mama kok teriak," Shanne mengernyit.

"Tubuh kamu panas banget nak, kamu jangan berangkat ke sekolah. Kita ke rumah sakit biar kamu dirawat disana." cerocos mama.

Shanne menggeleng, "nggak mau ke rumah sakit. Mau dirumah aja." rengeknya.

"Biar kamu dijaga dokter sayangnya mama. Mama harus nganter papa hari ini." sorot mata sedih terpancar di wajah cantik mama.

"Nggak papa, Shanne bisa di rumah sen—"

"Ash jagain ma, sekarang libur."

Akhirnya Ashkana membuka mulutnya, padahal sedari tadi Ia hanya memperhatikan obrolan mereka saja. Tapi, siapa sangka Ia malah berinisiatif tanpa berdiskusi dulu.

Shanne sendiri melotot kaget. Apakah telinganya tidak salah dengar? Seorang Ashkana alias kakak angkatnya itu menawarkan diri untuk menjaga dirinya.

Bukannya apa-apa, tapi Shanne rasa hubungan mereka kan sedikit tidak baik. Kenapa kakaknya itu malah menawarkan diri untuk berduaan di rumah?

"Aa, Shan ke rumah sakit aja ma kalau gitu hehehehe." Shanne meringis menatap mama.

Ashkana hanya mengunggingkan senyumnya. Adiknya itu ternyata sedang mencari masalah dengannya.

ASHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang