permulaan

507 59 18
                                        

Brakk!!

Naura membanting pintu di ikuti Gibran di belakangnya.

"Kha.." Naura menghampiri Rakha yang masih terengah di lantai,

"Sorry, gue lama yah?" Bisiknya setelah mendekap erat Rakha yang sudah banjir peluh.

Dengan tangan bergetar Rakha menyentuh tengkuk Naura sebelum menempelkan belah bibirnya di bibir ranum Naura.

Hanya menempel, namun mampu mengembalikan sedikit kekuatannya.

"Terimakasih" bisik Rakha setelah menjauhkan wajahnya, membuat pipi Naura memerah seperti kepiting rebus.

Plakk!!

"Brengsek Lo" teriak Naura di depan wajah rakha, Naura kesal, ciuman pertamanya malah di ambil sama siluman rubah.

"Nau.."

"Gue pergi, dan jangan cari gue lagi, gue ngga perduli apapun lagi tentang Lo" ujarnya dan pergi meninggalkanku Rakha, dan menabrak bahu Gibran yang berada di ambang pintu.

Rakha berdiri dan membalikkan badannya menghadap Gibran.

Gibran menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gibran, aku seperti merasa ada yang aneh di tempat sini,"

Gibran mengerutkan keningnya tidak mengerti.

Rakha memejamkan matanya guna menerawang sesuatu yang mungkin akan datang, atau malah sedang menyerang.

"Dia datang seperti angin, pergerakannya cepat, dan sulit di prediksi" gumam Rakha setelah membuka matanya kembali.

"Apa yang harus ku lakukan"

"Cukup jaga Naura, karena sebenarnya bukan aku, tapi Naura yang mereka incar"

"Bukankah tadi.."

"Itu permulaan, mereka memberiku penyambutan, sebelum eksekusi"

Gibran menggigit bibir dalamnya, jika penyambutan saja membuat Rakha menghabiskan banyak energi, lalu bagaimana dengan serangan inti nanti.

Gibran benar benar tidak menyangka, jika dengan ia membawa Rakha keluar dari lingkaran nya akan berakhir seperti ini,

Hidung mereka cukup tajam untuk mencium  kehadiran Rakha.

"Aku butuh pearl ku untuk mengalahkannya" ujar rakha menjawab seluruh pertanyaan yang ada di pikiran Gibran.

*

Naura berjalan cepat memasuki perpus dengan wajah yang masih memerah mengingat kejadian barusan yang tak berhenti berseliweran di otaknya.

"Aku pasti sudah gila," gumamnya.

"Iyah, pasti aku sudah gila, kalau tidak bagaimana bisa hatiku berdebar gara gara siluman itu" gerutunya.

"Aaaaahhh" Naura mengacak rambutnya mencoba menghilangkan pikiran pikiran aneh di kepalanya sebelum sebuah rambut terlihat menjuntai di depan matanya.

Pelipis Naura mengeluarkan bulir keringat sebesar jagung.

Apa lagi ini, batin Naura.

"Booooo" bisikan itu tepat di telinga Naura membuatnya memejamkan mata dengan erat.

"Ashley.. bawa temanmu pergi dari sini,"  bisik Naura mencoba memanggil Ashley,

Tak berselang lama Ashley terlihat keluar dari rak buku dengan malas dan  menarik rambut temannya yang masih menggantung untuk pergi menjauhi Naura.

"Kubilang giliranmu nanti, dia sedang menyelesaikan kisah rubahnya itu" ujar Ashley kepada temannya dan pergi menembus tembok,

Itu teman Ashley yang di ia temukan di dekat danau katanya, dia selalu mengganggu Naura, entah itu muncul tiba tiba, atau mengeluarkan suara yang menurut Naura seperti kucing ke cekek.

Black Pearl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang